إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Saturday, November 5, 2022

PAHALA TANPA AMAL

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Umar Bin Khattab RA, Rasul SAW bersabda :

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“Amalan itu tergantung pada niatnya. Dan setiap orang itu hanya mendapatkan apa yang ia niatkan. [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Kebanyakan orang memandang perbuatan sementara Allah melihat apa yang ada dalam hatinya, Yaitu niat. Hal ini ditegaskan oleh Nabi SAW dalam hadits utama “Amalan itu tergantung pada niatnya. Dan setiap orang itu hanya mendapatkan apa yang ia niatkan. [HR Bukhari] Dalam lanjutannya : Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya keapda Allah dan Rasul-Nya. Namun barang siapa yang hijrahnya untuk mendapatkan dunia atau seorang wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia niatkan tersebut.” [HR Bukhari]

 

Hijrah yang merupakan perbuatan mulia namun jika apa yang ada dalam hatinya bukan karena Allah maka perbuatannya hanya akan menghasilkan tujuannya saja, sementara di sisi Allah ia tidak mendapatkan apa-apa. Ada diantara mereka yang hijrahnya karena urusan wanita. Dijelaskan oleh Ibnu Mas’ud RA :

كَانَ فِيْنَا رَجُلٌ خَطَبَ اِمْرَأَةً يُقَالُ لَهَا : أُمُّ قَيْسٍ ، فَأَبَتْ أَنْ تَزَوَّجَهُ حَتَّى يُهَاجِرَ فَهَاجَرَ فَتَزَوَّجَهَا فَكُنَّا نُسَمِّيْهِ مُهَاجِرَ أُمِّ قَيْسٍ

Diantara kami terdapat seorang lelaki yang meminang seorang wanita yang bernama ummu qays. Namun Wanita itu menolak dinikahi hingga sang lelaki ikut hijrah ke madinah maka sang lelaki itupun berhijrah sehingga kami menjulukinya dengan “Muhajir Ummu Qays” (lelaki yang berhijrah karena ummu Qays). [Ma’rifatus Shahabah]

 

Begitupula saat jihad, niat begitu penting. Abu Musa Al Asy'ari RA meriwayatkan bahwa ada seorang Arab Badui bertanya kepada Nabi SAW: " Ada orang yang berperang karena untuk mendapatkan harta ghanimah, ada juga orang yang berperang agar menjadi terkenal,  ada juga orang yang ikut berperang supaya dilihat kedudukannya (yang tinggi), manakah diantara mereka yang disebut fii sabilillah?". Maka Beliau bersabda:

مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

"Siapa yang berperang untuk meninggikan kalimat Allah dialah yang disebut fii sabilillah". [HR Bukhari]

 

Dari pentingnya niat, maka ada orang yang ia mendapatkan pahala dari amalan yang tidak dilakukannya. Bagaimana bisa? Dalam Hadits Qudsy diriwayatkan :

فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً

Barangsiapa yang berniat untuk mengerjakan amal kebaikan namun tidak bisa melaksakannya, maka Allah akan catat baginya satu kebaikan yang sempurna. [HR Bukhari]

 

Imam Ghazali meriwayatkan : Ada seorang hamba, ia beramal dengan amalan baik lalu malaikat membawa amalan tadi dalam catatan (suhuf) yang tertutup rapat dan dihaturkan ke hadapan Allah SWT. Namun Allah SWT berfirman :

ألْقُوا هَذِهِ الصَّحِيْفَةَ فَإِنَّهُ لَمْ يُرِدْ فِيْهَا وَجْهِي

“Buang saja catatan ini karena orangnya tidak menghendaki balasan dariku”.

