إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Saturday, October 12, 2024

ULAMA VS PENCERAMAH

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Hakim bin Hizam RA, Rasul SAW bersabda :

وَسَيَأْتِي زَمَانٌ قَلِيلٌ فُقَهَاؤُهُ ، كَثِيرٌ خُطَبَاؤُهُ ، كَثِيرٌ سُؤَّالُهُ ، قَلِيلٌ مُعْطُوهُ ، الْعِلْمُ فِيهِ خَيْرٌ مِنَ الْعَمَلِ

“Akan datang satu masa dimana orang-orang faqih-nya sedikit, sementara banyak para penceramahnya, banyak para peminta-minta dan sedikit orang-orang yang memberi, ketika itu ilmu lebih baik dari pada amal”. [HR Thabrani]

 

Catatan Alvers

 

Pada zaman sekarang kita dengan mudah menemukan penceramah di mana-mana. Mulai yang tua maupun yang muda bahkan anak-anak. Ajang lomba ceramah semacam PILDACIL (pemilihan da’i cilik) pun di gelar di berbagai tempat dan banyak sekali pesertanya. Sementara orang yang faham ilmu agama (Faqih) dan ulama yang benar-benar mengamalkan ilmunya semakin sulit untuk ditemukan. Banyak di antara mereka meninggal dunia lalu banyak diantara mereka tidak memiliki generasi penerus dalam keilmuan dan amalihah mereka. Hal ini sebagaimana sabda Rasul SAW :

إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

Sesungguhnya Allah tidak mengangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk kepada para pemuka-pemuka yang bodoh. Ketika ditanya, maka mereka itu berfatwa dengan tanpa ilmu. mereka itu sesat dan menyesatkan. [HR Bukhari]

 

Dengan demikian secara perlahan namun pasti akhirnya kita sampai pada zaman yang disebutkan oleh baginda Nabi SAW dalam hadits utama di atas “Akan datang satu masa dimana orang-orang faqih-nya sedikit, sementara banyak para penceramahnya. banyak para peminta-minta dan sedikit orang-orang yang memberi, ketika itu ilmu lebih baik dari pada amal”. [HR Thabrani].

 

“Faqih adalah orang yang faham agama dengan hatinya itu berbeda dengan khatib (penceramah) yang mana ia berceramah dengan lisannya. Terkadang hati itu memiliki pengetahuan dan ilmu yang agung namun orangnya tidak mengungkapkannya kepada orang lain. Dan sebaliknya, terkadang seseorang berbicara banyak ilmu pengetahuan hati dan hal ihwalnya sementara hatinya kosong. Hal ini seperti perumpamaan Nabi SAW mengenai orang munafiq yang membaca Qur’an, ia seperti tumbuhan Rayhanah. Baunya wangi namun rasanya pahit. Disini Rasul SAW menjelaskan bahwa ada orang yang membaca Qur’an dan berbicara mengenai kalam Allah namun ia dalah orang munafik yang mana di dalam hatinya tidak terdapat iman. Dan disisi lain, beliau memberikan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca al-Quran ialah seperti buah kurma, tidak ada baunya, tetapi rasanya manis. Jadi ada orang yang hatinya beriman dan didalam hatinya terdapat tauhid, mahabbah dan khashyah yang agung namun dia tidak membicarakan hal itu kepada orang lain”. [Da’ru Ta’arudil Aql Wan Naql]

 

“Banyak diantara para penceramah saat ini tidak memilah milih kisah dan cerita yang disampaikan, yang penting bagi mereka kisahnya menarik perhatian bahkan tak jarang menyampaikan hadits palsu dan cerita bohong dengan niatan motivasi amal shalih ataupun sekedar biar tenar dan banyak mendapat job”. [Majalah Al-Bayan 98 Maktabah Syamilah]

Maka di zaman akhir dimana banyak penceramahnya, Ibnu Rajab Al-Hambali berkata :

فَمَنْ كَثُرَ عِلْمُهُ وَقَلَّ قَوْلُهُ فَهُوَ الْمَمْدُوحُ، وَمَنْ كاَنَ بِالْعَكْسِ فَهُوَ مَذْمُوْمٌ

Barang siapa yang banyak ilmunya dan sedikit bicaranya maka dialah orang yang terpuji. Dan orang yang sebaliknya (Sedikit ilmu namun banyak bicara) dialaha orang yang tercela.  [Majmu’ Rasa’il Ibni Rajab]

 

Dalam konteks ini pula, Ibnu Mas’ud berkata :

