إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Friday, June 17, 2022

ASSIYAAP !!

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Dari Abu Hurairah RA, bahwasannya kaum Anshar berkata kepada Nabi SAW ““Bagilah untuk kami dan saudara-saudara kami kebun kurma ini”. Beliau bersabda:

“Tidak”. Lalu Beliau bersabda:

تَكْفُونَا الْمَئُونَةَ وَنُشْرِكْكُمْ فِي الثَّمَرَةِ

“Kalian cukup memberikan kepada kami (kaum Muhajirin) pekerjaan untuk mengurus kebun kurma tersebut lalu kami mendapat bagian dari hasil buahnya”.

Mereka berkata:

سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا

“Kami dengar dan kami taat”. [HR. Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Sering kita mendengar orang barat berkata “Yes Sir!”. Menurut kamus Cambridge, perkataan ini biasa digunakan untuk menyatakan persetujuan yang kuat. [dictionary.cambridge.org] atau dalam Bahasa kita “Siap!” yang diucapkan dengan mantap dan tegas. Kalimat ini awalnya kita dengar dari seorang prajurit yang diperintah atasanya dimana perkataan ini menunjukkan kesanggupan melaksanakan perintah tanpa ragu. Dan oleh remaja zaman now digubah menjadi “Assiyaap”. Dan dalam Bahasa Arab familier dikenal dengan istilah “sami’na wa atha’na” (Kami dengar dan kami taat) sebagaimana dalam hadits utama di atas.

 

Thursday, June 16, 2022

HIKMAH KHITAN

ONE DAY ONE HADITH

 Dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda :

الْفِطْرَةُ خَمْسٌ الْخِتَانُ وَالِاسْتِحْدَادُ وَنَتْفُ الْإِبْطِ وَقَصُّ الشَّارِبِ وَتَقْلِيمُ الْأَظْفَارِ

“Fitrah ada lima yaitu khitan, istihdad (mencukur bulu kemaluan), mencabut bulu ketiak, mencukur kumis dan memotong kuku “ [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 Alkisah, ada seorang Wanita non muslim bertanya kepada kyai : Mengapa islam itu mengajarkan untuk menyakiti diri sendiri? Pak kyai bertanya : Bagaimana bisa, dalam agama islam tidak diperbolehkan menyakiti diri sendiri dan menyakiti orang lain “La Dlarara Wa La Dlirara”!. Wanita itu berkata : Lha khitan itu! Bukankah orang yang khitan itu melukai dan menyakiti diri sendiri? Pak Kyai: Oh itu… Sebentar. Saya punya buah pisang silahkan dimakan terlebih dahulu. Pak kyai lebih dahulu mengupas kulit pisang dan mulai melahapnya. Namun Ketika Wanita itu mau mengupas kulit pisang, pak kyai berkata : Hentikan! Jangan kau kupas kulit pisangnya! Makan saja dengan kulitnya. Wanita itu berkata : Ya Sepet lah rasanya. Kyai : Seperti itulah rasanya kalo gak dikhitan!

 

Tuesday, June 14, 2022

BACK COVER BUKU “KELUARGA SAMARA”

Keluarga adalah sumber kebahagiaan yang utama dalam kehidupan. Orang yang bergelimang harta, memiliki jabatan tinggi namun ia hidup sendirian, tidak memiliki keluarga maka kebahagiaannya tidak akan sempurna.  Bukankah kenikmatan surga dengan semua fasilitas yang serba ada, dirasa hampa oleh Nabi Adam sehingga dirasa kurang sempurna tanpa kehadiran Siti Hawa di sisinya.

 

Kebahagiaan dalam keluarga tercermin dalam 3 perkara yaitu Sakinah, mawaddah wa rahmah yang biasa disingkat dengan “samara”. Dan buku ini memuat tatacara bagaiman membangun keluarga samara yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Pembahasan dalam buku ini terbagi menjadi empat bagian. Pada bagian pertama memaparkan persiapan  menikah seperti motivasi menikah, kriteria calon istri, prosesi khitbah (melamar), menetapkan mahar hingga hal ihwal penyelenggaraan pernikahan. Pada bagian kedua buku ini menyuguhkan pengertian praktis keluarga samara dilanjut dengan suri tauladan Nabi SAW dalam urusan keluarga, bagaimana keromantisan beliau dengan istri dan potret kehidupan keluarga beliau. Pada bagian ketiga, membahas perspektif dan kiat-kiat membina rumah tangga bahagia. Dan Pada bagian keempat, membahas problematika rumah tangga dan solusinya mulai menyambut buah hati, mengelola kecemburuan, selingkuh hingga perceraian.  

