Wednesday, January 4, 2017

INDAHNYA “SUJUD PAMUNGKAS”





ONE DAY ONE HADITH

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah bersabda:
أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ
Kondisi terdekat seorang hamba kepada Tuhannya adalah ketika ia bersujud, maka perbanyaklah doa saat itu. [HR Muslim]

Catatan Alvers

Sosmed dihebohkan dengan berita ditemukannya seorang pria meninggal dalam posisi sujud dalam shalatnya tepatnya saat melakukan shalat sunnah ba’diyah Isya’ seusai shalat Isya berjamaah di sebuah Masjid di daerah Lawang, Jawa Timur (3/1/2016). Viral tersebut dilengkapi dengan foto dan video kejadiannya dimana Pertama kali diketahui oleh pengurus masjid yang hendak menutup pintu dan ia mendapati seorang jamaah tak kunjung bangkit dari sujudnya. Setelah diperiksa denyut nadinya, barulah diketahui bahwa jamaah tersebut telah meninggal dunia. [Situs Malangtoday] Innalillahi Wa inna ilayhi Raji’un.


Subhanallah, sungguh ini adalah kematian yang sangat indah. Betapa tidak, sesuai dengan hadits utama di atas ia menghadap Allah dalam kondisi terdekat dengan-Nya dan berada di maqam mustajabah. Di samping itu, posisi sujud adalah posisi dimana Allah mengangkat derajatnya dan menghapus kesalahannya. Rasul bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةً
Tiada seorang hamba bersujud kepada Allah satu kali kecuali dengan setiap sujudnya Allah mengangkat satu derajat dan menghapus satu kesalahan darinya. [HR Tirmidzi]

Lebih dari itu alvers, bersujud adalah salah satu cara untuk bisa berkumpul bersama Rasul di dalam surga. Rabi’ah bin Ka’b Al-Aslami RA bercerita: suatu saat aku menginap bersama Rasul dan aku membawa air untuk keperluan wudlu’ dan kebutuhan beliau lalu berliau berkata “mintalah! (sesuatu dariku)” Maka aku berkata “perkenankan aku menemanimu di surga”. Rasul bertanya "Apakah tidak ada lagi permintaamu yang lain?"
Aku menjawab : “Itu saja”. Rasul
bersabda :
فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ
"Kalau begitu, bantulah aku (untuk memperbaiki) dirimu dengan memperbanyak sujud" [HR Muslim]

Banyak di antara para sahabat dan salafus shaleh yang menginginkan indahnya “sujud pamungkas” seperti ini. Diantaranya adalah Abu Tsa`labah Al-Khusyna (w.75 H). Imam ad-Dzahabi meriwayatkan bahwa sahabat Nabi ini memang menginginkan meninggal dalam keadaan sujud. Suatu hari ia membicarakan kematian pada rekan-rekannya dan ia berkata,
إني لارجو ألا يخنقني الله كما أراكم تخنقون
“Sungguh aku menginginkan Allah mematikanku tidak seperti mematikan (kebanyakan) kalian.”
Dan ternyata benar, ia meninggal dalam kondisi sujud saat sedang menunaikan shalat malam. [Siyar A’lamin Nubala’ : 2, 526]

Terdapat tambahan dalam riwayat lain, Puterinya malam itu bermimpi ayahnya meninggal dunia, Sontak ia terbangun dan berteriak “dimana ayahku, dimana ayahku?” lalu iapun bergegas menuju musholla dan memanggil-manggilnya namun sang ayah yang sedang sujud tidak menjawab panggilannya.  Digerak-gerakkanlah tubuh ayahnya hingga roboh dan teryata sang ayah ditemukan telah meninggal dunia. [Tahdzibut Tahdzib : 12/44]

Nama-nama lain dari para sahabat dan salafus shaleh yang telah merasakan indahnya “sujud pamungkas” diantaranya adalah
Abdullah bin Abi Sarh, Sahabat Nabi yang meninggal dalam posisi sujud sewaktu sholat subuh [Al-Bidayah Wan Nihayah: 4/340] Zurarah Bin Awfa, Sahabat Nabi yang meninggal ketika sujud [Tahdzibul Kamal : 9/340] Imam Abu Hanifah (148 H), Beliau tatkala merasa akan meninggal dunia maka beliau langsung bersujud dan ruhnya keluar dalam posisi sujud tersebut [Maghanil Akhyar:5/165] Ahmad bin Muzhaffar An-Nabulusy (w.758). Ia berkata “Aku ingin mati dalam keadaan sujud”. Setelah itu ia masuk rumah dan mengunci pintunya rapat-rapat. Dan setelah tiga hari tidak keluar rumah, orang-orang menemukannya telah meninggal dalam posisi sujud seperti yang diinginkannya. [Ad-Durar Al-Kaminah: 1/106]