اِعْلَمُوا أَنَّ حُسْنَ الْهَدْيِ فِي آخِرِ الزَّمَانِ خَيْرٌ مِنْ بَعْضِ الْعَمَلِ

Ketahuilah bahwa baiknya perilaku (teladan) di akhir zaman itu lebih baik daripada sebagian amalan. [Adabul Mufrad]

 

Kondisi sekarang ini berbanding terbalik dengan kondisi di zaman Nabi SAW. Pada hadits yang sama, sebelumnya Rasul SAW menjelaskan :

إِنَّكُمْ قَدْ أَصْبَحْتُمْ فِي زَمَانٍ كَثِيرٍ فُقَهَاؤُهُ ، قَلِيلٍ خُطَبَاؤُهُ ، كَثِيرٍ مُعْطُوهُ ، قَلِيلٍ سُؤَّالُهُ ، الْعَمَلُ فِيهِ خَيْرٌ مِنَ الْعِلْمِ

Kalian sekarang berada pada masa orang-orang faqih-nya banyak, sedangkan para khathib (penceramah)nya sedikit, banyak orang yang memberi dan dan sedikit para peminta-minta, amal itu lebih baik daripada ilmu.  [HR Thabrani]

 

Al-Qari menjelaskan bahwa makna dari “amal itu lebih baik daripada ilmu” adalah di zaman tersebut menampakkan amal itu lebih baik daripada menampakkan ilmu supaya orang-orang mudah untuk meneladaninya. Hal ini tentu tidak bertentangan dengan keutamaan ilmu secara mutlak. [Al-Iraqy, Takhrij Ahaditsil Ihya]

 

Dalam hadits tersebut terdapat tigal hal yang berbanding terbalik dengan berbedanya zaman yaitu Ulama VS penceramah, Pemberi VS peminta-minta, Ilmu VS Amal. Dan terdapat tambahan penjelasan mengenai Hal ini. Suatu ketika ada orang Yaman mendatangi Ibnu Mas’ud dan berkata : Tolong ajarkan Al-Qur’an kepadaku. Ibnu Mas’ud menyuruhnya pulang. Di perjalanan, orang itu bertemu dengan satu kaum yang mendengarkan kisah tadi maka mereka menganjurkannya untuk belajar “kalam” (berpidato). Orang yaman itu kembali kepada Ibnu Mas’ud. Lalu Ibnu Mas’ud berkata :  “Engkau sekarang berada pada masa dimana orang-orang faqih-nya banyak, sedangkan para penceramahnya sedikit, banyak orang yang memberi dan sedikit para peminta-minta”

الْعَمَلُ فِيهِ قَائِدٌ لِلْهَوَى

saat ini amal bisa menuntun hawa nafsu. dan sebentar lagi akan datang satu masa dimana para khathib (penceramah)nya banyak sedangkan ulama’nya sedikit. Banyak orang yang meminta-minta dan sedikit orang yang memberi.

الْهَوَى فِيهِ قَائِدٌ لِلْعَمَلِ

Saat itu hawa nafsu akan mengendalikan amal seseorang. [Al-Ibanah Al-Kubra Libni Batthah]

 

Di dalam riwayat lain, Ibnu Mas’ud berkata : “Kalian sekarang berada pada masa dimana para khathib (penceramah)nya sedikit sedangkan ulama’nya banyak,

يُطِيلُونَ الصَّلَاةَ، وَيُقَصِّرُونَ الْخُطْبَةَ

“mereka memanjangkan shalat dan memendekkan khutbah”.

Dan akan datang satu masa dimana ulama’nya sedikit namun para khathib (penceramah)nya banyak.

يُطِيلُونَ الْخُطْبَةَ، وَيُؤَخِّرُونَ الصَّلَاةَ

Mereka itu memanjangkan khutbah dan mengakhirkan shalat”.  [HR Thabrani]

 

Kapan itu terjadi? Ibnu Mas’ud menjelaskan : “(dan itu semua terjadi) Jika kalian sudah melihat orang-orang meninggikan bangunan, berlaku tidak adil dalam hukum, menerima suap, semoga semua selamat dan selamat. Orang yaman itu bertanya : Lantas perkara apakah  yang bisa menyelamatkan kami? Ibnu Mas’ud menjawab :

تَأْخُذُ حِلْسًا مِنْ أَحْلَاسِ بَيْتِكَ فَتَلْبَسهُ , وَتَكُفُّ لِسَانَكَ وَيَدَكَ

“Hendaknya engkau mengambil alas rumahmu dan memakainya, menahan mulut dan tanganmu”. [Al-Ibanah Al-Kubra Libni Batthah]

