Saturday, November 5, 2022

PAHALA TANPA AMAL

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Umar Bin Khattab RA, Rasul SAW bersabda :

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“Amalan itu tergantung pada niatnya. Dan setiap orang itu hanya mendapatkan apa yang ia niatkan. [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Kebanyakan orang memandang perbuatan sementara Allah melihat apa yang ada dalam hatinya, Yaitu niat. Hal ini ditegaskan oleh Nabi SAW dalam hadits utama “Amalan itu tergantung pada niatnya. Dan setiap orang itu hanya mendapatkan apa yang ia niatkan. [HR Bukhari] Dalam lanjutannya : Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya keapda Allah dan Rasul-Nya. Namun barang siapa yang hijrahnya untuk mendapatkan dunia atau seorang wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia niatkan tersebut.” [HR Bukhari]

 

Hijrah yang merupakan perbuatan mulia namun jika apa yang ada dalam hatinya bukan karena Allah maka perbuatannya hanya akan menghasilkan tujuannya saja, sementara di sisi Allah ia tidak mendapatkan apa-apa. Ada diantara mereka yang hijrahnya karena urusan wanita. Dijelaskan oleh Ibnu Mas’ud RA :

كَانَ فِيْنَا رَجُلٌ خَطَبَ اِمْرَأَةً يُقَالُ لَهَا : أُمُّ قَيْسٍ ، فَأَبَتْ أَنْ تَزَوَّجَهُ حَتَّى يُهَاجِرَ فَهَاجَرَ فَتَزَوَّجَهَا فَكُنَّا نُسَمِّيْهِ مُهَاجِرَ أُمِّ قَيْسٍ

Diantara kami terdapat seorang lelaki yang meminang seorang wanita yang bernama ummu qays. Namun Wanita itu menolak dinikahi hingga sang lelaki ikut hijrah ke madinah maka sang lelaki itupun berhijrah sehingga kami menjulukinya dengan “Muhajir Ummu Qays” (lelaki yang berhijrah karena ummu Qays). [Ma’rifatus Shahabah]

 

Begitupula saat jihad, niat begitu penting. Abu Musa Al Asy'ari RA meriwayatkan bahwa ada seorang Arab Badui bertanya kepada Nabi SAW: " Ada orang yang berperang karena untuk mendapatkan harta ghanimah, ada juga orang yang berperang agar menjadi terkenal,  ada juga orang yang ikut berperang supaya dilihat kedudukannya (yang tinggi), manakah diantara mereka yang disebut fii sabilillah?". Maka Beliau bersabda:

مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

"Siapa yang berperang untuk meninggikan kalimat Allah dialah yang disebut fii sabilillah". [HR Bukhari]

 

Dari pentingnya niat, maka ada orang yang ia mendapatkan pahala dari amalan yang tidak dilakukannya. Bagaimana bisa? Dalam Hadits Qudsy diriwayatkan :

فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً

Barangsiapa yang berniat untuk mengerjakan amal kebaikan namun tidak bisa melaksakannya, maka Allah akan catat baginya satu kebaikan yang sempurna. [HR Bukhari]

 

Imam Ghazali meriwayatkan : Ada seorang hamba, ia beramal dengan amalan baik lalu malaikat membawa amalan tadi dalam catatan (suhuf) yang tertutup rapat dan dihaturkan ke hadapan Allah SWT. Namun Allah SWT berfirman :

ألْقُوا هَذِهِ الصَّحِيْفَةَ فَإِنَّهُ لَمْ يُرِدْ فِيْهَا وَجْهِي

“Buang saja catatan ini karena orangnya tidak menghendaki balasan dariku”.

 

Lalu Allah memanggil malaikat : Catatlah amalan ini dan itu untuk si fulan dan catatlah amalan ini dan itu untuk si fulan. Malaikat berkata : Wahai tuhanku, ia tidak melakukan apapun dari amalan tersebut. Maka Allah SWT menjawab : Sesungguhnya ia telah meniatkannya. [Ihya Ulumiddin]

 

Ada orang yang mendapat pahala jihad padahal mereka duduk-duduk di rumah dan tidak ikut berperang. Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, bahwasannya ketika pulang dari perang Tabuk dan sudah berada dekat dengan kota madinah maka Beliau bersabda :

إِنَّ بِالْمَدِينَةِ أَقْوَامًا مَا سِرْتُمْ مَسِيرًا وَلَا قَطَعْتُمْ وَادِيًا إِلَّا كَانُوا مَعَكُمْ

Sesungguhnya di Madinah terdapat orang-orang (yang tidak ikut perang tabuk) yang mana kalian tidak melintasi jalan-jalan dan juga tidak (melintasi) lembah melaikan mereka bersama-sama kalian,

Para sahabat bertanya : “Wahai Rasulullah, mereka di madinah?” . Rasul SAW menjawab : “mereka di madinah”. Mereka tidak ikut berperang karena terhalang oleh udzur. [HR Bukhari]

 

Begitu pula ada orang yang mendapat pahala sedekah meskipun ia tidak memiliki harta untuk disedekahkan. Rasul SAW bersabda : Terdapat empat macam cara manusia dalam memperlakukan harta dunia. (Pertama), seorang hamba yang dikaruniai Allah harta dan ilmu, dan dengan ilmu itu ia bertakwa kepada Allah dan dengan harta itu ia dapat menggunakannya untuk menyambung tali silaturrahim. Dan ia tahu kewajibannya kepada Allah atas harta yang dimilikinya, dan inilah tingkatan “afdhalul Manazil” (yang paling baik).

“(Kedua), seorang hamba yang diberi Allah ilmu tapi tidak diberi harta, namun ia memiliki niat yang tulus sambil berkata:

لَوْ أَنَّ لِي مَالًا لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلَانٍ

“andai saja aku memiliki harta, niscaya aku akan melakukan amalan seperti si Fulan (orang pertama)”.

Maka dengan niatnya tadi, ia mendapatkan pahala yang sama dengan orang pertama.

“(Ketiga), seorang hamba yang diberikan harta namun Allah tidak memberikannya ilmu. Ia menghabiskan hartanya tanpa ilmu, ia tidak takut kepada Allah, tidak menyambung tali   silaturrahim dan dia tidak mengetahui kewajibannya kepada Allah atas hartanya. Dan inilah “Akhbatsil Manazil” (tingkatan terburuk).”

“(Keempat), seorang hamba yang tidak diberikan Allah harta maupun ilmu dan ia berkata: “andai aku memiliki harta maka aku akan melakukan apa yang dilakukan oleh Fulan (orang yang ketiga)”.

فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ

Maka dengan niatnya tadi, ia mendapat dosa yang sama dengan orang yang ketiga”. [HR Tirmidzi]

 

Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk meniatkan setiap amalan karena Allah SWT semata dan meniatkan setiap amalan yang akan dikerjakan sehingga dalam kondisi apapun kita menuai pahalanya.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

 

 

0 komentar:

Post a Comment