 

Lalu Allah memanggil malaikat : Catatlah amalan ini dan itu untuk si fulan dan catatlah amalan ini dan itu untuk si fulan. Malaikat berkata : Wahai tuhanku, ia tidak melakukan apapun dari amalan tersebut. Maka Allah SWT menjawab : Sesungguhnya ia telah meniatkannya. [Ihya Ulumiddin]

 

Ada orang yang mendapat pahala jihad padahal mereka duduk-duduk di rumah dan tidak ikut berperang. Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, bahwasannya ketika pulang dari perang Tabuk dan sudah berada dekat dengan kota madinah maka Beliau bersabda :

إِنَّ بِالْمَدِينَةِ أَقْوَامًا مَا سِرْتُمْ مَسِيرًا وَلَا قَطَعْتُمْ وَادِيًا إِلَّا كَانُوا مَعَكُمْ

Sesungguhnya di Madinah terdapat orang-orang (yang tidak ikut perang tabuk) yang mana kalian tidak melintasi jalan-jalan dan juga tidak (melintasi) lembah melaikan mereka bersama-sama kalian,

Para sahabat bertanya : “Wahai Rasulullah, mereka di madinah?” . Rasul SAW menjawab : “mereka di madinah”. Mereka tidak ikut berperang karena terhalang oleh udzur. [HR Bukhari]

 

Begitu pula ada orang yang mendapat pahala sedekah meskipun ia tidak memiliki harta untuk disedekahkan. Rasul SAW bersabda : Terdapat empat macam cara manusia dalam memperlakukan harta dunia. (Pertama), seorang hamba yang dikaruniai Allah harta dan ilmu, dan dengan ilmu itu ia bertakwa kepada Allah dan dengan harta itu ia dapat menggunakannya untuk menyambung tali silaturrahim. Dan ia tahu kewajibannya kepada Allah atas harta yang dimilikinya, dan inilah tingkatan “afdhalul Manazil” (yang paling baik).

“(Kedua), seorang hamba yang diberi Allah ilmu tapi tidak diberi harta, namun ia memiliki niat yang tulus sambil berkata:

لَوْ أَنَّ لِي مَالًا لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلَانٍ

“andai saja aku memiliki harta, niscaya aku akan melakukan amalan seperti si Fulan (orang pertama)”.

Maka dengan niatnya tadi, ia mendapatkan pahala yang sama dengan orang pertama.

“(Ketiga), seorang hamba yang diberikan harta namun Allah tidak memberikannya ilmu. Ia menghabiskan hartanya tanpa ilmu, ia tidak takut kepada Allah, tidak menyambung tali   silaturrahim dan dia tidak mengetahui kewajibannya kepada Allah atas hartanya. Dan inilah “Akhbatsil Manazil” (tingkatan terburuk).”

“(Keempat), seorang hamba yang tidak diberikan Allah harta maupun ilmu dan ia berkata: “andai aku memiliki harta maka aku akan melakukan apa yang dilakukan oleh Fulan (orang yang ketiga)”.

فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ

Maka dengan niatnya tadi, ia mendapat dosa yang sama dengan orang yang ketiga”. [HR Tirmidzi]

 

Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk meniatkan setiap amalan karena Allah SWT semata dan meniatkan setiap amalan yang akan dikerjakan sehingga dalam kondisi apapun kita menuai pahalanya.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

 

 

Thursday, November 3, 2022

MARBOT

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Urwah RA, Sayyidah Aisyah RA berkata:

أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِبِنَاءِ الْمَسَاجِدِ فِي الدُّورِ وَأَنْ تُنَظَّفَ وَتُطَيَّبَ

Rasul SAW memerintahkan untuk membangun masjid-masjid di pemukiman-pemukiman dan hendaknya masjid-masjid itu dibersihkan dan diberi wewangian. [HR Tirmidzi]

 

Catatan Alvers

 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, bahwasannya terdapat seorang lelaki berkulit hitam atau wanita berkulit hitam yang biasanya mengumpulkan sampah yang berserakan di masjid. Nabi SAW menanyakan perihal tentang wanita itu, para sahabat menjawab, “Dia telah meninggal dunia.” Maka beliau menegur “Mengapa kalian tidak memberitahuku? Tolong tunjukkan dimana kuburnya!” Lalu beliau mendatangi kuburnya dan mensholati jenazahnya di atas kuburan. [HR Bukhari]

 

Wanita yang dikisahkan dalam hadits tersebut menurut riwayat Imam Baihaqi berkun-yah Ummu Mihjan [As-Sunan Al-Kubra] dan menurut Ibnu Mandah dalam Ma’rifatus Shahabah disebutkan bahwa namanya adalah Kharqa’. [Fathul Bari] dan Ummu Mihjan tadi dalam riwayat di atas disebutkan bahwa pekerjaannya adalah :