 

Begitu beratnya mengamalkan ilmu di akhir zaman ini maka Rasul SAW bersabda :

إِنَّكُمْ الْيَوْمَ فِي زَمَانٍ كَثِير عُلَمَاؤُه ، قَلِيلُ خُطَباَؤُه ، مَنْ تَرَكَ عُشْرَ مَا يَعْرِفْ هَوَى ، وَيَأْتِي مِنْ بَعْدُ زَمَانٌ كَثْير خُطَبَاؤُه ، قَلِيلُ عُلَمَاؤُه ، مَنْ اسْتَمْسَكَ بِعُشْرِ مَا يَعْرِفُ فَقَدْ نَجَا».

Sesungguhnya kalian hari ini berada pada suatu zaman banyak ulamanya, dan sedikit penceramahnya. Barangsiapa yang meninggalkan sepuluh persen dari yang dia ketahui maka dia akan tergelincir. Dan akan datang setelahnya zaman dimana banyak penceramahnya, dan sedikit ulama’nya. Barangsiapa yang berpegang teguh dengan sepeuluh persen saja dari apa yang dia ketahui maka sungguh dia telah selamat. [Al-Amal As-Shalih]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk terus belajar ilmu dan berusaha mengamalakannya semampu kita supaya kita menjadi orang yang selamat di zaman akhir ini.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi SAW  menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah kita semua.

Wednesday, October 9, 2024

TIPS SHALAT KHUSYU’


ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abud Darda’ RA, Rasul SAW bersabda :

أَوَّلُ مَا يُرْفَعُ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ الْخُشُوعُ حَتَّى لَا تَرَى فِيْهَا خَاشِعًا

Perkara pertama yang diangkat (hilang) dari ummat ini adalah khusyu’ sehingga engkau tidak menemukan orang yang shalat dengan khusyu’. [HR Thabrani]

 

Catatan Alvers

 

Shalat sangatlah penting bagi seorang muslim. Tidak hanya sebagai kewajiban namun shalat bisa menjadikannya sebagai muslim yang baik karena shalat bisa menjauhkannya dari kejelekan. Allah SWT berfirman :

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ  إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ

Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. [QS Al-'Ankabut : 45]

 

Jika ada fakta orang yang shalat namun ia tetap melakukan kejelekan maka shalatnya haruslah lebih diperhatikan. Adakah kesalahan dalam shalatnya. Dalam hadits disebutkan :

مَنْ لَمْ تَنْهَهُ صَلاَتُهُ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللهِ إِلاَّ بُعْداً

Barang siapa yang shalatnya tidak bisa menjadikannya tercegah dari perbuatan keji dan mungkar maka ia tidak bertambah dari Allah melainkan bertambah jauh dari-Nya. [Ihya]

 

Ya, boleh jadi orang itu mengerjakan shalatnya dengan asal-asalan, ia mengerjakannya dengan lalai dan tidak khusyu’ dalam shalatnya. Imam Ghazali berkata :

وَالصَّلاَةُ مُنَاجَاةٌ فَكَيْفَ تَكُونُ مَعَ الْغَفْلَةِ؟

Shalat itu munajat (berbisik kepad Allah) maka bagaimana bisa shalat itu dilakukan dengan lalai? [Ihya]

 

Maka shalat itu tidak cukup dikerjakan sesuai syarat dan rukunnya namun khusyu juga merupakan hal yang tak boleh diabaikan. Allah SAWt berfirman :

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ * الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ

“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya. [QS Al-Mu’minun 1-2]

 

Khusyu’ itu sulit dilakukan apalagi di akhir zaman seperti sekarang ini. Nabi SAW dalam hadits utama bersabda : Perkara pertama yang diangkat (hilang) dari ummat ini adalah khusyu’ sehingga engkau tidak menemukan orang yang shalat dengan khusyu’. [HR Thabrani]

 

Namun demikian kita harus tetap berusaha belajar khusyu’ dalam shalat karena shalat yang dilakukan dengan lalai maka itu akan sia-sia. Dalam hadits disebutkan :

لَا يَنْظُرُ اللهُ إِلَى صَلَاةٍ لَا يُحْضِرُ الرَّجُلُ فِيْهَا قَلْبَهُ مَعَ بَدَنِهِ

Allah tidak memperhatikan shalat yang mana orangnya tidak menghadirkan hati bersama badannya [Ihya]

 

Bagaimana cara agar kita bisa shalat dengan khusyu’? Rasul SAW memberikan tipsnya. Dalam satu hadits disebutkan :