 

Buku ODOH edisi ke 6 ini dilengkapi dengan bonus berupa teks tawassul akad nikah, teks khutbah nikah, doa liqo’ (temu manten) dan doa pernikahan. Buku ini juga dilengkapi dengan barcode dalam setiap tema pembahasannya supaya bisa memudahkan pembaca mengakses setiap judul dalam buku ini secara online langsung ke website onedayonehadith.net dan bisa memudahkan untuk berbagi dengan handai taulan. Selamat menikmati !.


NB.

Jika anda ingin memiliki bukunya

silahkan hub distributor 

No HP / WA 

085858959765 

Monday, June 13, 2022

DOA AKAD NIKAH

 


TAWASSUL AKAD NIKAH

اَلْفَاتِحَةُ عَلَى نِيَّةِ أَنَّ اللهَ يَجْعَلُ هَذَا الزَّوَاجَ زَوَاجًا مُبَارَكًا فِى الدُّنْيَا وَ اْلاُخْرَى بِجَاهِ اَبِى الزَّهْرَاءِ زَوْجِ الْكُبْرَى وَإِلَى حَضْرَةِ النَّبِىِّ الْمُصْطَفَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمْ صَاحِبِ اْلإسْرَاءِ اَلْفَاتِحَةْ .

 

DOA SEUSAI AKAD NIKAH

Ijazah KHM Badruddin Anwar Bululawang

اللّهُمَّ بِفَضْلِكَ عُمَّنَا وَبِلُطْفِكَ حُفَّنَا وَاجْعَلْ هَذَا الْعَقْدَ عَقْدًا مُبَارَكًا مَعْصُوْمًا. اَللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَهُمَا أُلْفَةً وَقَرَارًا دَآئِماً وَلَا تَجْعَلْ بَيْنَهُمَا فُرْقَةً وَفِرَارًا وَخُصُوْمًا وَاكْفِهِمَا مُؤْنَةَ الدُّنْيَا وَاْلاَخِرَةِ. أَللَّهُمَّ أَلْقِ بَيْنَهُمَا الْمَحَبَّةَ وَاْلوِدَادَ وَأَنْ تَرْزُقَهُمَا النَّسْلَ الصَّالِحَ مِنَ الْبَنَاتِ وَالْاَوْلَادِ حَتَّى تُرِيَهُمَا اْلاَسْبَاطَ وَالْاَحْفَادَ وَأَنْ تَحْفَظَهُمَا مِنْ مَكَايِدِ الْخَلْقِ أَجْمَعِيْنَ وَاَنْ تُوَسِّعَ لَهُمَا الرِّزْقَ وَأَنْ تَجْعَلَهُمَا مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ اِنَّا نَسْاَلُكَ الْعَافِيَةَ وَدَوَامَ الْعَافِيَةِ وَالشُّكْرَ عَلَى الْعَافِيَةِ.

اَللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَهُمَا كَمَا أَلَّفْتَ بَيْنَ أَبِيْنَا آدَمَ وَأُمِّنَا حَوَّاءَ.

اَللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَهُمَا كَمَا أَلَّفْتَ بَيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وخَدِيْجَةَ اْلكُبْرَى.

اَللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَهُمَا كَمَا أَلَّفْتَ بَيْنَ سَيِّدِنَا عَليٍّ كَرَّمَ اللهُ وَجْهَهُ وَفَاطِمَةَ الزَّهْرَاءَ. 

اَللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَهُمَا كَمَا أَلَّفْتَ بَيْنَ الْمَاءِ وَالثَّلْجِ .

وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

 

DOA LIQO’ (Temu Manten)

Dalam kitab Al-Majmu’ disebutkan : bahwa Imam Syafi’I berkata : “Jika seorang lelaki menikahi seorang perempuan (setelah akad nikah) maka pertama kali ia melihatnya (liqo’) hendaklah ia memegang ubun-ubunnya dan mendoakan keberkahan”. Hendaklah ia mengucapkan :

بَارَكَ اللهُ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنَّا فِي صَاحِبِهِ

Semoga Allah melimpahkan keberkahan kepada setiap kita, satu sama lain.

