ONE DAY ONE HADITH
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash RA, Rasulullah
SAW bersabda:
قَدْ
أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ
“Sungguh sangat beruntung orang yang telah
masuk Islam, diberikan rizki yang cukup dan Allah mengaruniakannya sifat
qana’ah (merasa puas) dengan apa yang Allah berikan kepadanya.” [HR. Muslim]
Catatan Alvers
Memiliki
sebuah mobil mewah, Mercedes benz New Eyes Kompresor E200 tidaklah membuat seorang tukang
bubur merasa bahagia karena obsesi dalam hidupnya adalah menghajikan
orangtuanya. Mobil itu ia dapatkan dari hadiah tabungan haji sebesar 5 juta
rupiah dengan pajak yang dibantu oleh seorang dermawan dari unissula semarang. Namun
tatkala tukang bubur mengetahui bahwa nilai sebuah mobil -yang saat itu seharga
720 Juta Rupiah- itu bisa menghajikan orang tuanya bahkan menghajikan belasan
orang saudaranya maka barulah dia sangat bahagia. [Syafaat R Selamet, Sudah
Benarkah Ibadahmu?, Mizania]
Kisah nyata di atas kemudian diangkat ke
layar televisi dalam bentuk sinetron dengan judul tukang bubur naik haji. Kisah
ini menegaskan bahwa kebahagiaan tidak melulu karena faktor materi. Tukang
bubur tadi tidak merasa nyaman naik mobil mercy dengan hembusan dingin ac
karena ia sama sekali tidak bermimpi menaikinya dan iapun lebih merasa nyaman
dengan terpaan angin sepoi-sepoi disepanjang jalan yang ia lalui untuk
menjajakan buburnya.
Maka keberuntungan bukanlah monopoli kaum
“the have” orang kaya karena kaya yang mendatangkan kebahagiaan dan
keberuntungan bukanlah kaya materi akan tetapi kaya hati. Kaya hati itulah
qanaah, sikap menerima apa yang dimiliki dan merasa puas dengan apa yang Allah berikan
kepadanya sebagaimana keterangan hadits utama di atas. Hal ini didasari
pendapat ulama mengenai firman Allah SWT :
وَوَجَدَكَ
عَائِلًا فأغنى
“Dan Dia menjumpaimu dalam keadaan tidak
memiliki sesuatu apapun, kemudian Dia memberi kekayaan (kecukupan) kepadamu”
[Adh-Dhuha: 8].
Pada ayat tersebut, ada ulama yang menafsirkan
bahwa kekayaan yang dimaksud adalah kekayaan hati, karena ayat ini termasuk
ayat Makkiyah (diturunkan sebelum nabi hijrah ke Madinah). Dan sudah dimaklumi
bahwa sebelum perang khaibar, nabi tidak memiliki harta yang banyak. [Fathul Bari]
Rasulullah SAW pernah bertanya: “Wahai Abu
Dzar apakah engkau memandang bahwa banyaknya harta itu adalah kekakayaan
sebenarnya?” Abu Dzar RA menjawab, “Iya, wahai rasulullah.” Beliau kembali
bertanya, “Dan apakah engkau beranggapan bahwa kefakiran itu adalah dengan
sedikitnya harta?” Abu Dzar RA menjawab, “Benar, wahai rasulullah.” Beliau pun
menyatakan,
ليس كذلك إنما الغنى غنى القلب والفقر فقر القلب
Bukanlah demikian, sesungguhnya kekayaan itu
adalah kaya hati dan kefakiran itu adalah fakir hati” [HR. An-Nasa’i]
Dengan kata lain, kekayaan sejati itu ditentukan
oleh kualitas hati bukan kuantitas materi. Dalam hadits yang lain Nabi SAW bersabda
:
لَيْسَ
الغِنَى عَنْ كَثْرَةِ العَرَضِ وَلَكِنَّ الغِنَى غِنَى النَّفْسِ
Kekayaan itu bukanlah dengan banyaknya harta
benda, akan tetapi kekayaan yang sesungguhnya adalah kekayaan dalam hati [HR.
