Thursday, February 29, 2024

CINDERELLA

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr ibnil Ash RA, Rasul SAW bersabda :

بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً وَحَدِّثُوا عَنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَا حَرَجَ

"Sampaikanlah oleh kalian dariku walaupun satu ayat, dan ceritakanlah oleh kalian dari Bani Israil dan tidak apa-apa." [HR Bukhari] 

 

Catatan Alvers

 

“Cinderella Cinderella Cinderella... Cinderella pun tiba. Dengan k'reta kencana. Sepatu kaca hiasi kakinya. Semua mata terpana. Akan kedatangannya. Pangeran pun jatuh cinta padanya.” Lirik lagu ini viral pada tahun 2024 menghiasi backsound berbagai platform medsos seperti IG atau Tiktok dll. Lagu ini juga sering terdengar di mall dan toko. Sebenarnya lagu ini sudah dirilis sejak 20 tahun silam, lagu itu dipopulerkan oleh grup band Radja kemudian lagu tersebut banyak dijadikan sebagai lagu latar sinetron hingga iklan.

 

Tidak hanya ramai karena dicover oleh penyanyi lain, akhir-akhir ini lagu cinderella juga ramai karena adanya kasus saling menuntut ganti rugi. Pencipta lagu Cinderella, Ipay menuntut ganti rugi sebesar Rp. 20 miliar ke pihak penyanyi yaitu band Radja karena mereka tak pernah membayar royalti kepada Ipay. Band Radjapun juga melaporkan Ipay ke polisi karena Ipay membuat konten yang dianggap mencemarkan nama baik Band Radja. [Kompas com]

 

Selanjutnya, sepatu kaca dalam kisah cinderella dinilai kontroversial pasalnya hingga zaman sekarang tidak familier sepatu terbuat dari kaca maka bagaimana mungkin zaman dahulu sudah ada sepatu kaca? Ternyata ini terjadi akibat kesalahan dalam penerjemahan.  Charles Perrault menulis kisah Cinderella versi modern dengan mewawancarai orang-orang tua di Prancis. Dalam penuturan tersebut dikisahkan bahwa cinderella memakai sepatu “pantoufles de vair”. Dalam bahasa Prancis, “vair” memiliki arti “bulu bajing”. Sementara yang terdengar Charles Perrault adalah kata “verre” yang artinya “kaca”. Kedua kata itu—vair dan verre—memang terdengar mirip. Ketika kisah cinderella dengan judul “Tales of Mother Goose” itu terbit pada tahun 1697 maka banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa dan para penerjemah menerjemahkan kata “verre” langsung ke bahasa mereka. Penerjemah Indonesia, misalnya, menerjemahkannya sebagai “sepatu kaca”, dan kita pun kemudian percaya bahwa sepatu Cinderella memang terbuat dari kaca padahal terdapat kesalahan dalam penulisan yang akhirnya menjadi kesalahan dalam terjemah. [Hoedamanis blogspot com]

 

Dari sini kita ketahui mengapa Al-Qur’an sebagai kitab suci harus tetap ditulis dalam bahasa aslinya, tidak sama dengan kitab suci lainnya yang telah diwujudkan dalam berbagai bahasa dan masih dianggap sebagai kitab suci. Terjemah itu termasuk karangan manusia, bukan lagi firman Allah. Dan karena karangan manusia maka ia bisa berbeda antara tafsir satu dengan lainnya bahkan bisa berubah dari masa ke masa seperti kasus terjemahan babi (secara umum) yang berubah menjadi babi hutan dalam bibel. Dalam Alkitab cetakan baru tahun 1996-2005 tertulis : “Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu  [Imamat 11:7]. Padahal di dalam Alkitab cetakan lama tahun 1941tertulis : Dan lagi babi, karena soenggoehpon ... [ziyad.web.id]

 

Sebagai bukti bahwa terjemah Qur’an tidak lagi dianggap sebagai kitab suci adalah bolehnya membawa terjemah saat seseorang berhadats atau tidak memiliki wudlu. Hal ini berbeda dengan membawa Qur’an yang harus dalam keadaan suci.

