ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Mu’awiyah RA, Nabi SAW bersabda :
الْتَمِسُوا
لَيْلَةَ الْقَدْرِ لَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ
Carilah malam laitul qadar itu pada malam ke dua puluh tujuh (ramadhan) [HR Thabrani].
Catatan Alvers
Malam ini kita akan masuk pada malam 27 Ramadhan, malam ganjil dalam
rangkaian 10 hari terakhir bulan ramadhan dimana Rasul SAW memberikan teladan
dan anjuran dalam memperbanyak ibadah guna mencari lailatul qadar. Diriwayatkan
dari sayyidah Aisyah RA bahwa Rasul SAW ber-i’tikaf pada 10 hari terakhir dari
bulan ramadhan dan Rasul SAW bersabda :
تَحَرَّوْا
لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
Carilah malam Lailatul qadar pada sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan.
[HR Bukhari]
Lebih spesifik mengenai waktu lailatul qadar, diriwayatkan dari sayyidah
Aisyah RA bahwa Rasul SAW bersabda :
تَحَرَّوْا
لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
Carilah malam Lailatul qadar pada malam ganjil dari sepuluh terakhir
dari bulan Ramadhan. [HR Bukhari]
Lebih spesifik lagi, diriwayatkan dari Abdullah ibnu Umar RA bahwa Rasul
SAW bersabda :
فَمَنْ
كَانَ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ
Barang siapa mencari lailatul qadar maka hendaklah ia mencarinya pada 7
hari terakhir (yakni mulai malam ke 23 dari bulan ramadhan). [HR Bukhari]
Maka menurut hadits ini, kemungkinan jatuhnya
lailatul qadar itu mengerucut pada empat malam yaitu malam tanggal 23, 25, 27
dan 29. Dan hadits berikut lebih mengerucut lagi pada 3 malam yaitu hadits
dimana ‘Ubadah Bin Shamit RA meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah SAW
keluar untuk menjelaskan tentang (waktu) Lailatul Qadar, lalu terdapat dua
orang (Abdullah bin Abi Hadrad dan Ka’b bin Malik) dari kaum muslimin bertikai.
Maka Nabi bersabda:
إِنِّي خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ
الْقَدْرِ وَإِنَّهُ تَلَاحَى فُلَانٌ وَفُلَانٌ فَرُفِعَتْ وَعَسَى أَنْ يَكُونَ
خَيْرًا لَكُمْ الْتَمِسُوهَا فِي السَّبْعِ وَالتِّسْعِ وَالْخَمْسِ
Aku keluar untuk menjelaskan (waktu) Lailatul Qadar kepada kalian, namun
fulan dan fulan bertengkar (karena masing-masing mengaku dialah yang benar)
sehingga akhirnya diangkatlah lailatul qadar (dari ingatan beliau), dan semoga
hal ini akan menjadi lebih baik buat kalian (karena akan lebih banyak qiyamul
lalilnya), maka carilah lailatul qadar
itu pada tujuh, sembilan, dan lima. [HR Bukhari]
Sabda Nabi SAW “tujuh, sembilan, dan lima” masudnya dari 10 malam
terakhir ramadhan, yakni 27, 29, 25. Atau ada juga pendapat yang mengatakan 7
hari, 9 hari, 5 hari yang tersisa dari ramadhan dan pendapat ke dua ini menurut
penulis akan menimbulkan ambigu karena jumlah bulan ramadhan bisa 30 hari atau
29 hari sehingga terdapat dua kemungkinan yaitu antara malam 23 atau 24, 21
atau 22, 25 atau 26. Dan angka-angka di atas disebutkan secara berurutan
sebagaimana disebutkan pula dalam sebagian besar riwayat hadits. Maka Imam Ibnu
Hajar berkata :
فَفِيْهِ إِشَارَةٌ إِلَى أَنَّ رَجَاءَهَا فِي
السَّبْعِ أَقْوَى لِلْإِهْتِمَامِ بِتَقْدِيْمِهِ
Hal itu mengisyaratkan bahwa harapan lailatul qadar jatuh pada malam 7
(malam 27 ramadhan) adalah lebih kuat
karena beliau menyebutkannya terlebih dahulu dimana hal itu menunjukkan hal
yang lebih penting. [Fathul Bari]
Dan ternyata banyak hadits yang menguatkan bahwa malam 27 sebagai
lailatul qadar diantaranya adalah hadits utama di atas dan hadits yang diriwayatkan
dari Abdullah Ibnu Umar RA, yang mana Rasul SAW bersabda :
مَنْ
كَانَ مُتَحَرِّيَهَا فَلْيَتَحَرَّهَا لَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ
Barang siapa mencari lailatul qadar maka hendaklah ia mencarinya pada
malam 27. [HR Ahmad]
Sehingga Ubay bin Ka’ab RA beri bersumpah, ia berkata :
وَاللَّهِ
إِنِّى لأَعْلَمُهَا وَأَكْثَرُ عِلْمِى هِىَ اللَّيْلَةُ الَّتِى أَمَرَنَا رَسُولُ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِقِيَامِهَا هِىَ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ
Demi Allah, sesungguhnya aku mengetahui kapan terjadinya lailatul qadar.
