Thursday, July 14, 2022

BAROMETER SHOLAT KHUSU’

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Dari Ammar bin Yasir RA, Rasul SAW bersabda :

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْصَرِفُ وَمَا كُتِبَ لَهُ إِلَّا عُشْرُ صَلَاتِهِ تُسْعُهَا ثُمْنُهَا سُبْعُهَا سُدْسُهَا خُمْسُهَا رُبْعُهَا ثُلُثُهَا نِصْفُهَا

Sesungguhnya seseorang selesai (dari shalat) dan tidaklah ditulis (pahala) baginya, kecuali sepersepuluh shalatnya, sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuhnya, seperenamnya, seperlimanya, seperempatnya, sepertiganya, setengahya. [HR Abu Dawud]

 

Catatan Alvers

 

Berbeda dengan ibadah lain, kewajiban sholat diberikan langsung oleh Allah tanpa perantara kepada Nabi Muhammad SAW ketika beliau Mi’raj. Ini menegaskan betapa pentingnya sholat sehingga ia digelari sebagai “Amudul Islam” (Tiang Agama) sehingga sholat juga menjadi penentu amalan sebagaimana beliau bersabda : “Perkara yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat”.

فَإِنْ صَلَحَتْ صَلَحَ لَهُ سَائِرُ عَمَلِهِ ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ

“Apabila shalatnya baik, maka seluruh amalnya pun baik. Apabila shalatnya buruk, maka seluruh amalnya pun buruk”. [HR Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Awsath]

 

Namun demikian sholat tidak akan mendatangkan pahala jika tidak disertai khusu’ . Nabi SAW bersabda: Tidaklah seorang muslim mendapati shalat wajib,

فَيُحْسِنُ وُضُوءَهَا وَخُشُوعَهَا وَرُكُوعَهَا

“kemudian dia melakukan wudlu`, khusyu’ dan ruku’nya dengan baik”,

Melainkan sholat tersebut akan menjadi penghapus bagi dosa-dosanya yang telah lalu, selama dia tidak melakukan dosa besar; dan ini untuk sepanjang masa. [HR Muslim]

 

Bahkan dalam hadits utama di atas ditegaskan bahwa pahala sholat sesuai kadar khusu’nya, yaitu sepersepuluh shalatnya, sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuhnya, seperenamnya, seperlimanya, seperempatnya, sepertiganya atau setengahya.

 

Lantas, Apakah Khusu’ itu? Secara etimologi, khusu’ berarti tenang, takut, “Adz-Dzull” (merasa hina) dan “Khadla’a” (tunduk patuh) [almaany com] dan secara terminology,

Syekh Zainuddin al-Malibary mendefinisikan :

 

(خُشُوْعٌ بِقَلْبِهِ) بِأَنْ لَا يُحْضِرَ فِيْهِ غَيْرَ مَا هُوَ فِيْهِ وَإِنْ تَعَلَّقَ بِالْآخِرَةِ (وَبِجَوَارِحِهِ) بِأَنْ لَا يَعْبَثَ بِأَحَدِهَا

Khusu’ dengan hatinya yaitu dengan tidak terbesit dalam hatinya selain sesuatu yang sedang ia kerjakan, meskipun itu berhubungan dengan akhirat. Dan khusu’ dengan anggota badannya yaitu dengan tidak bermain-main dengans alah satu anggota badannya. [Fathul Mu’in]

 

Maka khusu’ itu mengosongkan hati Ketika sholat dari segala macam pikiran kecuali hanya untuk Allah, sebagaimana Nabi SAW bersabda : Apabila dia berdiri untuk mengerjakan shalat, kemudian memuji dan mengagungkan Allah dengan pujian yang pantas bagi Allah,

وَفَرَّغَ قَلْبَهُ لِلَّهِ

“Dan dia mengosongkan hatinya untuk Allah,

melainkan ia akan berpisah dengan kesalahannya sebagaimana keadaannya pada hari dilahirkan oleh ibunya. [HR Muslim].

 

Khusu’ itu tidak melamun atau memikirkan perkara diluar sholatnya. Rasulullah SAW : "Barang siapa berwudlu seperti wudlu’ku ini lalu ia sholat dua rakaat,

لَا يُحَدِّثُ نَفْسَهُ فِيهِمَا بِشَيْءٍ

“sedangkan ia  tidak berbicara sedikit pun dengan hatinya (selain urusan sholat)”

niscaya ia diampuni dosa-dosanya yang lalu." [HR Bukhari]

 

Khusu’ itu ketenangan dalam hati yang terpancar dalam anggota tubuh. Imam Ghazali meriwayatkan bahwa suatu ketika beliau SAW melihat seseorang sedang memainkan jenggotnya ketika shalat. Maka beliau bersabda :

لَوْ خَشَعَ قَلْبُ هَذَا لَخَشَعَتْ جَوَارِحُهُ

"Seandainya hatinya khusyu' maka khusyu' pula anggota badannya. [Ihya’ Ulumuddin]

 

Maka hati dan badan harus sama-sama khusu’ dan tidaklah cukup hanya khusyu’ pada anggota badan saja. Sahabat Abud Darda’ RA berkata : Mintalah perlindungan kepada Allah dari “khusyu’in Nifaq” (Khusyu’nya orang munafik). Apa itu?  Abud Darda’ RA berkata :

أَنْ تَرَى الجَسَدَ خَاشِعاً وَالقَلْبُ لَيْسَ بِخَاشِعٍ

“Jasad terlihat khusyuk, tetapi hatinya tidak.” [Syu’abul Iman]

 

Maka dai itu khusu’ itu mudah dalam teori namun sulit dalam prakteknya, apalagi Rasulullah SAW bersabda :

أَوَّل مَا يُرْفَعُ مِن هَذِهِ الأُمَّةِ الْخُشُوعُ حَتَّى َلَا تَرَى فِيهَا رَجُلًا خَاشِعًا

Yang pertama kali diangkat dari umatku adalah khusyu’, sehingga engkau tidak akan melihat seorang pun yang khusyu’. [HR Thabrany dalam Musnadus Syamiyyin]

 

Ada cara unik yang dilakukan oleh Sahabat Ammar bin Yasir RA supaya shalatnya bisa khusu’. Diriwayatkan dalam Musykilul Atsar bahwa Ammar melakukan shalat dengan cepat lalu ada yang menegornya dan Ammar berkata : “Apakah kau melihatku mengurangi batasan-batasan shalat?” Orang itu menjawab: tidak. Maka Ammar berkata :

بَادَرْتُ وَسْوَاسَ الشَّيْطَانِ

Aku terburu-buru sebelum setan datang mengganggu sholatku.

Sebab Aku mendengar, Rasul SAW bersabda : Seseorang selesai (dari shalat) dan tidaklah ditulis (pahala) baginya, kecuali sepersepuluh shalatnya, sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuhnya, seperenamnya, seperlimanya, seperempatnya, sepertiganya, setengahya. [HR Abu Dawud]

 

Maka tidak ada cara lain melainkan kita memohon pertiolongan Allah sebagaimana Nabi SAW berdoa :

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ

Ya, Allah. Aku berlindung kepadaMu dari hati yang tidak khusyu’. [HR Tirmidzi]

 

Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa berusaha menghadirkan khusyu’ dalam setiap sholat sehingga sholat kita diterima oleh Allah SWT dan ia menjadi pelebur dosa-dosa kita serta menjadi sebab diterimanya semua amal ibadah kita.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment