Thursday, December 4, 2025

ORANG BIJAK

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari An-Nu’man Bin Basyir RA, Rasul SAW bersabda :

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

“Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, itu adalah hati.” [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Ada manusia biasa namun ia dikisahkan di dalam firman Allah bahkan namanya dijadikan nama surat dalam Al-Qur’an. Ya, dia adalah Luqman yang bergelar “Al-Hakim” (orang yang bijak). Sa‘id bin al-Musayyib berkata : Allah memberinya hikmah tetapi tidak memberinya kenabian. Menurut mayoritas ahli tafsir, ia adalah seorang wali dan bukan nabi. Luqman adalah seorang lelaki berkulit hitam dengan bibir tebal dari Mesir. [Tafsir Al-Qurtubi] Dengan ini, ada benarnya klaim bahwa makam Luqman Al-Hakim berada di Mesir, tepatnya di kota Alexandria, yaitu berada di sebuah ruangan di bawah tanah di dalam kompleks Masjid Nabi Daniel. Dan Alhamdulillah, penulis pernah berziarah ke makamnya.

 

Allah SWT berfirman :

وَلَقَدْ آتَيْنا لُقْمانَ الْحِكْمَةَ

Sungguh kami telah memberikan “hikmah” kepada Luqman. [QS Luqman : 12]

Apa itu hikmah?. “Hikmah” berasal dari kata “Hakama” yang bermakna mencegah, mengekang. Pengait besi yang terdapat pada mulut kuda dalam bahasa arab disebut dengan “Hakamah”, dinamakan demikian karena ia dapat mencegahnya dari lari kencang maka kata-kata hikmah disebut demikian karena perkataan hikmah itu bisa mengekang orangnya dari akhlak yang tercela. [Lisanul Arab] dan Muqatil berkata : kata “hikmah” di dalam al-Quran tidak lepas dari empat makna: (1) nasehat- nasehat al-Quran sebagaimana dalam QS Al-Baqarah : 231, (2) pemahaman dan ilmu sebagaimana dalam QS Luqman: 12, (3) kenabian sebagaimana dalam QS Shad:20. (4) al-Quran sebagaimana dalam QS An-Nahl : 125. [Tafsir Ar-Razi]

 

Syeikh As-Syarbini Al-Khathib berkata : “Hikmah adalah ilmu yang disertai dengan amal, atau amal yang diperkuat dengan ilmu”. Ibnu Qutaybah berkata: “Tidaklah seseorang disebut sebagai orang bijak (ḥakīm) hingga terkumpul padanya hikmah dalam ucapan dan perbuatan.” Ia berkata :

وَلَا يُسَمَّى الْمُتَكَلِّمُ بِالْحِكْمَةِ حَكِيمًا حَتَّى يَكُونَ عَامِلًا بِهَا

“Tidaklah orang yang berbicara dengan hikmah disebut sebagai hakiim (orang bijak) sehingga ia mengamalkannya.” [Tafsir As-Sirajul Munir]

 

Al-Qurtubi berkata : Luqman itu hidup seribu tahun dan sempat bertemu dengan Nabi Dawud, lalu mengambil ilmu darinya. Sebelum Nabi Dawud menjadi Nabi, ia memberi fatwa. Namun ia berhenti memberi fatwa setelah Nabi Dawud menjadi Nabi. Ketika ditanya, ia menjawab: “Mengapa aku tidak berhenti (dari berfatwa), Jika sudah ada yang mencukupi?” [Tafsir Al-Qurtubi]

 

Pada suatu hari, ia mengumpulkan kayu bakar untuk tuannya lalu ada orang yang memandanginya (dengan heran karena ia berkulit hitam namun perkataannya banyak didengarkan orang). Luqman berkata :

إِنْ كُنْتَ تَرَانِي غَلِيظَ الشَّفَتَيْنِ فَإِنَّهُ يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِهِمَا كَلَامٌ رَقِيقٌ، وَإِنْ كُنْتَ تَرَانِي أَسْوَدَ فَقَلْبِي أَبْيَضُ.

