Monday, September 18, 2023

SHALAWAT HAJJI

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Anas Bin Malik RA, Rasul SAW bersabda : Malaikat Jibril berkata :

مَنْ صَلَّى عَلَيْكَ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا ، وَرَفَعَ لَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ

“Barang siapa membaca shalawat atasmu satu kali maka Allah menurunkan sepuluh rahmat kepadanya dan mengangkat derajatnya sepuluh tingkatan.” [HR Bukhari dalam Adabul Mufrad]

 

Catatan Alvers

 

Suatu ketika ada sahabat yang bernama Basyir bin Sa’ad RA, Ia bertanya: “Allah telah memerintahkan kepada kami untuk bershalawat kepadamu, bagaimanakah kami mengucapkan shalawat kepadamu?” Kemudian Rasulullah SAW menjawab : Ucapkanlah  

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

“Ya Allah, berikanlah kemuliaan kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau memberikan kemuliaan kepada Ibrahim. Dan berilah karunia kepada Muhammad beserta keluarganya sebagaimana Engkau memberikan karunia kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya di alam semesta ini, hanya Engkau-lah yang Maha terpuji lagi Maha mulia.” [HR Muslim]

 

Redaksi shalawat di atas lazim dikenal dengan shalawat ibrahimiyyah yang kita baca ketika tayahhud dalam shalat dan memang menurut al-Qadli (Iyadl Rahimahullah), menurut qaul adzhar (yang lebih jelas) redaksi shalawat yang ditanyakan memang dalam konteks shalat sehingga imam muslim mendatangkan riwayat hadits tersebut dalam bab shalat. [Syarah Muslim]

 

Lantas bagaimana dengan redaksi shalawat yang disusun oleh ulama seperti shalawat haji? Apakah boleh dibaca dan diamalkan? Apakah khasiatnya memang untuk bisa berhaji?

 

Perlu diketahui bahwa ada di antara sahabat Nabi yang menyusun shalawat dengan redaksi lain yang berbeda dengan yang di ajarkan oleh Nabi. Di antaranya adalah Abdullah bin Mas’ud RA. Ia berkata :

إِذَا صَلَّيْتُمْ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَحْسِنُوا الصَّلَاةَ عَلَيْهِ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْرُونَ لَعَلَّ ذَلِكَ يُعْرَضُ عَلَيْهِ

“Apabila kalian bershalawat kepada Rasulullah SAW, maka buatlah redaksi shalawat yang bagus kepada beliau, siapa tahu shalawat kalian itu disampaikan kepada beliau.”

 

Lantas ada beberapa orang yang meminta agar mereka diajari shalawat yang bagus. Abdullah bin Mas’ud RA menjawab : “Ucapkanlah :

اللَّهُمَّ اجْعَلْ صَلَاتَكَ وَرَحْمَتَكَ وَبَرَكَاتِكَ عَلَى سَيِّدِ الْمُرْسَلِينَ وَإِمَامِ الْمُتَّقِينَ وَخَاتَمِ النَّبِيِّينَ مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ إِمَامِ الْخَيْرِ وَقَائِدِ الْخَيْرِ وَرَسُولِ الرَّحْمَةِ اللَّهُمَّ ابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا يَغْبِطُهُ بِهِ الْأَوَّلُونَ وَالْآخِرُونَ

Ya Allah jadikanlah segala shalawat, rahmat dan berkah-Mu kepada sayyid para rasul, pemimpin orang-orang yang bertakwa, pamungkas para nabi, yaitu Muhammad hamba dan rasul-Mu, pemimpin dan pengarah kebaikan dan rasul yang membawa rahmat. Ya Allah anugerahilah beliau maqam terpuji yang menjadi harapan orang-¬orang terdahulu dan orang-orang terkemudian.”

Setelah itu beliau melanjutkan dengan membaca shalawat Ibrahimiyah. [HR Ibnu Majah]

 

Imam Syafii juga memiliki redaksi shalawat tersendiri yang beliau tulis dalam kitabnya Ar-Risalah yaitu :

وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ كُلَّمَا ذَكَرَهُ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِهِ الْغَافِلُوْنَ

”Semoga Allah melimpakan shalawat atas Muhammad, selama orang-orang yang ingat menyebut-Mu dan orang-orang yang lalai lupa menyebut-Mu.”

 

Dan Abul Hasan berkata: “Aku bermimpi bertemu dengan Rasul SAW lantas aku bertanya: “Ya Rasul, Apakah hadiah yang diterima As-Syafii darimu atas shalawatnya yang ditulisnya dalam kitab Ar-Risalah. Maka Nabi SAW menjawab : Hadiah adalah ia tidak di hisab (masuk surga tanpa hisab). [Ihya Ulumuddin]

 

Dengan demikian, shalawat itu tidak harus memakai redaksi yang langsung dari Nabi SAW sehingga redaksi shalawat seperti shalawat hajji itu diperbolehkan. Lantas bagaimana dengan khasiatnya? shalawat hajji biasanya dibaca dengan khasiat orang yang membacanya akan bisa pergi haji. Apakah juga diperbolehkan meyakini hal tersebut padahal yang demikian itu tidak diajarkan oleh Nabi SAW ?.

 

Redaksi Shalawat Hajji yang dimaksud adalah sebagai berikut :

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُبَلِّغُنَا بِهَا حَجَّ بَيْتِكَ الْحَرَامِ وَزِيَارَةَ قَبْرِ نَبِيِّكَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ بِلُطْفٍ وَعَافِيَةٍ وَسَلَامَةٍ وَبُلُوْغِ الْمَرَامِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِه وَسَلِّمْ

“Ya Allah, limpahkanlah rahmat atas junjungan kami Muhammad dengan berkah shalawat, Engkau menyampaikan kami untuk berkunjung ke rumah-Mu yang mulia dan berziarah ke makam nabi-Mu, atasnya shalawat dan salam dengan penuh kelembutan, kesehatan, keselamatan, dan tercapainya maksud dan tujuan, serta limpahkan pula shalawat dan salam keapda keluarga dan sahabat-sahabat beliau”.

 

Shalawat hajji tersebut pada dasarnya merupakan do’a yang diselipkan dalam shalawat. Ya, Doa agar bisa berhaji. Doa seperti ini akan lebih berpeluang dikabulkan. Kenapa? Karena Umar Bin Khattab RA berkata :

إِنَّ الدُّعَاءَ مَوْقُوفٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَا يَصْعَدُ مِنْهُ شَيْءٌ حَتَّى تُصَلِّيَ عَلَى نَبِيِّكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Sesungguhnya doa itu terhenti antara langit dan bumi, ia tidak bisa naik sedikitpun sehingga engkau bershalawat kepada Nabimu SAW. [HR Tirmidzi]

 

Mengingat doa dalam shalawat hajji tadi adalah permohonan agar Allah menyampaikan pembacanya ke tanah suci untuk berhaji maka demikian pula insyaAllah, Allah akan mengabulkannya. Jadi keyakinan akan khasiat shalawat hajji itu juga ada dasarnya. Terlepas dari itu semua, shalawat akan meninggikan derajat seseorang di sisi Allah SWT sebagaimana hadits utama di atas.

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk dapat mengamalkan shalawat dengan hati tenang dan penuh keyakinan akan khasiat yang telah dijanjikan oleh Nabi SAW.

0 komentar:

Post a Comment