ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan
dari An-Nu’man Bin Basyir RA, Rasul SAW bersabda :
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ
صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ
الْقَلْبُ
“Ketahuilah,
sesungguhnya dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah
seluruh tubuh. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, itu
adalah hati.” [HR Bukhari]
Catatan
Alvers
Ada
manusia biasa namun ia dikisahkan di dalam firman Allah bahkan namanya
dijadikan nama surat dalam Al-Qur’an. Ya, dia adalah Luqman yang bergelar
“Al-Hakim” (orang yang bijak). Sa‘id bin al-Musayyib berkata : Allah memberinya
hikmah tetapi tidak memberinya kenabian. Menurut mayoritas ahli tafsir, ia
adalah seorang wali dan bukan nabi. Luqman adalah seorang lelaki berkulit hitam
dengan bibir tebal dari Mesir. [Tafsir Al-Qurtubi] Dengan ini, ada benarnya
klaim bahwa makam Luqman Al-Hakim berada di Mesir, tepatnya di kota Alexandria,
yaitu berada di sebuah ruangan di bawah tanah di dalam kompleks Masjid Nabi
Daniel. Dan Alhamdulillah, penulis pernah berziarah ke makamnya.
Allah
SWT berfirman :
وَلَقَدْ آتَيْنا لُقْمانَ الْحِكْمَةَ
Sungguh
kami telah memberikan “hikmah” kepada Luqman. [QS Luqman : 12]
Apa
itu hikmah?. “Hikmah” berasal dari kata “Hakama” yang bermakna mencegah,
mengekang. Pengait besi yang terdapat pada mulut kuda dalam bahasa arab disebut
dengan “Hakamah”, dinamakan demikian karena ia dapat mencegahnya dari lari
kencang maka kata-kata hikmah disebut demikian karena perkataan hikmah itu bisa
mengekang orangnya dari akhlak yang tercela. [Lisanul Arab] dan Muqatil berkata
: kata “hikmah” di dalam al-Quran tidak lepas dari empat makna: (1) nasehat-
nasehat al-Quran sebagaimana dalam QS Al-Baqarah : 231, (2) pemahaman dan ilmu
sebagaimana dalam QS Luqman: 12, (3) kenabian sebagaimana dalam QS Shad:20. (4)
al-Quran sebagaimana dalam QS An-Nahl : 125. [Tafsir Ar-Razi]
Syeikh
As-Syarbini Al-Khathib berkata : “Hikmah adalah ilmu yang disertai dengan amal,
atau amal yang diperkuat dengan ilmu”. Ibnu Qutaybah berkata: “Tidaklah
seseorang disebut sebagai orang bijak (ḥakīm) hingga terkumpul padanya hikmah
dalam ucapan dan perbuatan.” Ia berkata :
وَلَا يُسَمَّى الْمُتَكَلِّمُ بِالْحِكْمَةِ حَكِيمًا
حَتَّى يَكُونَ عَامِلًا بِهَا
“Tidaklah
orang yang berbicara dengan hikmah disebut sebagai hakiim (orang bijak)
sehingga ia mengamalkannya.” [Tafsir As-Sirajul Munir]
Al-Qurtubi
berkata : Luqman itu hidup seribu tahun dan sempat bertemu dengan Nabi Dawud,
lalu mengambil ilmu darinya. Sebelum Nabi Dawud menjadi Nabi, ia memberi fatwa.
Namun ia berhenti memberi fatwa setelah Nabi Dawud menjadi Nabi. Ketika
ditanya, ia menjawab: “Mengapa aku tidak berhenti (dari berfatwa), Jika sudah
ada yang mencukupi?” [Tafsir Al-Qurtubi]
Pada
suatu hari, ia mengumpulkan kayu bakar untuk tuannya lalu ada orang yang
memandanginya (dengan heran karena ia berkulit hitam namun perkataannya banyak
didengarkan orang). Luqman berkata :
إِنْ كُنْتَ تَرَانِي غَلِيظَ الشَّفَتَيْنِ فَإِنَّهُ
يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِهِمَا كَلَامٌ رَقِيقٌ، وَإِنْ كُنْتَ تَرَانِي أَسْوَدَ
فَقَلْبِي أَبْيَضُ.