“Jika engkau melihatku dengan bibir tebal, maka sesungguhnya darinya keluar perkataan yang lembut. Dan jika engkau melihatku hitam, maka hatiku putih.” [Tafsir Al-Qurtubi]

 

Khalid al-Rab‘iy berkata: Luqman adalah seorang tukang kayu. Suatu hari tuannya berkata kepadanya: “Sembelihlah seekor kambing dan bawakan kepadaku dua bagian yang paling baik.” Maka Luqman membawa lidah dan hati. Tuannya berkata: “Tidak ada bagian yang lebih baik dari keduanya?” Ia diam. Lalu tuannya memerintahkannya menyembelih kambing lain dan berkata: “Buanglah dua bagian yang paling buruk.” Maka ia pun membuang lidah dan hati. Tuannya berkata: “Aku memerintahkanmu membawa dua bagian terbaik, engkau membawa lidah dan hati. Aku memerintahkanmu membuang dua bagian terburuk, engkau juga membuang lidah dan hati?” Luqman menjawab :

إِنَّهُ لَيْسَ شَيْءٌ أَطْيَبَ مِنْهُمَا إِذَا طَابَا وَلَا أَخْبَثَ مِنْهُمَا إِذَا خَبُثَا.

“Sesungguhnya tidak ada sesuatu yang lebih baik dari keduanya (lidah dan hati) jika keduanya baik, dan tidak ada yang lebih buruk dari keduanya jika keduanya buruk.” [Tafsir Al-Qurtubi]

 

“Hati menjadi penentu baik buruknya seseorang” itu sejalan dengan sabda Nabi pada hadits utama : “Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, itu adalah hati.” [HR Bukhari]

 

Mulut juga demikian bahkan ia akan berpengaruh di akhirat. Nabi SAW bersabda : “Sungguh seorang hamba mengucapkan sebuah kalimat yang diridhai Allah, suatu kalimat yang dia tidak mempedulikannya, namun dengannya Allah mengangkatnya beberapa derajat”.

وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ

“Dan sungguh, seorang hamba akan mengucapkan sebuah kalimat yang dimurkai oleh Allah, suatu kalimat yang dia tidak memperdulikannya (tidak memikirkan akibatnya), namun dengannya Allah melemparkannya ke dalam neraka.” [HR Bukhari]

 

Diriwayatkan bahwa seorang lelaki berdiri di majelisnya dan berkata: “Bukankah engkau adalah orang yang dahulu menggembala bersamaku di tempat itu?” Ia menjawab: “Benar.” Lelaki itu bertanya: “Apa yang membuatmu sampai pada kedudukan yang kulihat sekarang?” Ia menjawab:

صِدْقُ الْحَدِيثِ وَالصَّمْتُ عَمَّا لَا يَعْنِينِي

“Kejujuran dalam berbicara dan diam dari hal yang tidak penting bagiku.” [Tafsir Al-Kassyaf]

 

Pernah satu ketika ia menemui Nabi Dawud AS yang sedang membuat baju besi, dan Allah telah melunakkan besi baginya seperti tanah liat. Luqman ingin bertanya, tetapi hikmah menahannya sehingga ia diam. Setelah Nabi Dawud menyelesaikan baju besi itu, beliau mengenakannya dan berkata: “Alangkah baiknya pakaian perang ini.” Maka Luqman berkata:

الصَّمْتُ حِكْمَةٌ وَقَلِيلٌ فَاعِلُهُ

“Diam itu adalah hikmah, namun sedikit orang yang melakukannya.”

Nabi Dawud pun berkata kepadanya: “Benarlah, engkau memang pantas disebut orang bijak (hakiim).” [Tafsir Al-Kassyaf]

 

Berikut beberapa kata hikmah dari Luqman. Ada orang bertanya : “Siapakah manusia yang paling buruk?” Luqman menjawab :

الَّذِي لَا يُبَالِي أَنْ رَآهُ النَّاسُ مُسِيئًا

“Orang yang tidak peduli dilihat manusia ketika ia berbuat buruk.” [Tafsir Al-Qurthubi]

 

Luqman juga berkata :

ضَرْبُ الْوَالِدِ لِوَلَدِهِ كَالسِّمَادِ لِلزَّرْعِ

“Pukulan seorang ayah kepada anaknya itu seperti pupuk bagi tanaman.”

“Janganlah engkau menjadi terlalu manis hingga ditelan, dan jangan pula terlalu pahit hingga dibuang.” Jika engkau ingin berteman, maka ujilah trelebih dahulu dengan membuatnya marah. Jika ia berlaku adil kepadamu saat marah, maka bersahabatlah dengannya. Jika tidak, maka berhati-hatilah darinya.” “Tidak ada kekayaan yang menyamai kesehatan, dan tidak ada kenikmatan yang menyamai kelapangan jiwa.” [At-Tahrir Wat Tanwir]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa menjaga hati dan lisan serta menjauhi perkara yang sia-sia. Juga kita tidak membeda-bedakan orang berdasarkan warna kulitnya karena orang berkulit hitampun seperti luqman bisa menjadi mulia karena hikmahnya.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi SAW menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah kita semua.

0 komentar:

Post a Comment