 

Dan dalam Riwayat Abu Dawud, ibnu majah dll., Nabi SAW bersabda: Jika salah seorang kalian menikahi Wanita maka hendaklah ia membaca :

 

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ

Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon kepadaMu kebaikan perempuan ini dan apa yang telah Engkau ciptakan dalam wataknya. Dan aku mohon perlindungan kepadaMu dari kejelekan perempuan ini dan apa yang telah Engkau ciptakan dalam wataknya.

Lalu Nabi bersabda : hendaklah ia berdoa dengan meminta keberkahan. [Al-Majmu]

 

MENDOAKAN PENGANTIN

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwasannya Ketika Nabi SAW mendoakan seseorang yang menikah (pengantin) maka beliau membaca :

بَارَكَ اللَّهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ

Semoga Allah memberikan barokah kepadamu dan kepada keturunanmu serta mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan [HR Abu Dawud]

 

KHUTBAH NIKAH RASUL SAW

 

Ketika menikahkan Sayyidina Ali KW dengan Sayyidah Fatimah zahra, Nabi Muhammad SAW membaca khutbah sebagai berikut :

الْحَمْدُ لِلَّهِ الْمَحْمُودِ بِنِعْمَتِهِ الْمَعْبُودِ بِقُدْرَتِهِ الْمُطَاعِ بِسُلْطَانِهِ الْمَرْهُوْبِ مِنْ عَذَابِهِ وَسَطْوَتِهِ النَّافِذِ أَمْرُهُ فِي سَمَائِهِ وَأَرْضِهِ الَّذِي خَلَقَ الْخَلْقَ بِقُدْرَتِهِ وَمَيَّزَهُمْ بِأَحْكَامِهِ وَأَعَزَّهُمْ بِدِينِهِ وَأَكْرَمَهُمْ بِنَبِيِّهِ (مُحَمَّدٍ) صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ اسْمُهُ وَتَعَالَتْ عَظَمَتُهُ جَعَلَ الْمُصَاهَرَةَ سَبَبًا لاحِقًا وَأَمْرًا مُفْتَرَضًا أوْشَجَ بِهِ الأَرْحَامَ وَأَلْزَمَ الأَنَامَ فَقَالَ عَزَّ مِنْ قَائِلٍ وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشَرًا فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَصِهْرًا وَكَانَ رَبك قَدِيرًا فَأَمْرُ اللَّهِ يَجْرِي عَلَى قَضَائِهِ وَقَضَاؤُهُ يَجْرِي إِلَى قَدَرِهِ وَلِكُلِّ قَضَاءٍ قَدَرٌ وَلِكُلِّ قَدَرٍ أَجَلٌ يَمْحُو اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْده أُمُّ الْكتاب .

إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا ِإلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (سورة آل عمران : 102) يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا (سورة النساء : 1) يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (سورة الأحزاب : 71-72)

أَمَّا بَعْدُ, فَإِنَّ الْأُمُوْرَ كُلَّهَا بِيَدِ اللهِ يَقْضِي فِيْهَا مَا يَشَاءُ وَيَحْكُمُ مَا يُرِيْدُ لاَ مُؤَخِّرَ لِمَا قَدَّمَ وَلَا مُقَدِّمَ لِمَا أَخَّرَ وَلَا يَجْتَمِعُ اثْنَانِ وَلَا يَفْتَرِقَانِ إِلَّا بِقَضَاءٍ وَقَدَرٍ وَكِتَابٍ مِنَ اللهِ قَدْ سَبَقَ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعظِيْمَ لِي وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَشَايِخِيْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

[Ianatut Thalibin III, 309]

Lalu membaca istighfar dan syahadat secara bersama-sama dengan para hadirin, sebagai berikut :

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ ...

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ ...

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ ...

اَلَّذِي لَاإلهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ

أَشْهَدُ أَنْ لَا ِإلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

أَشْهَدُ أَنْ لَا ِإلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

أَشْهَدُ أَنْ لَا ِإلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ...

