Friday, September 30, 2016

MARHABAN SYAHRULLAH



ONE DAY ONE HADITH

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
”Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada syahrullah (bulan Allah) yaitu Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.”[HR Muslim]

Catatan Alvers

Nanti malam kita akan memasuki tahun baru hijriyah sekaligus memasuki bulan muharram, bulan mulia yang masuk kategori Asyhurul hurum (4 bulan mulia; Dzul Qa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab) bahkan karena keagungan dan kemuliaannya, bulan muharram dinobatkan sebagai Syahrullah (bulan Allah).
Pada bulan muharram kita disunnahkan untuk berpuasa sebagaimana hadits utama di atas dan puasa muharram adalah bulan terbaik dan paling utama untuk berpuasa sunnah. Namun di sini terjadi kejanggalan yaitu mengapa Nabi lebih banyak berpuasa pada bulan sya’ban padahal bulan muharram adalah bulan terbaik untuk puasa? Imam Nawawi memberikan jawabannya : (1) boleh jadi Rasul SAW baru mengetahui keutamaan bulan muharram tersebut di akhir hayat beliau (2) kemungkinan Rasul banyak mengalami udzur pada bulan muharram seperti bepergian dll. [Al-Minhaj Syarah Muslim]


Abut Thayyib As-Sindi memiliki jawaban lain, beliau berkata : Bulan muharram adalah bulan terbaik secara global (indal ithlaq) untuk berpuasa, adapun bulan rajab adalah bulan terbaik secara khusus dalam rangka memuliakan bulan ramadhan dengan melatih puasa dan adab-adabnya. [Tuhaftul Ahwadzi]

Kejanggalan selanjutnya adalah Mengapa bulan muharram dinobatkan sebagai syahrullah (bulan Allah) padahal masih ada bulan lain yang sama-sama memiliki keutamaan bahkan melebihi bulan muharram seperti bulan ramadhan?. Menjawab pertanyaan ini, Imam Suyuthi berkata bahwa nama-nama bulan dalam kalender hijriyah sudah ada pada masa jahiliyah, kecuali muharram. Muharram ini adalah nama Islami (baru), yang pada masa jahiliyah dikenal dengan bulan shafar Al-Awwal dan bulan setelahnya disebut shafar ats-tsani. Ketika islam datang, Allah memberi nama muharram melalui lisan Nabi-Nya sehingga bulan ini digelari sebagai bulan Allah. [Ad-Dibaj Ala Muslim]

Al-Munawi menukil perkataan Syeikh Az-Zamakhsyari, ”Bulan Muharram ini disebut syahrullah (bulan Allah), disandarkan pada lafdzul  jalalah ’Allah’ untuk menunjukkan mulia dan agungnya bulan tersebut, sebagaimana perkataan ’Baitullah’ (rumah Allah) atau ’Alullah’ (keluarga Allah) ketika menyebut suku Quraisy. Penyandaran (idhofah) khusus ini tidak ditemukan pada bulan-bulan lainnya, hal ini menunjukkan adanya keutamaan pada bulan tersebut. [Faidlul Qadir]

Ada pertanyaan yang sering diajukan yaitu apakah puasa muharram ini berlaku selama sebulan penuh atau pada sepuluh hari pertama ataukah khusus pada asyura’nya saja?. Al-Munawi mengutip beberapa pendapat. Ath-Thiby berpendapat bahwa yang dimaksud dengan puasa bulan Allah adalah puasa asyuro’ (10 muharram) saja. Sedangkan Al-qary berpendapat sebulan penuh dan ini adalah pendapat yang benar. [Tuhaftul Ahwadzi] Namun demikian sepuluh hari pertama bulan muharram memiliki kemuliaan tersendiri terlebih dengan adanya asyura di dalamnya yang .

al-Hafidz Ibnu Rajab berkata : Hari-hari terbaik dari bulan muharram adalah 10 hari pertamanya. Abu Ustman An-Nahdy berkata :
كانوا يعظمون ثلاث عشرات: العشر الأخير من رمضان، والعشر الأول من ذي الحجة، والعشر الأول من محرم.
Para sahabat mengagungkan tiga macam 10 hari yaitu 10 hari terakhir bulan ramadhan, 1o Hari awal bulan bulan Dzul hijjah, 10 hari awal bulan muharram.