(كَانَ يَقُمُّ الْمَسْجِدَ) بِقَافٍ مَضْمُوْمَةٍ أَيْ يَجْمَعُ الْقُمَامَةَ وَهِيَ الْكُنَاسَةُ

Orang yang mengumpulkan sampah yang berserakan di masjid. [HR Bukhari] Kata “Yaqummu” dengan dibaca dlammah huruf qaf-nya artinya mengumpulkan “qumamah” yang berarti sampah. [Fathul Bari]

 

Dalam riwayat Al-Ala’ disebutkan :

كَانَتْ تَلْتَقِطُ الْخِرَقَ وَالْعِيْدَانِ مِنَ الْمَسْجِدِ

Seorang perempuan yang biasa memungut serpihan-serpihan kain dan dahan yang tercecer dari masjid. [Shahih Ibnu Huzaimah]

Dalam riwayat Buraidah disebutkan :

كَانَتْ مُولَعَةً بِلَقْطِ الْقَذَى مِنَ الْمَسْجِدِ

Perempuan yang gemar memungut sampah-sampah kecil dari masjid. [As-Sunan Al-Kubra Lil Bayhaqi] dalam [Fathul Bari]

 

Dalam masa sekarang, di suatu masjid terdapat petugas khusus yang sehari-hari membersihkan masjid yang biasa dikenal dengan marbot. Marbot didefinisikan sebagai penjaga dan pengurus mesjid [KBBI] Profesi marbot seringkali dipandang sebelah mata padahal tugasnya sungguh mulia. Tanpa keberadaannya boleh jadi masjid akan menjadi kotor dan tak teratur sehingga tidak siap untuk dipakai kegiatan sehari-harinya.Zaman dahulupun demikian, orang-orang zaman Nabi SAW memandang biasa terhadap wanita yang membersihkan masjid itu. Dalam Riwayat Muslim disebutkan :

فَكَأَنَّهُمْ صَغَّرُوا أَمْرَهَا

Seakan-akan mereka (para sahabat) meremehkan urusan (wanita pembersih masjid tersebut) [HR Muslim]

 

Membersihkan masjid itu adalah pekerjaan yang mulia karena itu diperintahkan Nabi SAW sebagaimana dalam hadits utama diatas. Dan Ibnu Hajar berkata :

فَيُؤْخَذُ مِنْ ذَلِكَ التَّرْغِيْبُ فِي تَنْظِيفِ الْمَسْجِدِ

Diambil kesimpulan dari hadits tadi mengenai anjuran untuk membersihkan masjid. [Fathul Bari]

Dan Al-Mubarakfuri berkata :

يُسْتَحَبُّ أَيْضاً كَنْسُ الْمَسْجِدِ وَتَنْظِيْفُهُ

Disunnahkan pula untuk menyapu masjid dan membersihkannya. [Tuhfatul Ahwadzi]

 

Abus Syaikh al-Ashbihani dalam kitab tsawabul A’mal, dengan sanadnya dari Ubaid bin marzuq, berkata : Di Madinah terdapat wanita yang bernama Ummu Mihjan, yang biasa membersihkan masjid. Ia wafat sementara Nabi SAW tidak mengetahui akan hal itu. Satu ketika beliau melewati kuburan dan beliau bertanya “Kuburan siapa ini?” maka para sahabat menjawab : (kuburan) Ummu mihjan. beliau bertanya lagi “Apakah dia itu yang biasa membersihkan masjid? maka para sahabat menjawab : Iya. Lalu beliau membariskan para sahabat kemudian beliau melakukan sholat jenazah di atas kuburannya. Setelah itu, beliau berkata (kepada kuburan) :

أَيُّ الْعَمَلِ وَجَدْتِ أَفْضَلَ؟

Amalan apa yang kau temukan sebagai amalan yang afdhal (terbaik) ?

Para sahabat bertanya (keheranan) “Wahai Rasulullah, Apakah dia (jenazah wanita yang ada di dalam kubur) itu bisa mendengar?

Rasul SAW menjawab : “ tidaklah kalian lebih mendengar daripadanya”.