 

TERJEMAH KHUTBAH NIKAH

الحمد لله المحمود بنعمته. المعبود بقدرته. المطاع بسلطانه المرهوب من عذابه وسطوته النافذ أمره في سمائه وأرضه. الذي خلق الخلق بقدرته وميزهم بأحكامه وأعزهم بدينه وأكرمهم بنبيه (ص)
Segala puji bagi Allah, yang dipuji karena limpahan nikmat-Nya. yang disembah karena kekuasaan-Nya, yang ditaati perintah-Nya, yang ditakuti siksa-Nya, yang berlaku urusan-Nya di bumi-Nya dan langit-Nya, yang menciptakan makhluk dengan kekuasaan-Nya, yang membedakan mereka dengan hukum-hukum-Nya, yang mengagungkan mereka dengan agama-Nya, dan memuliakan mereka dengan Nabi-Nya, Muhammad SAW.
إن الله تبارك اسمه وتعالت عظمته جعل المصاهرة سببا لاحقا وأمرا مفترضا أوشج به الارحام. وألزم الانام. فقال عز من قائل: * (وهو الذي خلق من الماء بشرا فجعله نسبا وصهرا وكان ربك قديرا) * (4).
Sesungguhnya Allah yang maha berkah Nama-Nya dan Maha tinggi kedudukann-Nya. menjadikan hubungan perkawinan (perbesanan) sebagai cara untuk memelihara keturunan yang berkesinambungan, perintah yang wajib untuk menjalin kasih sayang dan mempererat hubungan diantara manusia. Allah SWT berfirman. ‘ Dan Dialah yang telah menciptakan manusia dari air (mani), lalu Dia jadikan manusia mempunyai keturunan dan mushaharah (hubungan kekeluargaan karena perkawinan), dan Tuhanmu Maha Berkuasa.(Al-Furqan 54)’

فأمر الله يجري على قضائه وقضاؤه يجري إلى قدره ولكل قضاء قدر ولكل قدر أجل ولكل أجل كتاب يمحو الله ما يشاء ويثبت وعنده أم الكتاب،
Urusan Allah terjadi sesuai ketentuan qadha-Nya. Dan qadha-Nya berlangsung melalui takdir-Nya. Setiap qadha itu ada ketentuannya, setiap ketentuan itu ada waktunya, dan setiap waktu itu ada keputusannya. Allah menghapuskan apa yang dikehendaki-Nya dan menetapkan apa yang dikehendaki-Nya. Di sisi-Nya ada Ummul Kitab.
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا من يهد الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله (ص) وعلى آله وأصحابه
Sesungguhnya segala puji hanya milik Allah, Kami memuji dan meminta pertolongan kepada-Nya. Kami memohon ampunan-Nya. Dan kami berlindung kepada Allah dari kejelekan nafsu kami dan keburukan amal kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh-Nya maka tiada yang kuasa untuk menyesatkannya dan barang siapa yang disesatkanNya maka tiada yang kuasa untuk memberi hidayah kepadaNya. Kami bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah tiada sekutu baginya dan kami bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad adalah Hamba dan utusanNya. Semoga Rahmat tercurah kepada beliau dan keluarga beserta para sahabat beliau.

* (يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون) * (5) * (يا أيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة وخلق منها زوجها وبث منهما رجالا كثيرا ونساء واتقوا الله الذي تساءلون به والارحام إن الله كان عليكم رقيبا) * (6) * (يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما) * (7)

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS Ali Imron 102).
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu.(QS An-Nisa 1)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang benar, Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia Telah mendapat kemenangan yang besar. (QS Al-Ahzab 70-71. )

أما بعد فإن الامور كلها بيد الله يقضي فيها ما يشاء ويحكم ما يريد لا مؤخر لما قدم ولا مقدم لما أخر ولا يجتمع اثنان ولا يفترقان إلا بقضاء وقدر وكتاب من الله قد سبق. أقول قولي هذا وأستغفر الله العظيم لي ولكم ولوالدي ولمشايخي ولسائر المسلمين فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.
Sesungguhnya setiap perkara berada di tangan Allah. Dia menetapkan apa yang dikehendaki-Nya dan memutuskan apa yang dikehendaki-Nya. Tak ada yang dapat menunda apa yang didahulukan-Nya. Dan Tiada yang kuasa untuk mempercepat apa yang telah diakhirkan-Nya. Tidaklah dua orang berkumpul atau berpisah melainkan dengan qadha dan qadar-Nya, dan ketetapan dari Allah telah terdahulu. Aku ucapkan perkataan ini dan aku memohon ampun kepada Allah untukku dan untuk kalian, untuk kedua orangtuaku, dan untuk para guruku dan semua kaum muslimin. Maka mohonlah ampunan kepada-Nya Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [gusfathulbari.blogspot.com]