“Jika
engkau melihatku dengan bibir tebal, maka sesungguhnya darinya keluar perkataan
yang lembut. Dan jika engkau melihatku hitam, maka hatiku putih.” [Tafsir
Al-Qurtubi]
Khalid
al-Rab‘iy berkata: Luqman adalah seorang tukang kayu. Suatu hari tuannya
berkata kepadanya: “Sembelihlah seekor kambing dan bawakan kepadaku dua bagian
yang paling baik.” Maka Luqman membawa lidah dan hati. Tuannya berkata: “Tidak
ada bagian yang lebih baik dari keduanya?” Ia diam. Lalu tuannya
memerintahkannya menyembelih kambing lain dan berkata: “Buanglah dua bagian
yang paling buruk.” Maka ia pun membuang lidah dan hati. Tuannya berkata: “Aku
memerintahkanmu membawa dua bagian terbaik, engkau membawa lidah dan hati. Aku
memerintahkanmu membuang dua bagian terburuk, engkau juga membuang lidah dan
hati?” Luqman menjawab :
إِنَّهُ لَيْسَ شَيْءٌ أَطْيَبَ مِنْهُمَا إِذَا طَابَا
وَلَا أَخْبَثَ مِنْهُمَا إِذَا خَبُثَا.
“Sesungguhnya
tidak ada sesuatu yang lebih baik dari keduanya (lidah dan hati) jika keduanya
baik, dan tidak ada yang lebih buruk dari keduanya jika keduanya buruk.”
[Tafsir Al-Qurtubi]
“Hati
menjadi penentu baik buruknya seseorang” itu sejalan dengan sabda Nabi pada
hadits utama : “Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh ada segumpal daging. Jika
ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh
tubuh. Ketahuilah, itu adalah hati.” [HR Bukhari]
Mulut
juga demikian bahkan ia akan berpengaruh di akhirat. Nabi SAW bersabda :
“Sungguh seorang hamba mengucapkan sebuah kalimat yang diridhai Allah, suatu
kalimat yang dia tidak mempedulikannya, namun dengannya Allah mengangkatnya
beberapa derajat”.
وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ
سَخَطِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ
“Dan
sungguh, seorang hamba akan mengucapkan sebuah kalimat yang dimurkai oleh
Allah, suatu kalimat yang dia tidak memperdulikannya (tidak memikirkan
akibatnya), namun dengannya Allah melemparkannya ke dalam neraka.” [HR Bukhari]
Diriwayatkan
bahwa seorang lelaki berdiri di majelisnya dan berkata: “Bukankah engkau adalah
orang yang dahulu menggembala bersamaku di tempat itu?” Ia menjawab: “Benar.” Lelaki
itu bertanya: “Apa yang membuatmu sampai pada kedudukan yang kulihat sekarang?”
Ia menjawab:
صِدْقُ الْحَدِيثِ وَالصَّمْتُ عَمَّا لَا يَعْنِينِي
“Kejujuran
dalam berbicara dan diam dari hal yang tidak penting bagiku.” [Tafsir Al-Kassyaf]
Pernah
satu ketika ia menemui Nabi Dawud AS yang sedang membuat baju besi, dan Allah
telah melunakkan besi baginya seperti tanah liat. Luqman ingin bertanya, tetapi
hikmah menahannya sehingga ia diam. Setelah Nabi Dawud menyelesaikan baju besi
itu, beliau mengenakannya dan berkata: “Alangkah baiknya pakaian perang ini.” Maka
Luqman berkata:
الصَّمْتُ حِكْمَةٌ وَقَلِيلٌ فَاعِلُهُ
“Diam
itu adalah hikmah, namun sedikit orang yang melakukannya.”
Nabi Dawud
pun berkata kepadanya: “Benarlah, engkau memang pantas disebut orang bijak (hakiim).”
[Tafsir Al-Kassyaf]
Berikut
beberapa kata hikmah dari Luqman. Ada orang bertanya : “Siapakah manusia yang
paling buruk?” Luqman menjawab :
الَّذِي لَا يُبَالِي أَنْ رَآهُ النَّاسُ مُسِيئًا
“Orang
yang tidak peduli dilihat manusia ketika ia berbuat buruk.” [Tafsir Al-Qurthubi]
Luqman
juga berkata :
ضَرْبُ الْوَالِدِ لِوَلَدِهِ كَالسِّمَادِ لِلزَّرْعِ
“Pukulan seorang ayah
kepada anaknya itu seperti pupuk bagi tanaman.”
“Janganlah
engkau menjadi terlalu manis hingga ditelan, dan jangan pula terlalu pahit
hingga dibuang.” Jika engkau ingin berteman, maka ujilah trelebih dahulu dengan
membuatnya marah. Jika ia berlaku adil kepadamu saat marah, maka bersahabatlah
dengannya. Jika tidak, maka berhati-hatilah darinya.” “Tidak ada kekayaan yang
menyamai kesehatan, dan tidak ada kenikmatan yang menyamai kelapangan jiwa.” [At-Tahrir
Wat Tanwir]
Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan
fikiran kita untuk senantiasa menjaga hati dan lisan serta
menjauhi perkara yang sia-sia. Juga kita tidak membeda-bedakan orang
berdasarkan warna kulitnya karena orang berkulit hitampun seperti luqman bisa
menjadi mulia karena hikmahnya.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi SAW menghiasi
dunia maya dan menjadi amal jariyah kita semua.






0 komentar:
Post a Comment