وَإِذَا صَلَّيْتَ فَصَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ

“Dan jika engkau shalat maka lakukan shalat seperti shalatnya orang yang berpamitan” [Ihya]

 

Imam ghazali menjelaskan maksud berpamitan adalah :

مُوَدِّعٌ لِنَفْسِهِ مُوَدِّعٌ لِهَوَاهُ مُوَدِّعٌ لِعُمْرِهِ سَائِرٌ إِلَى مَوْلَاهُ

(Orang yang shalat itu berpamitan karena ia akan) meninggalkan hawa dan nafsunya dan juga meninggalkan umurnya (akan meninggal dunia) dan ia mulai berjalan menuju Tuhannya. [Ihya]

 

Dengan cara shalat yang demikian maka pantaslah jika Sayyidah Aisyah menceritakan bahwa Rasul SAW bercengkrama dengan kami lalu ketika waktu shalat tiba maka :

 

فَكَأَنَّهُ لَمْ يَعْرِفْنَا وَلَمْ نَعْرِفْهُ

Seakan-akan beliau tidak mengenali kami dan kami tidak mengenalinya. [Ihya]

 

Bagaimana cara agar kita bisa shalat dengan khusyu’? Sahabat Ali KW punya kiatnya. Ali bin Abi Thalib RA, ketika hendak shalat maka badannya gemetar dan wajatnya pucat pasi. Ketika ditanya mengenai hal itu maka ia menjawab :

جَاءَ وَقْتُ أَمَانَةٍ عَرَضَهَا اللهُ عَلَى السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلْتُهَا

Telah tiba waktu mengemban amanat yang dahulu ditawarkan oleh Allah keapda langit, bumi dan gunung namun mereka menolaknya dan meminta belas kasihan agar amanat tersebut tidak dibebankan kepada mereka dan sekarang aku akan  mengemban amanat tersebut (shalat). [Ihya]

 

Bagaimana cara agar kita bisa shalat dengan khusyu’? Ada tips dari cicit Nabi SAW yaitu agar setiap hendak shalat kita membayangkan akan menghadap siapa. Ali bin Al-Husain sehabis berwudlu (untuk shalat), mukanya menjadi pucat pasi. Maka keluarganya bertanya penyebabnya. Lalu ia menjawab :

أَتَدْرُوْنَ بَيْنَ يَدَيْ مَنْ أُرِيْدُ أَنْ أَقُوْمَ؟

Tahukah kalian, aku akan menghadap kepada siapa? [Ihya]

 

Bagaimana cara agar kita bisa shalat dengan khusyu’? Ada tips yang lebih terperinci dari seorang ulama yang dalam kita Siyar A’lamin Nubala digelari sebagai “Luqmanu Hadzihil Ummah” (Luqman hakimnya ummat muhammad SAW)”. Ulama abad ketiga Hijriyah yang wafat pada tahun 237 H dan pernah berkumpul dengan Imam Ahmad bin Hanbal. Ia adalah Hatim Al-Asham.

 

Ketika ia ditanya mengenai shalat (khusu’)nya Hatim berkata : “Ketika datang waktu shalat maka aku berwudlu dengan sempurna lalu aku mendatangi tempat shalat dan duduk di situ sehingga semua anggota badanku tenang. Kemudian aku berdiri untuk shalat sambil membayangkan ka’kab ada di hadapan pandanganku, titian shirath membentang di bawah telapak kakiku, surga di kananku dan neraka di kiriku, malaikat maut ada di belakangku dan akupun menyangka bahwa shalat yang aku kerjakan adalah shalat terakhirku. Aku berdiri dengan harap-harap cemas lalu aku membaca takbir “Allahu Akbar” dengan mantab dan jelas lalu aku mulai membaca bacaan shalat dengan tartil (pelan). Ketika rukuk aku melakukannya dengan tawadlu, aku sujud dengan khusyu’ lalu aku duduk sesuai aturan hingga selesai. Dan terakhir aku meng-ikhlaskan shalatku namun aku tidak tahu apakah shalatku diterima ataukah tidak?”. [Ihya]

 

Dengan melakukan shalat yang demikian maka wajarlah banyak cerita-cerita kekhusyu’an dari para ulama yang mempraktekkannya. Diantaranya adalah Said At-Tanukhi, ia ketika shalat maka air mata tak henti-hentinya mengalir dari pipi hingga ke jenggotnya.