KATA PENGANTAR ODOH 6 KELUARGA SAMARA


Bismillahirrahmanirrahim

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ النِّكَاحَ سُنَّةَ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى : وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلًا مِنْ

قَبْلِكَ وَجَعَلْنَا لَهُمْ أَزْوَاجًا وَذُرِّيَّةً (الرعد: 38). وَجَعَلَهُ سَبَبًا لِلنَّسْلِ الَّذِي بِهِ بَقَاءُ الْإِنْسَانِ

إِلَى يَوْمِ الِّديْنِ ، قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ

وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً (النساء: 1). أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى

الَّذِى أَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ فِي قُلُوْبِ الْمُتَزَوِّجِيْنَ ، قَالَ اللهُ تَعَالَى : وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ

أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

(الروم 21) . اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ أَفْضَلِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ الْقَائِلِ : أَصُومُ

وَأُفْطِرُ وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي (رواه البخاري)

وَعَلى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. وَبَعْدُ,

“Harta yang paling berharga adalah keluarga. Istana yang paling indah

adalah keluarga. Puisi yang paling bermakna adalah keluarga. Mutiara

tiada tara adalah keluarga.” Itulah lirik lagu yang berjudul “Harta

Berharga” yang menjadi Ost. (original soundtrack) dari film Keluarga

cemara yang yang diadaptasi dari novel berseri karya Arswendo

Atmowiloto dan sinetron dengan judul yang sama.

Dari lirik lagu ini saya kemudian tertarik untuk mencari tahu isi dari

film tersebut. Sedikit saya sampaikan bahwa Novel atau film tersebut

mengisahkan seorang kepala keluarga yang dipanggil “Abah” yang

awalnya menjadi pengusaha kaya raya sehingga keluarganya memiliki

fasilitas yang serba ada dan dipenuhi dengan keceriaan dan

kebahagiaan namun kemudian bangkrut sehabis-habisnya karena

terkena tipu rekan kerjanya. Saat itulah keluarga ini menjalani hidup

yang berat sekali, orang yang pernah tinggal dengan fasilitas serba ada,

sekarang harus pindah ke rumah petak serba terbatas. Disinilah Abah

memiliki tugas yang berat untuk menjadikan anak istri bisa menerima

keadaan dan lambat laun mereka mendapatkan kebahagiaan yang


dahulu pernah mereka dapatkan walaupun kondisi sekarang berbeda

180 derajat karena mereka sekarang dalam kondisi serba terbatas.

Kisah tersebut memberikan contoh nyata dimana hidup dalam

keterbatasan (baca: kemiskinan) tidak menghalangi mereka untuk

mendapatkan kebahagiannya. Dan memanglah demikian, karena

bahagia bukanlah monopoli keluarga sultan yang kaya raya dengan

bergelimang fasilitas yang serba ada namun bahagia juga bisa

didapatkan oleh siapa saja yang tahu cara mendapatkannya lalu

menerapkannya.

Keluarga itu sendiri adalah sumber kebahagiaan yang utama dalam

kehidupan. Orang yang bergelimang harta, memiliki jabatan tinggi

namun ia hidup sendirian, tidak memiliki keluarga maka

kebahagiaannya tidak akan sempurna. Bukankah kenikmatan surga

dengan semua fasilitas yang serba ada, dirasa hampa oleh Nabi Adam

dan kurang sempurna tanpa kehadiran Siti Hawa di sisinya.

Kebahagiaan dalam keluarga tercermin dalam 3 perkara yaitu Sakinah,

mawaddah wa rahmah yang disebutkan oleh Allah SWT dalam

firmannya :

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي

ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Di antara tanda-tanda (kemahaan-Nya) adalah Dia telah menciptakan

dari jenismu (manusia) pasangan-pasangan agar kamu memperoleh

sakiinah disisinya, dan dijadikannya di antara kamu mawaddah dan

rahmah. Sesungguhnya dalam hal yang demikian itu terdapat tanda-

tanda (kemahaan-Nya) bagi kaum yang berpikir.” [QS Ar-Rum : 21]

Menurut ayat tersebut, pernikahan merupakan keterpaduan antara

ketentraman (sakinah), penuh rasa cinta (mawaddah) dan kasih sayang

(rahmah) atau disingkat SAMARA.