Dan sepengetahuanku bahwa lailatul qadar itu adalah malam yang mana Rasulullah SAW
memerintahkan untuk qiyamullail pada malam tersebut, yaitu malam ke-27. [HR Muslim]
Itulah mengapa Rasul SAW memerintahkan agar para sahabat mendirikannya
dan beribadah lebih lama pada malam 27 Ramadhan dibanding dengan malam-malam
lainnya sampai-sampai beliau beribadah hingga menjelang waktu subuh. Nu’man bin
Basyir berpidato di atas mimbar, daerah Himsha (nama kota di Syam atau Suriah) ia
berkata : Kami mendirikan malam (dengan beribadah ) di bulan Ramadhan bersama
Rasulullah SAW pada malam ke-23 hingga sepertiga malam pertama, kemudian kami
mendirikan malam lagi bersama beliau pada malam ke-25, hingga pertengahan
malam,
ثُمَّ
قُمْنَا مَعَهُ لَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنْ لَا نُدْرِكَ
الْفَلَاحَ وَكَانُوا يُسَمُّونَهُ السُّحُورَ
kemudian kami mendirikan malam lagi dengan beribadah bersama beliau pada
malam ke-27 (hingga akhir malam) sampai-sampai kami menyangka tidak bisa
menemui “al-Falah” (waktu makan sahur). Mereka (para sahabat) menyebut waktu makan
sahur dengan sebutan “al-Falah”. [HR An-Nasa’i]
Rasul SAW juga memberikan “bocoran” tersebut kepada orang yang lemah fisik
sekiranya berat untuk menghidupkan 10 malam terakhir bulan ramadhan. Beliau
menyatakan kepadanya bahwa malam 27 adalah malam lailatul qadar. Diriwayatkan
dari Abdullah Ibnu Abbas RA, Ada seorang lelaki mendatangi Rasulullah dan
berkata: “Wahai Nabi Allah, aku adalah orang yang sudah tua renta yang sakit-sakitan,
sulit bagiku untuk berdiri, maka perintahkan kepadaku dengan satu malam semoga
Allah menetapkanku bertemu dengan malam lailatul qadar.” Beliaupun bersabda:
عَلَيْكَ
بِالسَّابِعَةِ
” Beribadahlah pada malam ke-tujuh (dari 10 terakhir bulan ramadhan
yakni malam 27).” [HR Ahmad]
Untuk orang yang sehat fisiknya maka hendaklah terus memperbanyak ibadah
dengan istiqamah sepanjang bulan ramadhan sebagaimana dicontohkan oleh Rasul
SAW dan para sahabat beliau. Diriwayatkan dari Zirr RA, Ada seseorang bertanya
kepada Ubay Bin Ka’bin RA mengenai pendapatnya tentang perkataan Abdullah Bin
Mas’ud RA mengenai lailatul qadar dimana Abdullah Bin Mas’ud RA berkata:
مَنْ
يَقُمْ الْحَوْلَ يُصِبْهَا
Barangsiapa yang menghidupkan malam setahun penuh, pasti dia akan
memperoleh malam lailatul qadar.
Maka Ubay Bin Ka’b RA menjawab :
رَحِمَ
اللَّهُ أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ لَقَدْ عَلِمَ أَنَّهَا فِي شَهْرِ رَمَضَانَ
فِي لَيْلَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ، وَلَكِنْ أَحَبَّ أَنْ لا يَتَّكِلُوا
Semoga Allah merahmati Aba Abdir rahman (Abdullah bin Mas’ud),
Sesungguhnya dia mengetahui bahwa malam lailatu qadar itu terdapat pada bulan
ramadhan yaitu pada malam 27 hanya saja beliau tidak suka manusia itu akan
bergantungan dengannya. [HR Thabrani]
Dan hadits yang diriwayatkan dari Zirr RA ini diriwayatkan pula oleh
Imam Muslim dengan berbeda redaksi namun sama maknanya dan dengan tambahan :
وَأَمَارَتُهَا
أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِي صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لَا شُعَاعَ لَهَا
Dan tanda lailatul qadar adalah matahari muncul pada pagi harinya
berwarna putih (terang) namun tidak ada (terlihat) pancaran sinarnya . [HR
Muslim]
Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati untuk bersemangat dalam
beribadah sepanjang 10 malam terakhir ini guna mencari lailatul Qadar terutama
malam ini. Semoga kita mendapatkan keutamaan pahala ibadah 1000 bulan.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
Hak cipta berupa karya ilmiyah ini dilindungi
oleh Allah SWT. Dilarang mengubahnya tanpa izin tertulis. Silahkan Share tanpa
mengedit artikel ini. Sesungguhnya orang yang copas perkataan orang lain tanpa menisbatkan kepadanya maka ia
adalah seorang pencuri atau peng-ghosob dan keduanya adalah tercela [Imam Alhaddad]
0 komentar:
Post a Comment