 

Khalaf bin Ayyub ia adalah orang yang khusu’ dalam shalatnya. Ia tidak mengusir lalat bahkan badannya tidak bergerak sedikitpun meskipun ia di kerubungi lalat ketika sedang shalat. Orang-orangpun bertanya mengenai rahasia kesabarannya dalam menahal gatal karena lalat sepanjang shalatnya. Ia berkata : Jika seorang penjahat ia sabar menahan sakitnya cambukan di depan penguasa supaya ia disebut sebagai orang yang tahan pukul dan iapun bangga dengan predikat itu maka bagaimana aku tidak sabar karena seekor lalat sedangkan aku berada di hadapan tuhanku (shalat)?”.

 

Muslin Bin Yasar Al-Bashri (wafat 100 H) ketika hendak shalat ia berkata kepada keluarganya :”Silahkan kalian berbicara karena aku tidak akan mendengar pembicaraan kalian (ketika aku shalat).” Dan pernah satu ketika ia sedang shalat di Masjid Jami’ Kota Bashrah. Ketika ia sedang shalat, sebagian gedung masjid runtuh dan orang-orang ramai berkumpul melihat kejadian tersebut namun ia tidak menyadari hal itu sehingga ia rampung dari shalatnya. [Ihya]

 

Namun demikian shalat khusyu’ itu tidaklah harus merasakan pengalaman seperti kisah-kisah di atas. Rasul SAW adalah teladan terbaik dalam shalat khusyu’ namun beliau dalam berbagai hadits diceritakan bahwa beliau masih sadar dengan situasi kondisi sekitar tempat shalatnya.

 

Satu ketika Nabi mengimami shalat dengan melakukan sujud dalam waktu yang lama sehingga selepas shalat, orang-orang bertanya “wahai Rasulullah SAW, saat shalat engkau memperlama sujud, hingga kami mengira bahwa ada sesuatu yang telah terjadi atau ada wahyu yang diturunkan kepadamu?” Beliau menjawab,

كُلُّ ذَلِكَ لَمْ يَكُنْ وَلَكِنَّ ابْنِي ارْتَحَلَنِي فَكَرِهْتُ أَنْ أُعَجِّلَهُ حَتَّى يَقْضِيَ حَاجَتَهُ

“Bukan karena semua itu, tetapi cucuku (Hasan atau Husain) menjadikanku sebagai kendaraan (menaiki punggungku), maka aku tidak mau membuatnya terburu-buru, (Aku biarkan) hingga ia selesai dari bermainnya” [HR An-Nasa’i’]

 

Rasul SAW juga menganjurkan imam shalat berjamaah agar memperhatikan kepentingan jamaahnya. Rasul SAW bersabda :

 إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ لِلنَّاسِ فَلْيُخَفِّفْ فَإِنَّ مِنْهُمْ الضَّعِيفَ وَالسَّقِيمَ وَالْكَبِيرَ وَإِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ لِنَفْسِهِ فَلْيُطَوِّلْ مَا شَاءَ

"Jika salah seorang dari kalian menjadi imam shalat, hendaklah dia melaksakannya dengan cepat karena di antara mereka ada orang yang lemah, orang yang sakit dan orang berusia lanjut. Namun bila dia shalat sendiri maka silahkan dia panjangkan sesukanya." [HR Bukhari]

 

Perintah itupun juga dipraktekkan sendiri. Beliau bersabda :

إِنِّي لَأَقُومُ فِي الصَّلَاةِ أُرِيدُ أَنْ أُطَوِّلَ فِيهَا فَأَسْمَعُ بُكَاءَ الصَّبِيِّ فَأَتَجَوَّزُ فِي صَلَاتِي كَرَاهِيَةَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمِّهِ

"Aku pernah ingin memanjangkan shalat, namun aku mendengar tangisan bayi. Maka aku pendekkan shalatku karena khawatir akan memberatkan ibunya." [HR Bukhari]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk terus belajar khusyu’ ketika shalat dengan sehingga kita bisa melakukan shalat dengan khusyu’ meskipun kita berada di akhir zaman.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi SAW  menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah kita semua.