Lalu beliau menyebutkan bahwa wanita itu menjawab : Amalan apa yang aku temukan terbaik adalah

قَمُّ الْمَسْجِدِ

membersihkan masjid. [Fathul Bari Libni Rajab]

 

Bahkan dalam riwayat Abu Qirshafah disebutkan bahwa baginda Nabi SAW suatu ketika memerintahkan untuk membangun masjid dan mengeluarkan kotoran darinya lalu beliau bersabda :

وَإِخْرَاجُ الْقُمَامَةِ مِنْهَا مُهُورُ حُورِ الْعِينِ ".

Dan mengeluarkan sampah dari masjid menjadi maharnya bidadari surga. [HR Thabrani]

 

Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk tidak meremehkan pekerjaan membersihkan masjid bahkan kita bisa ikut serta dalam pekerjaan tersebut.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Friday, October 14, 2022

SIHIR KATA-KATA INDAH

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda :

إِنَّ مِنْ الْبَيَانِ لَسِحْرًا

“Sesungguhnya sebagian dari Al-bayan (susunan kata-kata yang indah) adalah sihir” [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Banyak wanita yang dibuat “klepek-klepek” hanya dengan kata-kata indah dari seorang pria yang pada hakikatnya kata-kata itu adalah rayuan gombal semata. Ada kejadian dimana wanita menjadi terbuai dengan kata-kata indah laki-laki di dunia maya, padahal keshalihahnya belum tentu nyata. Begitu menikah, wanita itu baru sadar bahwa kenyatannya tidak seperti mimpi indahnya. Kata-kata indah seperti itu layaknya sihir yang bisa memikat. Maka benarlah apa yang disabdakan Nabi di atas : “Sesungguhnya sebagian dari Al-bayan (susunan kata-kata yang indah) adalah sihir” [HR Bukhari]

 

Ibnu at-Tin berkata : Bayan (penjelasan) itu ada dua macam. Pertama, perkataan yang menjelaskan maksud. Kedua, merangkai kata-kata yang indah untuk menarik perhatian. Bayan yang kedua inilah yang diserupakan dengan sihir. Bayan akan menjadi tercela jika digunakan untuk tujuan keburukan. Diserupakan dengan sihir karena sihir itu bisa memalingkan sesuatu dari hakikatnya.  [Fathul Bari]

 

Suatu ketika datanglah dua orang utusan dari bani Tamim, yaitu Zibriqan bin badr dan Amru Ibnul Ahtam menghadap Nabi SAW. Zibriqan dengan bangga memperkenalkan diri: Ya Rasulallah, Aku adalah pemimpin bani tamim, orang yang ditaati dan dipatuhi di kalangan mereka, aku mencegah mereka dari kedzaliman dan aku pula yang menunaikan hak-hak mereka. Itu  semua diketahui oleh orang ini (yakni Amru Ibnul Ahtam). Amru berkata : Sungguh dia pandai berbicara, Dia mencegah kedzaliman dari orang-orang dekatnya saja dan dia ditaati di kedua telinganya saja. Zibriqan berkata : Demi Allah, Wahai Rasulullah sungguh dia mengetahui dariku tidak seperti yang diucapkannya. Tidaklah ia enggan mengatakan yang sesungguhnya melainkan karena sifat hasud. Amru berkata : Apakah Aku hasud padamu? Demi Allah, Wahai Rasulullah sungguh dia itu tercela pamannya, baru menjadi orang kaya, bodoh orang tuanya, menyia-nyiakan keluarganya. Demi Allah, Wahai Rasulullah Aku jujur pada perkataan pertama dan tidak bohong pada perkataan yang terakhir.

وَلَكِنِّي رَجُلٌ إِذَا رَضِيْتُ قُلْتُ أَحْسَنَ مَا عَلِمْتُ، وَإِذَا غَضِبْتُ قُلْتُ أَقْبَحَ مَا وَجَدْتُ

“Hanya saja aku adalah orang yang jika senang maka akan mengatakan yang terbaik dari apa yang aku ketahui dan jika aku marah maka aku akan mengatakan yang terburuk dari apa yang aku temukan”.