Meninggal dunia dalam keadaan sujud adalah tanda khusnul Khatimah. Hal ini sebagaimana dipahami dari sabda Rasulullah :
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ قَالُوا وَكَيْفَ يَسْتَعْمِلُهُ قَالَ يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ قَبْلَ مَوْتِهِ
“Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seseorang, maka Allah akan membuatnya beramal.” Para sahabat bertanya; “Bagaimana membuatnya beramal?” beliau menjawab: “Allah akan memberikan taufiq padanya untuk melaksanakan amal shalih sebelum dia meninggal.” [HR Ahmad]

Amal shalih yang dimaksud bukan hanya sujud, sholat namun juga
amal kebaikan yang lain seperti sedekah, puasa, Haji dll. Rasulullah bersabda;
مَنْ قَالَ : لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ابتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ ، خُتِمَ لَهُ بهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ صَامَ يَوْمًا ابتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ خُتِمَ لَهُ بهَا ، دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ تَصَدَّقَ بصَدَقَةٍ ابتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ خُتِمَ لَهُ بهَا ، دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa yang meninggal dengan mengucapkan ‘Laa ilaaha illallah’ ikhlas karena Allah maka dia masuk Surga, barangsiapa yang berpuasa pada suatu hari ikhlas karena Allah kemudian meninggal maka dia masuk Surga, dan barangsiapa yang bersedekah ikhlas karena Allah kemudian dia meninggal maka dia masuk Surga.” (HR. Ahmad)

Selanjutnya, ada tanda-tanda khusnul khatimah yang lain diantaranya adalah meninggal dunia dengan berkeringat di dahi. Seorang sahabat Nabi, Buraidah RA saat ia berada di Khurasan, ia menjenguk saudaranya yang sakit, ia menemuinya tengah sekarat dan dahinya berkeringat, maka Buraidah berkata: Allaahu Akbar, aku mendengar Rasulullah bersabda:
مَوْتُ الْمُؤْمِنِ بِعَرَقِ الْجَبِينِ
“Orang mukmin meninggal dunia dengan (mengeluarkan) keringat di dahinya.” [HR. Ahmad]

Kebanyakan dari kita memang kurang menyukai membicarakan kematian meskipun kematian akan menghampiri kita semua. Hal ini juga diakui para sahabat, mereka berkata :

يَا رَسُولَ اللَّهِ كُلُّنَا نَكْرَهُ الْمَوْتَ
“Wahai Rasulullah, Setiap kami membenci kematian” [HR Ahmad]

Namun demikian setidaknya kita berusaha menjadi orang yang bertaqwa dan beramal shalih di dunia yang fana ini sehingga tatkala ajal menjelang, Allah menampakkan surga di depan mata sehingga pada akhirnya kita menjadi senang untuk bertemu Allah dengan kematian itu. Dalam penjelasan yang panjang, Rasul bersabda : “seorang yang beriman apabila menghadapi sakaratul maut, maka seorang (malaikat) pemberi kabar gembira datang menghampirinya seraya menunjukkan tempat kembalinya, hingga tidak ada sesuatu yang lebih dia sukai kecuali bertemu dengan Allah. Lalu Allah pun suka bertemu dengannya. Adapun orang yang banyak berbuat dosa, atau orang kafir, apabila telah menghadapi sakaratul maut, maka datang (malaikat) dengan menunjukkan tempat kembalinya yang buruk, atau apa yang akan dijumpainya berupa keburukan. Maka hal itu membuatnya tidak suka bertemu Allah, hingga Allah pun tidak suka bertemu dengannya.” Inilah pengertian dari sabda Nabi :
مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ
“Barangsiapa senang bertemu dengan Allah, maka Allah senang bertemu dengannya. Dan barangsiapa benci bertemu dengan Allah, maka Allah benci bertemu dengannya.” [HR. Ahmad] Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa beramal shalih hingga kematian kita datang dengan khusnul hitam.

Salam Satu Hadith,
DR.H.Fathul Bari Alvers
PP Annur2.net Malang, Ind

Temukan Artikel ini dalam
BUKU ONE DAY ONE HADITH
Kajian Hadits Sistem SPA
(Singkat, Padat, Akurat)
Buku Serial #1 Indahnya Hidup Bersama Rasul SAW
Buku Serial #2 Motivasi Bahagia dari Rasul SAW
Harga Promo, hub.: 081216742626

0 komentar:

Post a Comment