Sunday, April 2, 2023

HABIBI YAA MUHAMMAD (2)

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abud Darda’RA, Ia berkata :

أَوْصَانِي حَبِيبِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثٍ

Aku telah diwasiati oleh habibi (kekasihku) dengan tiga perkara. [HR Muslim]

 

Catatan Alvers

 

Lirik : Shalatuw wa salam 'alayka ya Nabi

صَلَاةٌ وَسَلَامْ عَلَيْكَ يَا نَبِيّ

(Shalawat dan salam semoga tercurah kepadamu wahai Nabi)

 

Lagu ini mengajak kita untuk bershalawat serta bersalam kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Subhanallah, betapa besarnya pahala orang yang mengajak jutaan orang untuk bershalawat dan menjadikan banyak orang cinta shalawat dan meninggalkan lagu-lagu cinta dan nafsu birahi. Di sinilah atensi saya dalam artikel ini.

 

Apakah shalawat itu? Imam Qalyubi berkata :

اَلصَّلَاةُ مِنَ اللهِ رَحْمَةٌ وَمِنَ الْمَلَائِكَةِ اِسْتِغْفَارٌ وَمِنْ غَيْرِهِمَا دُعَاءٌ

Shalawat itu kalau dari Allah berarti rahmat, dan kalau dari malaikat berarti istighfar (memohon ampunan) dan dari selain keduanya adalah doa. [Hasyiyata Qalyubi Wa Umayrah]

 

Beliau menjelaskan lebih lanjut : “Yang dimaksud dengan shalawat dari manusia adalah setiap lafadz yang mengandung permohonon semisal rahmat, ampunan dan keridloan. Makna shalawat kita kepada Nabi SAW adalah permohonan kepada Allah agar melimpahkan rahmat kepada nabi SAW, adakalanya karena untuk menambah ketinggian derajat beliau mengingat ketinggian derajat beliau itu tiada batasnya, atau adakalanya menghasilkan pahala untuk kita dengan shalawat tersebut, atau adakalanya menjelaskan sang “Thalib” (Allah yang memerintahkan kita bershalawat) dan memuliakan sang “Mathlub” (Nabi yang menjadi objek shalawat) maka shalawat itu hakikatnya bukan dari kita (tetapi dari Allah) dan Shalawat itu tidak bisa kemasukan riya’ (karena bukan amalan kita) berbeda dengan amalan lainnya. Adapun salam maka artinya adalah selamat dari berbagai kekurangan… Menggabungkan antara shalawat dan salam dilakukan karena untuk terlepas dari hukum makruh menyebutkan salah satu saja di antara keduanya, baik secara ucapan maupun tulisan. Dan dalam satu pendapat disebutkan dalam ucapan maupun niat, dan ada pendapat lain yang mengatakan dalam pengucapan saja”. [Hasyiyata Qalyubi Wa Umayrah]

 

Lirik : Habibi yaa Muhammad Atayta bissalami wal huda, Muhammad

حَبِيْبِي يَا مُحَمَّدْ أَتَيْتَ بِالسَّلَامِ وَالْهُدَى مُحَمَّدْ

(Kekasihku, Ya Muhammad! Engkau datang dengan (1) kedamaian dan (2) petunjuk)

 

(1) Rasul SAW seringkali mendamaikan perselisihan. Sebutlah kasus perselisihan para pemuka suku Arab atas permasalahan siapa yang berhak memasang hajar aswad ketika renovasi ka’bah. Beliau menggelar sorban dan meletakkan batu Hajar Aswad di atasnya lalu meminta masing-masing pimpinan suku memegang setiap ujung sorban dan mengangkatnya bersamaan sampai ke tempat Hajar Aswad. Begitu pula beliau mendamaikan suku aus dan khazraj di madinah. Lantas kenapa kaum muslimin berperang? Baiklah coba periksa “ayat perang “ pertama yang turun [At-Tibyan Fi Ulumil Qur’an]. Allah SWT berfirman :

 أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا

Telah diizinkan berperang bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya [QS Al-Hajj : 39]

 

Pada ayat tersebut secara gamblang disebutkan alasan Allah mengijinkan perang yaitu karena kaum muslimin telah dianiaya. Maka ijin perang ini merupakan bentuk pertahanan bukan untuk menyerang dan menganiaya orang lain.