Selanjutnya menyoroti kisah cinderella sebagai legenda yang mana legenda itu sendiri didefinisikan sebagai cerita fiksi (khayalan) yang bercerita tentang kejadian alam, asal-usul tempat, benda, atau kejadian di suatu daerah. Contoh legenda adalah Tangkuban Perahu, Malin Kundang, Roro Jonggrang, dan sebagainya. [detik.com]

 

Lantas bolehkah kita menceritakannya? Biasanya seorang ibu menceritakan kisah fiksi sebagai pengantar tidur anaknya. Kisah legenda itu selama isinya tidak bertentangan dengan ajaran Islam apalagi jika ada hikmah pengajaran atau penjelasan di dalamnya maka kisah itu boleh saja ceritakan. Allah SWT dalam Al-Quran juga mengemukakan perumpamaan dan namanya perumpamaan itu bukan kejadian sesungguhnya. Perumpamaan tersebut digunakan untuk memperjelas hakikat sesuatu. Misalnya yang terdapat dalam (terjemah) ayat berikut : Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui. [QS Al-Baqarah : 261] Dalam Ayat lain disebutkan : “Dan Allah (juga) membuat perumpamaan, dua orang laki-laki, yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatu dan dia menjadi beban penanggungnya, ke mana saja dia disuruh (oleh penanggungnya itu), dia sama sekali tidak dapat mendatangkan suatu kebaikan. Apakah sama orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat adil dan dia berada di jalan yang lurus?” [QS An-Nahl: 76]

 

Kisah legenda itu mirip dengan cerita-cerita lama yang disampaikan oleh Bani Israil. Mengisahkan cerita yang demikian diperbolehkan oleh Nabi SAW sebagaimana dalam hadits di atas "Sampaikanlah oleh kalian dariku walaupun satu ayat, dan ceritakanlah oleh kalian dari Bani Israil dan tidak apa-apa." [HR Bukhari] dan dalam riwayat lain, beliau mengemukakan alasannya. Beliau bersabda :

 

فَإِنَّهُ كاَنَتْ فِيْهِمْ أَعَاجِيْبُ

“Karena sesungguhnya dalam cerita-cerita Bani Israil terkandung cerita-cerita yang menarik”. [Mushannaf Ibni Abi Syaibah]

 

Sebagian Imam berkata :

هَذَا دَالٌّ عَلَى حَلِّ سَمَاعِ تِلْكَ الْأَعَاجِيْبِ لِلْفُرْجَةِ لَا لِلْحُجَّةِ

Hadits ini menunjukkan akan bolehnya mendengarkan cerita-cerita Bani Israil yang menarik untuk sekedar untuk hiburan, bukan untuk dijadikan argumentasi. [Tuhfatul Muhtaj]

 

Ibnu Hajar Al-Haitami berkata : Dari keterangan ini diambil kesimpulan hukum mengenai bolehnya mendengarkan cerita-cerita menarik dan aneh dari setiap cerita yang tidak diyakini sebagai cerita bohong dengan tujuan hiburan, bahkan boleh juga mendengarkan cerita-cerita yang diyakini sebagai cerita bohong (fiksi) tetapi dengan tujuan membuat perumpamaan, menasehati, mengajarkan keberanian, baik berupa kisah manusia maupun hewan (Fabel). [Tuhfatul Muhtaj]

 

Dan hikmah dari kisah cinderella adalah pelajaran agar senantiasa bersabar ketika mendapat perlakukan buruk dari orang lain, memaafkan orang yang telah berbuat keburukan kepada kita, dan keyakinan bahwa akhir dari semua pengorbanan adalah pertolongan dan kebahagiaan.

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati kita untuk memetik hikmah dari setiap apa yang kita dengar, dan tidak menyampaikan cerita kecuali yang baik-baik saja dan memiliki hikmah dan pelajaran dalam kehidupan kita.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

0 komentar:

Post a Comment