Sunday, June 26, 2022

ABANG TUKANG BAKSO

ONE DAY ONE HADITH

 

Dari Abu Sa’id Al-Khudry RA, Nabi SAW bersabda :

التَّاجِرُ الصَّدُوقُ الْأَمِينُ مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ

Pedagang muslim yang jujur dan Amanah kelak di hari kiamat akan dikumpulkan bersama para Nabi, Shiddiqin dan para syuhada’.” [HR Turmudzi]

 

Catatan Alvers

 

"Jadi, ketika saya mau punya mantu, saya bilang pada anak saya, 'awas loh kalau cari yang kayak tukang bakso', sorry ya!" (21 Juni 2022). Gara-gara statement ini, Tukang bakso menjadi trending topic di media sosial. Statement tersebut disampaikan oleh ketua umum salah satu partai besar saat pembukaan Rakernas. Netizen menilai hal itu merendahkan profesi tukang bakso sehingga merekapun ramai-ramai mengkritik ucapan tersebut. Netizen ada yang komen : "Sepele dia bah! tetangga ku tukang bakso mobil mewah, tanah banyak bisa buat beli rumah dari hasil jualan bakso, lah pendapatannya 1 hari 1 juta paling sepi bu!" [hops id] Bahkan ada tukang bakso komen : “Saya Tukang Bakso. Menjadi tukang bakso bukan pilihan saya. Demi Tuhan saya mau seperti yang saya mau tapi saya tdk punya pilihan keahlian lain. mungkin bukan nasib saya. Terima kasih telah menghinakan.” Dan ada tukang bakso lainnya berkata : “mendingan jadi tukang bakso tapi nyari uangnya halal daripada pejabat sering makan uang rakyat”. [tvonenews com]

 

Sang jubirpun menjelaskan “Jadi masalah tukang bakso itu, saya kira itu tidak terlalu perlu dipermasalahkan. Itu kan internal sifatnya, pembicaraan Ibu dengan anak-anaknya.” Dan untuk membuktikan bahwa statement tadi hanya guyonan dan bukan bertujuan merendahkan maka ketua partai tersebut beramai-ramai bersamai pengurus makan bakso seusai menutup rakernas tersebut. [matamaduranews com] Ini semua sekedar mukaddimah odoh kali tanpa bermaksud ikut laut dalam pro kontra netizen, dan mukaddimah ini hanya bertujuan menjelaskan relevansi pembahasan odoh kali ini.

 

Manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah sebagaimana dijelaskan dalam QS Al-Dzariyat: 56. Namun demikian, setelah beribadah manusia diperintahkan untuk bekerja demi mencari karunia Allah. Allah SWT berfirman :

فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَٱبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِ ٱللَّهِ وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyaknya supaya kamu beruntung.” [QS al-Jumu’ah: 10].

 

Islam tidak mewajibkan bidang profesi tertentu, karena yang terpenting adalah pekerjaannya baik dan halal sebagaimana Rasul SAW bersabda :

فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ

Maka bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki. Carilah rezeki yang halal dan tinggalkanlah yang haram.” [HR Ibnu Majah]

 

Maka dari itu para nabi memiliki profesi yang berbeda-beda. Allah SWT memerintahkan Nuh AS untuk membuat bahtera [lihat QS Hud : 37], “Zakariya adalah seorang Najjar ; tukang kayu”. [HR Muslim], Bahkan Allah juga mengajarkan kepada Nabi Daud AS untuk membuat baju besi [lihat QS Al-Anbiya’ : 80] yang dijadikannya sebagai mata-pencahariannya. Ini yang menarik, Rasulullah SAW bersabda :

مَا اَكَلَ اَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ اَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ. وَ اِنَّ نَبِيَّ اللهِ دَاودَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ

Tidaklah seseorang memakan makanan yang lebih baik dari pada ia makan dari hasil kerjanya sendiri. Dan sesungguhnya Nabiyyullah Dawud AS dahulu makan dari hasil kerjanya sendiri. [HR Bukhari]

 

Secara spesifik Rasulullah SAW menyebut Nabi Daud AS dalam hadits di atas mengingat beliau adalah seorang nabi dan raja. Biasanya, para raja tidak perlu bekerja untuk memenuhi kebutuhan pangannya sehari-hari, karena telah dipenuhi oleh para pekerja dan pelayannya. Namun Allah mengajarkan Nabi Daud AS agar produktif , tidak berpangku tangan dan bertopang dagu dalam mencari rizki-Nya.

 

Maka tidaklah profesi membuat baju besi menurunkan derajat Nabi Dawud sebagai raja. Sebagaimana bekerja di pasar tidak menurunkan derajat kenabian. Allah SWT berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِي الْأَسْوَاقِ

Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar”. [Al Furqan : 20]

Al-Qurtubi mengatakan Para rasul itu berjalan di pasar-pasar untuk mencari mata pencaharian dunia (Yabtaghunal Ma’ayisy fid dun’ya) [Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an]

 

Tidak hanya kalangan lelaki yang bekerja, para Wanita di zaman Rasul SAW juga bekerja. Zainab (binti Jahsy salah seorang isteri Rasul SAW) adalah wanita yang menekuni kerajinan tangan, ia menyamak kulit dan melobangi (serta menjahitnya untuk dibuat sepatu khuf, wadah air dll.) Lalu ia bershadaqah di jalan Allah [HR Al-Hakim] begitu pula putri kesayangan beliau, Sayyidah Fatimah juga seorang pekerja keras hingga suatu saat ia mengeluh karena kedua tangannya bengkak akibat terlalu banyak memutar batu penggiling gandum yang demikian berat. [Lihat HR Bukhari]

 

Dengan demikian, profesi tukang bakso dan lainnya tidaklah lebih rendah derajatnya dari profesi yang lain di sisi Allah  SWT sehingga tidak patut bagi kita untuk merendahkannya. Bakso sendiri adalah makanan rakyat dari anak-hingga hingga orang tua menyukainya. Saya jadi teringat dengan lagu abang tukang bakso. “Abang tukang bakso Mari mari sini Aku mau beli. Abang tukang bakso Cepatlah kemari sudah tak tahan lagi. Satu mangkuk saja dua ratus perak yang banyak baksonya.Tidak pake saos Tidak pake sambel Juga tidak pake kol. Bakso bulatseperti bola pingpong kalo lewat membikin perut kosong. Jadi anak jangan kau suka bohong Kalo bohong digigit kambing ompong”.

 

Bahkan profesi pedagang seperti tukang bakso berpotensi dikumpulkan bersama para Nabi, shiddiqin dan syuhada pada hari kiamat kelak sebagaimana hadits utama di atas. Maka bekerja dalam bidang apapun asal baik dan halal tidak hanya akan mendapat pahala namun juga mendapat pengampunan dosa. Rasul SAW bersabda :

مَنْ أَمْسَى كاَلاًّ مِنْ عَمَلِ يَدَيْهِ أَمْسَى مَغْفُوْرًا لَهُ

Barang siapa yang di sore harinya capek karena bekerja maka ia diampuni (dosa-dosannya) [HR Thabrani dalam al-Mu’jam Al-Ausath]

Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk giat beribadah dan bekerja serta tidak mudah merendahkan orang lain, apapun profesinya.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

0 komentar:

Post a Comment