Ibnu Katsir berkata : Mawaddah berarti mahabbah atau cinta, Rahmah

berarti ra’fah atau belas kasih. Seorang suami tetap mempertahankan

rumahtangganya boleh jadi karena masih cinta kepada istrinya, atau

karena belas kasihan kepadanya karena pertimbangan anaknya, atau si

istri membutuhkan nafkah darinya atau karena ulfah, saling cinta dari

keduanya. [Tafsir Ibnu Katsir] Dan Ibnu Abbas RA berkata :


اَلْمَوَدَّةُ حُبُّ الرَّجُلِ اِمْرَأَتَهُ ، وَالرَّحْمَةُ رَحْمَتُهُ إِيَّاهَا أَنْ يَصِيْبَهَا بِسُوْءٍ

“Mawaddah adalah rasa cinta kasih seorang laki-laki kepada istrinya,

sementara rahmah adalah kasih sayang suami kepada istrinya yang

membuatnya khawatir istri tertimpa kejelekan atau bahaya.[Tafsir Al-

Qurthubi]

Rumah (tangga) sebagai tempat tinggal keluarga dalam bahasa Arab

disebut dengan “Maskan” yang berarti tempat sakinah (ketenangan).

Benarlah demikian, jika seseorang memiliki masalah di tempat kerja

maka ketika ia sampai di rumah ia akan menjadi tenang, jika seseorang

memiliki masalah di jalan maka ketika ia sudah berada di rumah ia akan

menjadi tenang, namun bagaimana jika ia memiliki masalah di dalam

rumah? tentu ini akan menjadi masalah yang sangat besar karena

dimana lagi ia akan menemukan ketenangannya?

Keluarga merupakan hal yang sangat penting untuk kita perhatikan

dalam kehidupan kita maka dari itu Rasul SAW menjadikan kebaikan

kepada keluarga sebagai barometer kebaikan sebagaimana Rasul SAW

bersabda :


خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي

“Lelaki terbaik diantara kalian adalah yang terbaik kepada keluarganya

dan aku adalah lelaki terbaik untuk keluarganya” [HR Turmudzi]

Hadits ini juga menegaskan bahwa Nabi SAW merupakan Uswah

hasanah (suri tauladan) dalam urusan keluarga. Dengan demikian

seharusnya kita sebagai kaum muslimin, ummat Nabi Muhammad SAW

menjadikan beliau sebagai suri tauladan dalam kehidupan keluarga kita

sehai-hari. Dan buku serial ODOH ke 6 ini memuat berbagai teladan dan

ajaran Nabi Muhammad SAW dalam lingkup keluarga untuk kita jadikan

pedoman dalam membina keluarga samara, sakinah mawaddah wa

rahmah.

Pembahasan dalam buku ini dimulai dengan motivasi menikah dan cara

memilih wanita yang akan dinikahi. Kemudian membahas masalah

prosesi khitbah (melamar), menetapkan mahar hingga hal ihwal

penyelenggaraan pernikahan.

Pada bagian kedua buku ini menyuguhkan pengertian keluarga samara

dilanjut dengan suri tauladan Nabi SAW dalam urusan keluarga,


bagaimana keromantisan beliau dengan istri dan potret kehidupan

keluarga beliau.

Pada bagian ketiga, membahas perspektif dan kiat-kiat membina rumah

tangga bahagia. Dan Pada bagian keempat, membahas problematika

rumah tangga dan solusinya mulai menyambut buah hati, mengelola

kecemburuan, selingkuh hingga perceraian.

Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk selalu

meneladani suri taudalan Nabi SAW dalam berbagai sendi kehidupan

termasuk dalam upaya membina keluarga sehingga keluarga kita

menjadi sakinah mawaddah wa rahmah. Amin..

Malang, 3 Mei 2022

Penulis,

DR.H.Fathul Bari, SS.,M.Ag

MEMBANGUN RUMAH LAYAKNYA SURGA

(Kata Sambutan ODOH 6)

Di bahasa Inggris dikenal home dan house yang keduanya bermakna rumah.

Apakah perbedaan keduanya? House mengacu pada bangunan fisik, berbeda dengan

penggunaan kata home. Home lebih mengacu pada sebuah tempat seseorang bisa

merasakan rasa nyaman dan terikat secara emosional.

