Monday, March 1, 2021

AKU TIDAK TAHU


 


ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Ash RA, Nabi bersabda :

إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dari para hamba-Nya dengan sekali cabutan namun Dia mencabutnya dengan (dengan perlahan-lahan yaitu dengan cara) mewafatkan para ulama sehingga jika sudah tidak tersisa orang alim maka manusia merujuk kepada tokoh-tokoh yang bodoh. Mereka ditanyai lalu mereka berfatwa tanpa ilmu. Mereka itu sesat dan menyesatkan. [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Hadits di atas mengisyaratkan bahwa kwalitas keilmuan (agama) manusia semakin menurun dari generasi ke generasi karena Allah mencabut ilmu sedikit demi sedikit dengan cara mewafatkan para ulama waktu demi waktu. Konsekwensinya kebodohan semakian meluas dan hal ini merupakan tanda dekatnya hari kiamat sehingga tentunya akan semakin banyak orang bodoh dijadikan pemimpin atau tokoh masyarakat sehingga kesesatan dimana-mana.

 

Untuk mengantisipasi hal tersebut Sayyidina Umar berkata :

تَفَقَّهُوا قَبْلَ أَنْ تُسَوَّدُوا

Belajarlah ilmu agama sebelum kalian dijadikan tokoh masyarakat.

Dan Imam Bukhari menambahkan perkataan tersebut :

وَبَعْدَ أَنْ تُسَوَّدُوا، وَقَدْ تَعَلَّمَ أَصْحَابُ النَّبِيّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي كِبَرِ سِنِّهِمْ

... Dan juga (belajarlah) setelah kalian dijadikan tokoh masyarakat sebab para sahabat Nabi tetap belajar di usia tua mereka. [Shahih Bukhari]

 

Redaksi tambahan dari Imam bukhari tersebut sangatlah penting, sebab seesorang yang sudah terlanjur menjadi tokoh masyarakat maka ia akan enggan untuk belajar (mengaji ilmu agama). Ketinggian kedudukannya menjadikan ia enggan duduk sejajar dengan para santri (pemula). Abu Ubbadi menjelaskan hal tersebut :

تَفَقَّهُوا وَأَنْتُمْ صِغَارٌ قَبْلَ أَنْ تَصِيرُوا سَادَةً فَتَمْنَعكُمْ الْأَنفَةُ عَنِ الْأَخْذِ عَمَّنْ هُوَ دُونكُمْ فَتَبْقوا جُهَّالًا

Belajarlah ilmu agama selagi kalian masih kecil (muda) sebelum kalian menjadi tokoh masyarakat sebelum keangkuhan menghalangi kalian untuk menimba ilmu dari orang yang derajatnya di bawah kalian sehingga kalian tetap menjadi orang-orang bodoh. [Fathul Bari]

 

Dengan kondisi demikian ditambah dengan keberadaan bahwa ilmu manusia itu sangatlah terbatas sebagaimana Allah SWT berfiman :

وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا

“ … dan tidaklah kalian diberi ilmu melainkan sedikit saja“ [QS Al-Isra: 85]

 

Maka sungguh wajar jika se-alim apapun seseorang pastilah ada masalah yang luput dari pengetahuannya. Di sinilah perlu disadari bahwa mengatakan “Aku tidak tahu” merupakan hal yang wajar dan bukanlah satu aib yang membuat malu mengatakannya bahkan jangalah sebaliknya menjadi “Sok tahu” sehingga kita menjadi sesat dan menyesatkan sebagaimana hadits utama di atas.

 

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah berkata : Ada kisah yang masyhur dimana satu ketika seorang alim ditanyai tentang satu masalah maka sang alim menjawab : “Aku tidak tahu”. Lalu sebagian muridnya ada yang berkata “Aku tahu jawaban dari masalah tersebut”.  Maka sang alim marah kepadanya.  Namun murid tadi berkata :

أَيُّهَا الْأُسْتَاذُ لَسْتَ أَعْلَمَ مِنْ سُلَيْمَانَ بْنِ دَاوُدَ وَلَوْ بَلَغْتَ فِي الْعِلْمِ مَا بَلَغْتَ وَلَسْتُ أَنَا أَجْهَلَ مِنَ الْهُدْهُدِ

Wahai guru! Sepandai apapun, Engkau tidaklah lebih alim dari Nabi Sulaiman bin Dawud  dan (Sebodoh apapun) aku tidaklah lebih bodoh dari burung hudhud.

 

Namun ketika burung hudhud berkata :

أَحَطْتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ

“Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu (Nabi Sulaiman) belum mengetahuinya... [QS An-Naml: 22]

 

Maka Nabi sulaiman tidak mencela hudhud dan juga tidak berlaku kasar kepadanya. [Miftah Dar As-Sa’adah]

 

Maka janganlah malu mengatakan “Aku tidak tahu” atau diamlah dan jangan sok tahu dan jangan pula marah jika ada orang lain yang tahu apa yang kita tidak tahu. Memang terasa berat, karena setanpun mengakui bahwa orang yang bisa melakukannya adalah orang hebat. Sebagian ulama berkata :

لَيْسَ شَيْءٌ أَشَدَّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ عَالِمٍ حَلِيْمٍ إِنْ تَكَلَّمَ تَكَلَّمَ بِعِلْمٍ وَإِنْ سَكَتَ سَكَتَ بِحِلْمٍ، يَقُوْلُ الشَّيْطَانُ: اُنْظُرُوا إِلَيْهِ سُكُوْتُهُ أَشَدُّ علَيَّ مِنْ كَلَامِهِ