Bukhari]
Pada tataran praktis memanglah demikian,
orang tidaklah merasa kaya (cukup) dengan apa yang dimilikinya. Lihatlah para
koruptor yang tertangkap tangan oleh KPK! Apakah mereka orang melarat? Apakah
mereka orang yang kelaparan? Bukankah mereka sudah memiliki aset milyaran?
Namun mengapa masih korupsi, mengambil harta negara? Ya, itu semua karena
mereka merasa miskin dalam hati meskipun memiliki materi yang melimpah dan
harta yang melimpah yang dimilikinya tidaklah memenuhi keinginan hatinya.
Orang bijak mengatakan : Jutaan daun yang
jatuh di atas tanah tidaklah dapat menutupi dunia namun selebar daun yang
menutupi mata akan membuat seluruh dunia ini tertutup dari pandangan seseorang.
Apa yang ada di bumi ini bisa memenuhi kebutuhan semua orang namun Apa yang ada
di bumi ini tidak bisa memenuhi keinginan satu orang. Baginda Nabi Saw bersabda
:
لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لَابْتَغَى
ثَالِثًا وَلَا يَمْلَأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ وَيَتُوبُ اللَّهُ
عَلَى مَنْ تَابَ
Jika seseorang memiliki dua lembah harta
niscaya dia akan mencari lembah yang ketiga dan tidak akan bisa memenuhi perut
seseorang melainkan tanah dan Allah akan menerima orang yang bertaubat [HR
Bukhari]
Orang yang qana’ah bisa menerima dengan
senang hati dan merasa bahagia dengan harta yang sedikit karena ia menjadikan
dunia hanya sebagai perantara saja bukan tujuan dalam hidupnya. Maka nilai
harta dunia itu amatlah kecil dalam hatinya, dan memanglah demikian adanya
karena Nabi SAW bersabda :
مَا
الدُّنْيَا فِيْ اْلاَخِرَةِ إلاَّ كَمِثْلِ مَا يَجْعَلُ أحَدُكُمْ إصْبَعَهُ
فِيْ الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ تَرْجِعُ
“Dunia ini dibanding akhirat tiada lain
hanyalah seperti jika seseorang di antara kalian mencelupkan jarinya ke lautan,
maka hendaklah dia melihat air yang menempel di jarinya setelah dia menariknya
kembali. [HR Muslim]
Orang yang qana’ah akan hidup bahagia tidak
menunggu dia menjadi pejabat atau milioner, cukup dia merasa aman dan memiliki
makanan serta kesehatan maka ia hidup layaknya seorang raja pada pandangan
manusia. Nabi SAW bersabda :
مَنْ
أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ
يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
Barangsiapa di antara kalian mendapatkan rasa
aman di lingkungannya (pada diri dan keluarganya) diberikan kesehatan badan,
dan memiliki makanan pokok pada hari itu, maka seakan-akan dunia telah
terkumpul pada dirinya.” [HR. Tirmidzi]
Dan tips supaya kita bisa qana’ah adalah
dengan selalu “menundukkan kepala”. Rasulullah SAW bersabda :
انْظُرُوا
إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ
أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ
Pandanglah orang yang (strata sosila dan
ekonominya) berada di bawahmu dan janganlah engkau pandang orang yang berada di
atasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah
padamu. [HR Muslim]. Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati kita
semua untuk menerima apa yang ada pada diri kita dan apa yang kita miliki
sehingga kita menjadi orang yang bahagia lagi beruntung di dunia dan akhirat.
Salam Satu
Hadits
DR.H.Fathul
Bari Alvers
Pesantren
Wisata
AN-NUR
AL-MURTADLO
Bululawang
Malang Jatim
0 komentar:
Post a Comment