Mendengar perkataan tadi lalu Rasul SAW bersabda dengan hadits utama di atas yaitu : “Sesungguhnya sebagian dari Al-bayan (susunan kata-kata yang indah) adalah sihir”[Fathul Bari]

 

Maka kata-kata itu bisa menghipnotis. Perkataan yang jelek akan menjadi lebih jahat melebihi sihir dalam merusak keadaan. Sebutlah contoh ilustrasi berikut. Si A (Ani) bertanya saat kunjungan seminggu setelah Si B (Bumil)  melahirkan : "Hadiah apa yang diberikan suamimu setelah engkau melahirkan ?" "tidak ada" jawab Si B. Si A berkata lagi : "Masa sih, apa engkau tidak berharga disisinya ? aku bahkan sering diberi hadiah walau tanpa alasan yang istimewa". Siang itu, ketika sang suami lelah pulang dari kantor tiba tiba menemukan istrinya (si B) merajuk di rumah, keduanya lalu terlibat pertengkaran. Sebulan kemudian, antara Si B dan suaminya bercerai. Dari mana sumber masalahnya ? Dari kalimat sederhana yang diucapkan Si A kepada Si B. Perkataan demikian layaknya perkataan istri Abu Lahab yang digelari “Hammalatal Hathab” (provokator).

 

Dan sebaliknya, perkataan yang baik bisa jadi lebih dahsyat melebihi ruqyah dalam memperbaiki keadaan.  Dalam satu kisah disebutkan bahwa ada seorang raja memiliki cincin bertuliskan “these too, will pass” (yang inipun akan berlalu). Tulisan inilah yang ajaib, bukan cincinnya. Tatkala menghadapi persoalan kerajaan yang pelik, ia membaca tulisan di cincin itu dan ia pun menjadi lebih tenang karena ia menyadari bahwa “inipun akan berlalu.”. Dan tatkala ia sedang bersenang-senang, ia pun tak sengaja membaca tulisan di cincin itu, dan merenung  “inipun akan berlalu lantas ia menjadi rendah hati kembali. Dan begitulah seterusnya, dalam kondisi apapun sang raja menyikapinya dengan lebih baik berkat kata-kata tersebut. [Annasindonesia com]

 

Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk bisa berkata-kata yang baik sehingga menimbukan efek yang baik pula serta menjauhi kata-kata yang jelek sehingga tidak menimbukan efek yang jelek bagi lingkungan kita.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

GUNUNG TERCINTA

ONE DAY ONE HADITH

 

Dari Sahal bin Sa’d RA, Rasul SAW bersabda :

أُحُدٌ جَبَلٌ يُحِبُّنَا وَنُحِبُّهُ

Uhud adalah gunung yang mencintai kami dan kamipun mencintainya. [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Gunung Uhud adalah sebuah gunung yang berada di utara Madinah dengan ketinggian sekitar 1077 meter. Gunung Uhud terbentuk dari batu granit warna merah memanjang dari tenggara ke barat laut dengan panjang tujuh kilometer dan lebar hampir tiga kilometer. Gunung ini adalah gunung terbesar dan tertinggi di Madinah. [wikipedia] Gunung ini berjarak lebih kurang tiga mil dari kota Madinah. [ihram co id] atau perjalanan selama 25 menit atau 9 KM dari masjid Nabawi versi google map.

 

Dari sisi arti, Uhud sama dengan kata ahad yang berarti satu atau menyendiri. Gunung tersebut dinamakan demikian, karena gunung tersebut menyendiri dan gunung-gunung lainnya dan dikelilingi oleh lembah. Menurut versi lainnya, dinamakan uhud dikarenakan dahulu ada seseorang dari penduduk “amaliq” (penduduk pertama madinah) yang bernama “uhud” yang pindah menetap di gunung itu sehingga gunung tadi dinamai dengan nama orang tersebut. Pendapat ketiga menyatakan bahwa kata Uhud bermakna satu dan esa, sehingga gunung uhud menjadi simbol keesaan Allah SWT. [ar wikipedia org] Mungkin versi ketiga inilah yang menyebabkan Rasul SAW mencintai gunung uhud.