Tiada sesuatu yang lebih berat bagi setan dari pada orang alim nan bijaksana. Jika ia berbicara maka ia berbicara dengan ilmu dan jika ia diam maka ia diam dengan bijaksana. Setan berkata : Lihatlah orang itu, diamnya lebih berat atasku daripada bicaranya. [Qutul Qulub]

 

Tidak semua orang bisa mengatakan “Aku tidak tahu” maka untuk mengatakannya perlu belajar. Sebagian ulama berkata :

تَعَلَّمْ لَاأَدْرِي وَلَا تَتَعَلَّمْ أَدْرِي

Belajarlah mengucapkan “Aku tidak tahu” dan jangan belajar mengucapkan “Aku Tahu”

Karena jika engkau mengatakan “Aku tidak tahu” maka mereka akan mengajarimu hingga engkau tahu dan jika engkau mengatakan “aku tahu” maka mereka akan menanyaimu hingga engaku tidak tahu. [Qutul Qulub]

 

Abu Thalib Al-Makki menukil perkataan Ulama salaf :

تَعَلَّمِ الصَّمْتَ كَمَا تَتَعَلَّمُ الْكَلَامَ

“Belajarlah diam sebagaimana kau belajar berbicara”

Jika perkataan itu bisa memberikan petunjuk kepadamu  maka diam akan menjagamu. Di dalam diam terdapat dua faidah, Yaitu dengan diam kau bisa menolak kebodohan orang yang lebih bodoh darimu dan kau akan mendapatkan ilmu dari orang yang lebih alim darimu. [Qutul Qulub]

 

Janganlah salah persepsi, jika mengatakan “Aku tidak tahu” kita auto turun level menjadi orang bodoh. As-Sya’bi berkata :

لَا أَدْرِي نِصْفُ الْعِلْمِ

“Perkataan “Aku tidak tahu” adalah seperoh dari ilmu “.

Barang siapa yang diam karena tidak mengetahui jawabannya dengan ikhlas lillahi ta’ala maka bukan berarti pahalanya lebih kecil daripada orang yang bisa menjawab pertanyaan, karena mengakui kebodohan itu lebih berat bagi nafsu seseorang. [Ihya Ulumuddin]

 

Ibnu Umar tatkala dimintai fatwa maka ia menyuruh orang tersebut kepada orang laim lainnya. Ia berkata “pergilah kepada kyai ini ia menguasai urusan manusia. Maka ibnu umar menyerahkan masalahnya kepadanya.

 

Justru sebaliknya, yang disebut orang alim itu bukanlah orang yang bisa menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan kepadanya. Ibnu Mas’ud berkata :

إِنَّ الَّذِي يُفْتِي النَّاسَ فِي كُلِّ مَا يَسْتَفْتُوْنَهُ لَمَجْنُوْنٌ

Sesungguhnya orang yang memberikan fatwa dari semua permasalahan yang ditanyakan ia adalah orang gila. [Ihya Ulumuddin]

 

Ketahuilah bahwa perkataan “Aku tidak tahu” adalah benteng pertahanan dari orang alim. Dikatakan oleh ulama :

جُنَّةُ الْعَالِمِ " لَا أَدْرِي " فَإِنْ أَخْطَأَهَا فَقَدْ أُصِيْبَتْ مَقَالَتُهُ

Benteng pertahanan orang alim adalah perkataan “Aku tidak tahu”. Jika iapun salah mengucapkannya maka perkataannya bisa dibenarkan. [Ihya Ulumuddin]

 

Coba perhatikan, Ibnu Umar pernah ditanyai sepuluh pertanyaan namun ia menjawab satu pertanyaan dan mendiamkan sembilan lainnya. Ibnu Abbas menjawab sembilan pertanyaan dan mendiamkan (tidak menjawab) satu pertanyaan.

وَكَانَ فِي الْفُقَهَاءِ مَنْ يَقُوْلُ " لَا أَدْرِي " أَكْثَرَ مِمَّا يَقُوْلُ " أَدْرِي "

Di antara para Ahli fikih ada ulama yang mengatakan “Aku tidak tahu” lebih banyak daripada perkataannya “Aku tahu”.

Diantara mereka adalah Sufyan Tsauri, Malik bin Anas, Ahmad bin Hambal, Fudail bin Iyadl dan Bisyr ibnul Harts. [Ihya Ulumuddin]

 

Jika sekaliber Imam madzhab seperti Imam Malik guru imam Syafii saja masih lebih banyak mengatakan “Aku tidak tahu” maka bagaimana dengan kita yang bodoh dan jauh sekali dari derajat mufti apalagi Imam Madzhab? Kenapa merasa malu dan enggan mengatakan “Aku tidak tahu”.

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk tidak malu mengakui kebodohan kita namun bukan berarti kita menjadi malas untuk belajar dan berlindung dibalik artikel ini. Sebaliknya semoga kita lebih semangat belajar karena sealim apapun pastilah lebih banyak ilmu yang belum kita ketahui.

 

Salam Satu Hadits,

DR.H.Fathul Bari. SS., M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Sekolah Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah kita semua.

0 komentar:

Post a Comment