Sunday, October 6, 2024

OPTIMIS MEMANDANG TAKDIR

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari jabir bin Abdillah RA, Rasul SAW bersabda :

لَا يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

“Janganlah salah seorang di antara kalian mati, melainkan ia berbaik sangka pada Allah.” [HR Muslim]

 

Catatan Alvers

 

Setiap orang punya masalah yang ia yakini sebagai masalah terbesar dalam hidupnya. Iapun menyangka bahwa Allah tidak sayang kepadanya dan iapun berburuk sangka lalu ingin menempuh segala cara untuk menjauhkan diri dari masalahnya bahkan boleh jadi ia berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Janganlah berbuat demikian karena tiga hari sebelum wafat, Nabi SAW berpesan dengan hadits di atas : “Janganlah salah seorang di antara kalian mati, melainkan ia berbaik sangka pada Allah.”[HR Muslim]

 

Jika ada masalah, teruslah berusaha mengatasinya dan janganlah berputus asa. Mengeluhkan takdir tidak akan mengubah apapun malah akan menjadikan masalah semakin terasa besar. Ahli hikmah berkata :

إِنْ صَبَرْتُمْ أُجِرْتُم وَأَمْرُ اللهِ نَافِذٌ. وَإِنْ ضَجَرْتُمْ أَثِمْتُمْ وَأَمْرُ اللهِ نَافِذٌ. فَارْضَ بِقَضَاءِ اللهِ بِقَلْبٍ مُطْمَئِنٍّ، وَاثِقْ في اللهِ وَخُذْ عَظِيْمَ ثَواَبٍ وَأَجْرِ الصَّبْرِ

Jika kau bersabar maka kau akan dapat pahala dan takdir Allah berjalan sebagaimana mestinya. Jika kau mengeluh maka kau berdosa dan takdir Allah tetap berjalan sebagaimana mestinya. Maka terimalah takdir Allah dengan hati yang tenang dan percayalah kepada Allah lalu dapatkanlah pahala besar dan pahala bersabar. [islamweb net]

 

Hidup di tengah keluarga dengan ekonomi yang pas-pasan. Ayahnya adalah seorang pekerja di pabrik dan ibunya  adalah Asisten Rumah Tangga paruh waktu. Seorang anak kecil yang bercita-cita menjadi pemain sepakbola di usia 11 tahun, Ia didiagnosa menderita kelenjar hormon pertumbuhan dengan biaya pengobatan 600 euro perbulan. Kondisi ekonomi tidak memungkinkan. Namun ia tidak putus asa, ia terus berlatih walau sederet klub sepak bola Argentina yang menolak dirinya.

 

Namun ketika tahun 2000, Ia secara resmi bergabung bersama tim junior Barcelona Spanyol yang bersedia menanggung pengobatannya. Dan sekarang ia menjadi pemain sepak bola top dunia dengan kekayaan Rp5,84 trilliun. Dialah Lionel Messi. [okezone com]

 

Janganlah seseorang mendahului takdir, karena kita tidak tahu bagaimana akhir dari episode kehidupan ini. Syekh Mutawalli Asy-Sya'rawi berkata :

لَوْ عَلِمَ الْعَبْدُ مَقَاصِدَ الْأَقْدَارِ لَبَكَى مِنْ سُوءِ ظَنِّهِ بِاللهِ

"Jikalau seorang hamba mengetahui maksud dari takdir takdirnya, niscaya ia akan menangis lantaran persangkaan buruknya kepada Allah" [video Facebook]

 

Seorang ibu bernama Dolores Aveiro yang pekerjaannya tukang masak, istri dari

seorang tukang kebun. Boleh jadi Ia akan sangat-sangat menyesal jika keinginannya saat untuk menggugurkan bayinya itu terjadi. Karena belakang ia baru tahu ternyata anak yang hendak diaborsinya itu adalah Cristiano Ronaldo yang menjadi pemain sepak bola dunia terbaik yaitu Cristiano Ronaldo. [kompas com] Dilansir Forbes, Ronaldo tercatat hingga akhir tahun 2022, memiliki kekayaan bersih 500 juta dolar (Rp7,8 triliun). [ruangmenyala com]

 

Di tengah ujian kehidupan, tetaplah bersyukur kepada Allah SWT. Ketahuilah bahwa seberat-berat ujian kita pastilah ada orang yang ujiannya lebih berat dari kita. Jika kita menyadari hal yang demikian maka lebih mudah bagi kita untuk bersyukur dan selanjutnya Allah akan menambahkan anugerah-Nya. Nabi SAW bersabda:

انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ

Lihatlah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan bentuk rupa) dan janganlah engkau melihat orang yang berada di atasmu (dalam hal tersebut) karena hal itu akan menjadikanmu tidak meremehkan nikmat Allah [HR Muslim]

 

Lihatlah Zinedine Zidane pemain bola legendaris Real Madrid dan Juventus dengan kekayaan Rp1,97 triliun, ia dahulunya miskin dan diapun bisa tetap bersyukur. Ia berkata : "Aku pernah menangis karena tak punya sepatu untuk bermain bola. Lalu suatu hari aku bertemu orang yang tak punya kaki dan aku tersadar betapa kayanya diriku." [sepakbola com]