 

Dalam hadits disebutkan :

مَنْ أَحَبَّ شَيْئًا أَكْثَرَ مِنْ ذِكْرِهِ

Barang siapa mencintai sesuatu maka ia akan banyak menyebutnya. [HR Ad-Dailami]

Teori ini menunjukkan kecintaan Nabi Saw kepada gunung uhud karena beliau sering sekali menyebut nama gunung itu di dalam berbagai kesempatan. Diantaranya adalah ketika beliau berjalan bersama Abu Dzar dan melihat gunuing uhud beliau bersabda :

لَوْ كَانَ لِي مِثْلُ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا يَسُرُّنِي أَنْ لَا يَمُرَّ عَلَيَّ ثَلَاثٌ وَعِنْدِي مِنْهُ شَيْءٌ إِلَّا شَيْءٌ أُرْصِدُهُ لِدَيْنٍ

Seandainya aku memiliki emas sebesar Uhud, maka tidaklah akan membuatku senang jika berlalu tiga (hari) dan masih ada yang tersisa darinya di sisiku, kecuali sebagian yang aku simpan untuk membayar hutang. [HR Bukhari]

 

Begitu pula ketika meng-ijazahkan doa pelunas hutang kepada sahabat Muadz, Beliau bersabda :

أَلَا أُعَلِّمُكَ دُعَاءً تَدْعُو بِهِ لَوْ كَانَ عَلَيْكَ مِثْلُ جَبَلِ أُحُدٍ دَيْنًا لَأَدَّاهُ اللهُ عَنْكَ

Maukah kamu aku ajarkan doa yang sekiranya kamu mempunyai hutang sebesar gunung uhud niscaya Allah akan melunaskannya darimu?. [HR Thabrani]

 

Ketika Beliau menjelaskan pahala mengurus jenazah, beliau bersabda : Barang siapa mensholati jenazah maka ia mendapatkan pahala satu qirath. Dan jika ia menyaksikan penguburannya maka ia mendapatkan pahala dua qirath.

اَلْقِيْرَاطُ مِثْلُ جَبَلِ أُحُدٍ

Satu qirath itu seperti gunung uhud (besarnya). [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah]

 

 

Pada kesempatan lainnya, Beliau melarang orang memaki para sahabat. Beliau memberikan alasannya :

فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ

"Sekiranya salah seorang dari kalian menginfakkan emas sebesar gunung Uhud, niscaya hal itu tidak akan menyamai (pahala) satu mud atau setengahnya dari sedekah mereka."  [HR Bukhari]

 

Tatkala Rasul SAW mencela orang-orang yang suka menimbun harta maka beliau bersabda :

مَا أُحِبُّ أَنَّ لِي مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا أُنْفِقُهُ كُلَّهُ إِلَّا ثَلَاثَةَ دَنَانِيرَ

“Tidaklah aku memiliki emas sebesar gunung Uhud yang aku infaqkan semuanya melainkan aku suka menyisakan tiga dinar saja“. [HR Bukhari]

 

Demikian pula tatkala Beliau menceritakan penghuni neraka. Beliau bersabda : Sesungguhnya ahli neraka akan membesar di dalam neraka, sehingga jarak antara daun telinga ke bahu mereka adalah sejauh 700 tahun. Dan tebal kulitnya pula adalah 40 hasta,

وَضِرْسُهُ أَعْظَمَ مِنْ جَبَلِ أُحُدٍ

dan gigi gerahamnya adalah lebih besar dari gunung Uhud. [HR Thabrani]

 

Beliau juga berbicara dengan gunung uhud. Suatu ketika, Nabi SAW mendaki Gunung Uhud bersama Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman. Lalu gunung Uhud itu bergetar, maka beliau bersabda:

اثْبُتْ أُحُدُ فَإِنَّمَا عَلَيْكَ نَبِيٌّ وَصِدِّيقٌ وَشَهِيدَانِ

 “Tenanglah wahai Uhud, karena di atasmu sekarang ada Nabi, As-shiddiq (Abu Bakar) dan dua orang (yang akan mati) syahid (‘Umar dan ‘Utsman),” [HR Bukhari].

 

Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk mencintai apa yang dicintai oleh Nabi SAW sehingga kitapun akan dicintai oleh beliau.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]