Menurut saya, rumah tidak hanya mengacu kepada bangunan saja, tetapi juga

mengacu kepada suasana di dalamnya. Lihat saja rumah sakit! Bangunannya bagus

dan mewah. Orang tidak suka tinggal di sana meskipun gratis. Saya pernah melihat

rumah besar dan megah. Seandainya punya uang, saya ingin membangun rumah

seperti itu. Sayangnya, rumah itu sepi. Rumah sebesar itu diiisi penjaga dan pembantu.

Sementara, pemiliknya sibuk entah ke mana.

Di dalam agama Islam, rumah tidak hanya mengacu kepada bangunan fisik saja,

tetapi lebih pada suasana dan terbentuknya keluarga. Di dalamnya ada visi dan misi

hidup yang luhur. Saya jadi ingat agar kita menjaga diri dan keluarga kita dari api

neraka. Itulah sebabnya, berbicara rumah, tidak bisa dilepaskan dengan berbicara

keluarga dan berumah tangga. Untuk itu, kita perlu menikah terlebih dahulu.

Untuk menikah perlu persiapan. Pernikahan merupakan pertemuan antara

seorang pria dan wanita. Pertemuan dua pribadi yang berbeda. Perbedaan dari latar

belakang sosial, psikologi, budaya, dan lainnya akan menjadi hal menarik ketika

dipertemukan. Itulah sebabnya, Allah menyatakan bahwa pernikahan merupakan

tanda-tanda kekuasaan-Nya. Simak saja Al Quran surat Ar Rum ayat 21.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan

merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih

dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu, benar-benar terdapat

tanda-tanda bagi orang-orang yang berfikir” 


Pernikahan adalah tanda-tanda kekuasaan Allah. Siapa jodoh kita, tempatnya di

mana, dengan cara apa kita bisa menikah, berapa jumlah anak kita, bagaimana rupa

anak kita, semuanya adalah tanda-tanda kebesaran Allah. Saya dikaruniai tiga anak.

Semuanya dari rahim yang sama. Ternyata wajahnya berbeda-beda meskipun ada

garis kemiripannya. Ada anak yang merupakan gabungan dari wajah saya dan wajah

istri; ada yang dominan wajah saya, ada yang dominan wajah istri saya. Saat anak saya

bersama keluarga besar saya, wajah mereka mirip. Anehnya, saat mereka berkumpul

dengan keluarga besar istri saya, wajah mereka juga mirip. Padahal, wajah saya dan

istri saya tidak mirip. Mata saya sipit, sementara mata istri saya lebar; hidung istri saya

mancung dan kecil, sementara hidung saya sedikit besar. Ini berlum berbicara tentang

sifat, kemampuan, kebiasaan, gaya berbicara, gaya berjalan, sungguh semuanya

merupakan kebesaran Allah.

Supaya tenteram, kita perlu menikah. Saya sering bepergian. Semua pulau

besar di Indonesia sudah pernah saya kunjungi. Sering kali, perjalanan ke suatu daerah

memakan waktu yang tidak singkat. Pernah saya pergi ke Sumatra, dijemput oleh travel

pukul 2 atau 3 untuk berangkat ke bandara. Perjalanan ke bandara, menunggu

penerbangan, naik pesawat, ditambah perjalanan darat , ternyata sampai di tujuan

pukul 4 pagi hari berikutnya. Istirahat beberapa jam, dilanjutkan dengan kegiatan.

Dalam kondisi semacam ini, kata pulang atau rumah merupakan saat-saat yang saya

tunggu. Kelelahan selama perjalanan, bisa hilang atau reda setelah tiba di rumah,

bertemu istri dan anak. Ada rasa tentram yang tidak bisa saya jelaskan setelah di

rumah.

Saya pernah mengikuti penataran selama 26 hari di Balai Bahasa Jakarta.

Panitianya begitu baik. Mereka paham betul bahwa para peserta datang dari seluruh

Indonesia yang memiliki keragaman budaya. Oleh karena itu, materi dan penyajinya

pun dipilih. Tidak hanya itu, makanan yang disajikan setiap hari berganti-ganti. Tetapi

tetap saja, semakin lama, saya dilanda kebosanan. Mandi tidak terasa segar dan yang

tidak bisa dibohongi adalah saya rindu pada masakan istri di rumah dan ingin pulang.