 

Jadikan apapun yang kita temui sebagai pelajaran untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Sayyidina Ali KW berkata :

خُذِ الْحِكْمَةَ أَنَّى تَأْتِكَ فَإِنَّ الْكَلِمَةَ مِنْهَا تَكُوْنُ فِي صَدْرِ الْمُنَافِقِ فَتَتَلْجَلَجُ حَتَّى تَسْكُنَ إِلَى صَاحِبِهَا

Ambillah hikmah dari manapun ia datang karena kata-kata hikmah (boleh jadi) terdapat di dalam dada seorang munafik lalu hikmah tersebut berputar-putar sehingga ia keluar dan bertempat pada orang yang tepat. [Faidlul Qadir]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk terus bersabar di tengah-tengah badai ujian kehidupan dan tetap bersyukur atas anugerah Allah pada sisi yang lain.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi SAW  menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah kita semua.

Wednesday, September 25, 2024

BERBISIK-BISIK JANGAN USIK

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Mas’ud RA, Rasul SAW bersabda :

إِذَا كُنْتُمْ ثَلَاثَةً فَلَا يَتَنَاجَى اثْنَانِ دُونَ صَاحِبِهِمَا فَإِنَّ ذَلِكَ يُحْزِنُهُ

“Jika kalian bertiga maka janganlah dua orang berbisik-bisik berduaan dengan meninggalkan orang ketiga, karena hal ini bisa membuat orang yang ketiga tadi bersedih.” [HR Muslim]

 

Catatan Alvers

 

Setiap orang punya rahasia yang tidak ingin diketahui oleh orang lain. Terkadang rahasia itu butuh untuk diberitahukan kepada orang terdekatnya, atau orang yang ia percaya. Maka orang tersebut butuh menyampaikannya secara empat mata dengan berbisik karena ia tidak ingin rahasia itu didengar oleh orang lain yang tidak dikehendakinya.

 

Untuk kepentingan berbisik ini Rasul SAW memberikan aturan sebagaimana terdapat pada hadits utama yaitu “Jika kalian bertiga maka janganlah dua orang berbisik-bisik berduaan dengan meninggalkan orang ketiga, karena hal ini bisa membuat orang yang ketiga tadi bersedih.” [HR Muslim]

 

Ketika mendengar hadits di atas, Ibnu Umar bertanya mengenai hukum berbisik jika orang saat itu berjumlah empat. Dua orang berbisik dengan meninggalkan dua orang lainnya. Ia berkata : bagaimana jika kami ber-empat? Maka Nabi SAW menjawab :

لَا يَضُرُّكَ

Tidak apa-apa. [HR Al-Baihaqi]

 

Dalam riwayat lain disebutkan : “Jika kalian bertiga maka janganlah dua orang berbisik-bisik berduaan dengan meninggalkan orang ketiga,

حَتَّى تَخْتَلِطُوا بِالنَّاسِ

Sehingga kalian bercampur dengan orang-orang.” [HR Muslim]

 

Hadits ini dipraktekkan oleh Abdullah bin Umar dimana suatu ketika ia dan (pembantunya) Abdullah bin Dinar sedang berada di satu rumah yang ada di pasar. Datanglah seorang laki-laki hendak berbisik dengan Abdullah bin Umar, sedangkan saat itu tidak ada orang lain kecuali Abdullah bin Dinar dan pemuda yang ingin berbisik tadi. Maka Abdullah bin Umar memanggil seorang lagi sehingga kami menjadi empat orang. Lalu Abdullah bin Umar lalu berkata kepada Abdullah bin Dinar dan orang yang baru dipanggil tadi :

اسْتَأْخِرَا شَيْئًا فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَتَنَاجَى اثْنَانِ دُونَ وَاحِدٍ

“Mudurlah sedikit, aku telah mendengar Rasul SAW bersabda: ‘Janganlah dua orang saling berbisik tanpa yang satunya.” [HR Imam Malik]

 

Hal ini dilakukan supaya tidak membuat susah hati orang ketiga, sekiranya dia ada teman yaitu orang ke empat. Rasul SAW bersabda :

فَإِنَّ ذَلِكَ يُحْزِنُهُ

karena hal ini bisa membuat orang yang ketiga tadi bersedih.” [HR Muslim]

 

Islam sangat menganjurkan agar kita membahagiakan orang lain, bukan malah menyusahkan mereka. Rasul SAW bersabda :

إِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ بَعْدَ الْفَرَائِضِ إِدْخَالُ السُّرُورِ عَلَى الْمُسْلِمِ

“Sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah setelah amalan wajib adalah idkhalus surur (membahagiakan orang muslim).” [HR Thabrani]

 

Jadi jika tidak bisa membahagiakan orang lain maka jangan pula kita menyusahkan mereka. Dan salah satu perilaku menyusahkan orang lain adalah berbisik-bisik dengan menyisakan satu orang sendirian. Mengapa membuatnya susah? Karena ia akan kecewa karena tidak diajak dalam bisikan tersebut, ia merasa tidak diperlukan atau dicuekin dan boleh jadi akan timbul prasangka buruk dalam hatinya kepada mereka yang berbisik.

 

Supaya tidak menjadikan orang ketiga itu susah maka harus mencarikan orang lain yang akan menemaninya ketika ditinggal berbisik sehingga ia tidak merasa dicuekin atau tidak dipedulikan dan supaya tidak timbul prasangka buruk bahwa orang yang berbisik menggibahinya. Jika terpaksa tidak ada orang ke-empat maka orang yang berbisik harus minta ijin darinya. Nabi SAW bersabda :

إِذَا كُنْتُمْ ثَلَاثَةً فَلَا يَتَنَاجَى اثْنَانِ دُونَ الثَّالِثِ إِلَّا بِإِذْنِهِ

“Jika kalian bertiga maka janganlah dua orang berbisik-bisik berduaan dengan meninggalkan orang ketiga, kecuali atas seizin orang ketiga tadi”. [HR Ahmad]

 

Begitu pula ketika kita melihat ada dua orang sedang bercengkrama maka janganlah kita langsung datang dan ikut mendengarkan obrolan mereka karena boleh jadi mereka berdua sedang berbisik atau membicarakan satu rahasia. Jika kita ingin mengobrol dengan mereka maka hendaklah kita meminta ijin terlebih dahulu.

 

Suatu ketika Sa’id Al-Maqburi berjalan dan melihat Ibnu Umar sedang bercakap-cakap dengan seseorang. Lantas Sa’id menuju keduanya dan mendengarkan percapakan di antara mereka. Lalu Ibnu Umar menepuk dada Sa’id dan berkata :

إِذَا وَجَدْتَ اثْنَيْنِ يَتَحَدَّثَانِ فَلاَ تَقُمْ مَعَهُمَا وَلَا تَجْلِسْ مَعَهُمَا حَتَّى تَسْتَأْذِنَهُمَا

“Bila engkau mendapati dua orang bercakap-cakap, maka janganlah engkau ikut pada keduanya dan jangan duduk bersama keduanya sampai engkau meminta izin keduanya (terlebih dahulu)."

 

Lalu Said berkata : "Semoga Allah memberikan kebaikan kepadamu wahai Abu Abdir rahman (Ibnu Umar), aku hanya ingin mendengarkan suatu kebaikan dari kalian berdua." [Al-Adabul Mufrad]

 

Mengenai hadits larangan meninggalkan teman seorang diri untuk berbisik di atas, Imam Nawawi berkata :

وَهُوَ نَهْيُ تَحْرِيْمٍ

Larangan tersebut adalah larangan dengan hukum haram (bukan sekedar larangan makruh). [Al-Minhaj Syarah Nawawi]

 

Adapun hukum berbisik itu sendiri maka ada yang diperbolehkan dan ada yang dilarang, itu semua tergantung materinya. Jika materi bisikannnya mengenai kejelekan maka hukumnya haram. Allah SWT berfirman :

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَءَامَنُوا إِذَا تَنَاجَيْتُمْ فَلا تَتَنَاجَوْا بِالإثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَمَعْصِيَتِ الرَّسُولِ وَتَنَاجَوْا بِالْبِرِّ وَالتَّقْوَى

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu berbisik-bisik (mengadakan pembicaraan rahasia), janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan, dan durhaka kepada Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa...” [QS Al-Mujadilah : 9]

 

Dan jika materi bisikannnya mengenai kebaikan maka hukumnya boleh bahkan berpahala. Allah SWT berfirman :

لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْواهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ٱبْتِغَآءَ مَرْضَاتِ ٱللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” [QS An-Nisa: 114]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk berusaha membahagiakan orang lain dan tidak menyusahkan mereka dengan meninggalkan seorang teman sendirian untuk berbisik dengan orang lain.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi SAW  menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah kita semua.