Sunday, October 2, 2016

THE POWER OF NIAT



ONE DAY ONE HADITH

Diriwayatkan dari Umar bin Khatthab RA, Rasul saw bersabda :
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ.
Sesungguhnya (sahnya) perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang mendapat apa yang diniatkannya. Barang siapa yang berhijrah karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena harta yang diinginkannya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkannya. [HR Bukhari-Muslim]

Catatan Alvers

Bulan Muharram adalah bulan dimana Nabi saw dan para sahabat memancangkan niat untuk berhijrah ke madinah. Berhijrah bukanlah perkara mudah  karena berhijrah berati mencucurkan keringat, mencurahkan pikiran, mempertaruhkan harta bahkan nyawa. Betapa tidak, Nabi dan para sahabat yang berhijrah mereka berada di bawah bayang-bayang pedang kaum kafir mekkah. Tidak berhenti di mekkah, setibanya di madinah mereka di hantui penyakit yang menyebabkan kemandulan bahkan mematikan dan yaitu humma yatsrib. [Kisah Humma Yatsrib dan Ramal, Lihat HR AHMAD]


Besarnya resiko hijrah ini akan menyurutkan langkah setiap orang yang niatnya lemah, dengan demikian orang yang berhasil ikut berhijrah itu artinya mereka tidak disangsikan lagi betapa tinggi dan kuatnya niat hijrahnya. Namun demikian, ternyata tidak serta merta hal ini menafikan masalah niat. Justu Rasul SAW mengingatkan niat hijrah pada hadits utama di atas. Dan ternyata praktik di lapangan membuktikan demikian, ada yang berhijrah karena wanita yang ingin di nikahinya yaitu Ummu Qays. Menurut ibnu dihyah, wanita tersebut bernama qaylah [Umdatul Qari] yang mana selanjutnya predikat lelaki “misterius” yang mengejar ummu qays itu menjadi julukan bagi orang yang beramal karena selain Allah, yaitu Muhajir Ummu Qays. [Umdatul Qari]

Niat sangat penting kedudukannya dalam sebuah amal bahkan dari pentingnya niat ini Nabi SAW dalam riwayat lain bersabda:
نية المؤمن خير من عمله
Niatnya orang mukmin itu lebih baik (pahalanya) dari pada amalannya. [HR Thabrani]

Maka wajarlah Imam Ahmad dan Imam Syafi’I berkata : “Hadits tentang niat ini mencakup sepertiga agama islam.” Dan Imam Syafi’i berkata “Hadits ini masuk kedalam tujuh puluh bab (fiqih)” [Fathul Bari]

Dahsyatnya niat itu tidak berhenti dalam urusan amal ibadah saja namun ternyata ada pemahaman lain yaitu niat sebagai power yang dapat digunakan untuk terapi kesembuhan bahkan niat akan sangat mempengaruhi kesuksesan sebuah usaha. Dr. F.I. Regardie, seorang ahli psikoterapi yang lahir di London tahun 1907 dan tinggal di Amerika Serikat sejak usia 13 tahun, menulis buku yang sangat laris, The Art of True Healing. Isinya tentang spiritual power dari masing-masing manusia yang bila dimanfaatkan bisa menyembuhkan segala penyakitnya sendiri. Konsep ini sejalan dengan buku Anatomy of The Spirit karya Dr. Caroline Myss, seorang ahli spesialis diagnosa intuisi, yakni bagaimana “melihat” penyakit pasien secara intuitif. Yang menarik adalah sebuah pernyataan di dalam buku itu, “So be it, so it is”. Ucapkan: “Jadilah, maka akan terjadi”.

Bila seseorang berkonsentrasi penuh membayangkan sesuatu hal akan terjadi, maka niscaya hal itu terjadi. Mirip ayat “Kun fayakun”. Bila kita membulatkan pikiran dan niat bahwa badan yang lesu dan sakit-sakitan menjadi terasa segar bugar, maka hal itu akan terjadi, badan akan segar lagi. Setiap kali energi spiritual dipusatkan dan disalurkan kepada organ yang sakit, maka setiap sel di sana menerima pesan penyembuhan dan akan melaksanakan perintah sesuai pesan itu. Setiap molekul udara di sekitar tubuh ternyata juga ikut beresonansi, bergetar memperkuat frekuensi pesan itu sehingga akhirnya kesembuhan menjadi kenyataan. Dan pengiriman pesan pikiran ini tidak hanya terbatas soal penyakit, pemusatan niat bulat tentang satu usaha akan direkam oleh alam dan apabila intensitas energinya cukup tinggi, akan menjadi kenyataan.

Ketika pikiran difokuskan kepada seorang teman agar dia ingat pada kita, maka bisa saja tiba-tiba dia menelpon kita. Bukankah hal ini sering kita alami? Tetapi niat yang setengah-setengah, asal-asalan, akan menguap begitu saja tanpa bekas. Ketika kita membulatkan niat untuk mencapai suatu target maka kemungkinan besar akan terwujud. Bukankah Allah mengikuti apa yang kita yakini, sukses atau tidaknya. Dalam hadits qudsy disebutkan :
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي
Allah berfirman, Aku menuruti saja persangkaan hamba-Ku [HR Bukhari]

Maka merupakan keniscayaan bagi kita agar dalam memulai suatu usaha haruslah dengan penuh keyakinan bila kita berpikiran positif hasilnyapun juga akan positif. Ada falsafah para pelaut pengembara Bugis-Makassar, “Sebelum berangkat tiba dahulu.” Sebelum perahu bertolak, sudah dibayangkan dengan penuh keyakinan suasana di pantai yang akan dituju. Artinya sebelum memulai satu usaha, bayangkan dengan kuat gambaran ketika hal itu sudah selesai sebagai motivasi. Layaknya minum jamu yang pahit maka bayangkanlah manfaat kesembuhan setelah meminumnya sehingga termotivasi dan tidak surut niat untuk meminumnya. Maka realisasi target tinggal menunggu waktu saja. Allah SWT mengajarkan kita agar mempekokoh niat dan baru kemudian pasrah kepada-Nya. Allah swt berfirman :
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya : Apabila niatmu sudah bulat, maka bertawakallah kepada Allah karena Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal [QS Ali Imran :159] Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk membenahi niat setiap aktifitas kita dan semoga Allah swt merealisasikan semua niat, doa dan cita-cita kita serta memberikan pertolongan dan kemudahan dalam setiap usaha kita.

0 komentar:

Post a Comment