Rumah menjadi tempat yang tenteram.


Bila ingin mengenal arti mencintai-dicintai dan menyayangi-disayangi,

menikahlah. Mengapa? Karena dengan menikah kita akan belajar mencintai-dicintai

dan menyayangi-disayangi istri atau suami beserta keluarga besar mereka, juga anak-

anak kita.

Pernikahan merupakan proses belajar yang tidak pernah berhenti. Kita akan

belajar mengenal pasangan kita yang jelas berbeda jenis kelaminnya, berbeda

kebiasaan, selera, etika, norma, adat, organisasi, dan pikiran. Pengenalan ini tidak

hanya dalam hitungan satu dua hari, minggu, atau bulan. Kita perlu mengenal

pasangan kita seumur pernikahan kita. Tidak hanya mengenal, kita perlu menyesuaikan

diri. Penyesuaian diri ini bisa memberi dan menerima, menambah dan mengurangi.

Pasangan bisa menjadi karunia bisa menjadi cobaan buat kita.Tidak hanya pasangan

yang menjadi karunia atau cobaan, anak juga bisa mempunyai kedudukan yang sama.

Saya harus menyesuaikan diri dengan istri, demikian juga sebaliknya. Waktu

kecil, saya sering senang ketika menerima pemberian. Setelah menikah, barulah

merasakan bahwa kebahagiaan itu ketika berbagi. Saat menerima hadiah makanan

atau kue yang enak, yang justru teringat adalah istri dan anak. Kita merasa senang

kalau bisa membawa oleh-oleh ke rumah.

Untuk menikah, tidak perlu harus menunggu mapan dulu. Kita bisa kaya dengan

menikah. Jika kita miskin, Allah akan menjadikan kita mampu dengan karunia-Nya,

bukankah Allah Mahaluas dan Maha Mengetahui. Hal ini dapat kita baca di Al Quran

surat An Nur ayat 32 dan surat An-Nahl ayat 72. Sebelum menikah, gaji saya cukup

untuk keperluan saya selama sebulan, tanpa bisa menabung. Setelah menikah, dengan

penghasilan yang sama, ternyata saya bisa menabung. Setelah itu, penghasilan pun

semakin bertambah dan bertambah.

Setelah menikah, ternyata banyak hal yang saya pelajari. Saya belajar

memperbaiki diri melalui pergauan saya dengan istri. Saya banyak belajar bagaimana

cara mendidik anak dan menata hati melalui anak-anak saya. Saya merasa bahwa

rumah tangga benar-benar sekolah buat saya yang tidak pernah selesai untuk terus

belajar dan belajar lagi.


Saya merasakan bahwa betapa saya menikah tanpa persiapan dan pemahaman

tentang bagaimana berrumah tangga yang ideal menurut agama Islam. Saya menikah

tanpa mengetahui bagaimana membuat visi dan misi, mewujudkannya dalam

kehidupan sehari-hari bersama istri dan anak. Saya merasa sangat terlambat menjadi

imam, ayah, dan suami yang baik. Saya tidak ingin hal ini terjadi pada orang lain.

Sebelum berumah tangga, kita bisa belajar bagaimana membangun mimpi dan

mewujudkannya sesuai dengan tuntunan agama Islam.

Bagi calon pengantin dan yang sudah berumah tangga, buku ini sangat menarik

untuk dibaca. Buku ini tidak hanya membahas persiapan kita sebelum menikah, tetapi

juga bagaimana membina rumah tangga yang tenang, penuh cinta, kasih, dan sayang.

Buku yang ditulis ahlinya ini membahas problematika dalam rumah tangga beserta

pemecahannya. Tidak hanya itu, buku ini juga membicarakan bagaimana

merencanakan buah hati sebagai investasi dan penerus generasi pejuang umat.

Semoga yang membaca buku ini dikaruniai rumah tangga yang penuh dengan

kedamaian, ketenangan, kelembutan, cinta, kasih, sayang, dan kebahagiaan. Semoga

Dr. H. Fathul Bari, S.S., M.Ag. yang sudah berbagi ilmu melalui buku ini dibalas oleh

Allah SWT dengan kesehatan, pahala yang berlimpah, rejeki yang barokah, keluarga

yang sakinah, mawadah, warohmah, dan jannah. Aamiin.


Prof. Dr. Wahyudi Siswanto

Guru Besar UM Malang