10 hari pertama inilah yang dikatakan sebagai 10 hari penyempurna dalam firman Allah swt :
وَوَاعَدْنَا مُوسَى ثَلَاثِينَ لَيْلَةً وَأَتْمَمْنَاهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيقَاتُ رَبِّهِ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. [QS Al-A’raf : 142]

Lalu pada hari kesepuluh itulah (asyura) Nabi Musa Kalimullah berdialog dengan Allah SWT. Wahab bin munabbih berkata :
أوحى الله تعالى إلى موسى عليه السلام أن مر قومك أن يتوبوا إلي في أول عشر المحرم، فإذا كان يوم العاشر فليخرجوا إلي أغفر لهم.
Allah mewahyukan kepada Musa AS “perintahlah kaummu untuk bertaubat pada 10 hari pertama bulan muharram dan ketika tanggal 10 maka hendaklah mereka keluar niscaya Aku akan mengampuni mereka. [Latha’iful Ma’arif]

Dengan keistimewaan dari bulan muharram dan keistimewaan 10 hari pertama darinya maka sudah sewajarnya bulan ini mendapat sambutan yang istimewa seperti dengan memperbanyak dzikir dan doa menjelang memasuki bulan mulia muharram seperti yang lazim dikenal dengan doa akhir dan awal tahun. Di sisi lain, berdoa adalah hal yang sangat dianjurkan kapanpun dan dimanapun dan secara khusus pada tiap awa bulan. Diriwayatkan dari Thalhah bin Ubaidillah RA, Ia berkata : Nabi SAW ketika melihat hilal (awal bulan), maka beliau berdoa:
اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَالْإِيمَانِ وَالسَّلَامَةِ وَالْإِسْلَامِ رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ
 “Ya Allah, perlihatlah bulan ini kepada kami dengan kebahagiaan, keimanan, keselamatan dan keislaman. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.” [HR Ahmad]

Lantas bagaimana dengan hilal bulan muharram yang memiliki keistimewaan seperti di atas. Namun kejanggalan yang sering diajukan adalah “kalau memang ada sesuatu yang dinilai baik pada zaman sekarang niscaya kebaikan itu telah dilakukan oleh para salaf”. Sebagaimana slogan yang sering mereka kemukakan:
لَوْ كَانَ خَيْرًا لَسَبَقُوْنَا إِلَيْهِ
jika suatu perbuatan itu dinilai baik maka sudah pastilah mereka (salaf) mendahului kita dalam melakukannya [Tafsir Ibn Kathir, IV, 190]

Menjawab hal ini, imam Syafi’i berkata:
كل ما له مستند من الشرع فليس ببدعة ولو لم يعمل به السلف
Setiap perkara yang memiliki landasan dari syari’atnya, maka bukanlah bid’ah walaupun tidak dilakukan oleh ulama salaf. [Dalam Kitab Husnu at-Tafahhum]

Maka perkataan imam syafi’i di atas mengukuhkan pendapat bahwa tidak selamanya kebaikan itu harus dilakukan oleh pendahulu kita. Hal ini terbukti bahwa syeikh Ibn Baz, sehingga ulama kenamaan dari golongan wahabi yang terkenal banyak membid’ahkan, ia berfatwa tentang bolehnya membaca doa khatam al-Quran di dalam sholat dan tidak termasuk bid’ah meskipun tidak ada contoh dari Rasul maupun dari para sahabat yang merupakan acuan ibadah. Selanjutnya syeikh berkata : “barangsiapa yang mengingkarinya (bolehnya membaca doa khatam quran dalam sholat), wajib ia mengemukakan dalilnya”. Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk meneliti aib sendiri sehingga lupa akan melihat aib orang lain.

Salam Satu Hadith,
DR.H.Fathul Bari, Malang, Ind

ONE DAY ONE HADITH
Kajian Hadits Sistem SPA (Singkat, Padat, Akurat)
READY STOCK BUKU ONE DAY#1
Distributor : 081216742626

0 komentar:

Post a Comment