 

(2) Nabi SAW datang dengan membawa agama islam sebagai petunjuk. Hal ini ditegaskan oleh Allah SWt dalam firman-Nya :

 وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Dan sesungguhnya engkau menunjukkan kepada jalan yang lurus. [QS As-Syura : 52]

 

Lirik : Ya man hallayta hayatana bil iman

يَا مَنْ حَلَّيْتَ حَيَاتَنَا بِالْإِيْمَان

(Wahai engkau yang menghiasi hidup kami dengan iman)

 

Rasul SAW memerintahkan agar kita beriman. Suatu ketika delegasi Abdul Qays datang kepada Rasul SAW untuk meminta petunjuk atas amalan yang bisa menjadikan mereka masuk surga. Beliau berpesan 4 perkara dan ketika itu beliau bersabda :

آمُرُكُمْ بِالْإِيمَانِ بِاللَّهِ

Aku memerintahkan kalian agar beriman kepada Allah [HR Bukhari]

 

Iman itu adalah perhiasan yang sesungguhnya. Allah SWT berfirman :

وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ 

Dan pakaian berupa (iman) taqwa itulah yang terbaik [QS Al-A’raf : 26]

Dan dalam ayat lain, Allah SWT berfirman :

 

وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ

Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan (iman) itu sebagai perhiasan dalam hatimu …  [QS Al-Hujurat : 7]

 

Dan diantara doa beliau adalah :

اللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِزِينَةِ الْإِيمَانِ

Ya Allah hiasilah kami dengan perhiasan iman. [HR An-Nasa’i]

 

Lirik : Ya man bijamalika 'allamtal ihsan

يَا مَنْ بِجَمَالِكْ عَلَّمْتَ الْإِحْسَان

(Wahai engkau yang mengajarkan ihsan “kebaikan” dengan keindahan perilakumu)

 

Rasul SAW mengajarkan kebaikan dengan uswah hasanah, teladan yang baik. Ketika gigi beliau pecah, dahi terluka sehingga darah mengalir di wajahnya (karena dilempari batu) maka ada yang berkata “Wahai Rasulallah, doakan saja mereka itu dengan kejelekan!” maka beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah Ta’ala mengutusku tidak untuk mencela atau melaknat akan tetapi Allah mengutusku untuk mengajak dan mengasihi mereka". Lalu beliau berdoa :

اللهم اهْدِ قَوْمِي فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ

 

Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku karena seseungguhnya mereka itu tidak mengetahui (kebenaran) . [HR Baihaqi]

 

Ihsan atau berbuat baik itu dikatakan oleh Nabi Isa AS :

لَيْسَ الْإِحْسَانُ أَنْ تُحْسِنَ إِلَى مَنْ أَحْسَنَ إِلَيْكَ، تِلْكَ مُكَافَأَةٌ بِالْمَعْرُوفِ، وَلَكِنَّ الْإِحْسَانَ أَنْ تُحْسِنَ إِلَى مَنْ أَسَاءَ إِلَيْكَ

Ihsan itu bukanlah engkau berbuat baik kepada orang yang telah berbuat baik kepadamu, itu namanya membalas kebaikan. Akan tetapi yang dinamakan ihsan itu berbuat baik kepada orang yang telah berbuat jelek kepadamu [Tafsir Ibnu Katsir]

 

Ihsan itu adalah akhlak terpuji. Suatu ketika Rasul SAW bertanya kepada para sahabat. Maukah kalian aku tunjukkan kepada “Makarimil Akhlaq” (Budi pekerti yang baik) di dunia dan di akhirat? Mereka menjawab “Ya, wahai Rasulallah SAW”. Lalu beliau bersabda :

صِلْ مَنْ قَطَعَكَ، وَأَعْطِ مَنْ حَرَمَكَ وَاعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَكَ

Sambunglah (silaturrahmi) dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, Berilah kepada orang yang menghalangi pemberian kepadamu dan maafkanlah orang yang telah mendzalimimu. [HR Baihaqi]

 

Lirik : "Ya man nawwarta qulubana bil quran

يَا مَنْ نَوَّرْتَ قُلُوْبَنَا بِالْقُرْآن

(Wahai engkau yang menerangi hati kami dengan Quran)

 

Al-Qur’an itu disebut sebagai “nur” (cahaya). Allah SWT berfirman :

فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالنُّورِ الَّذِي أَنْزَلْنَا 

Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada cahaya (al-Qur’an) yang telah Kami turunkan [QS At-Taghabun : 8]

 

 

Dan cahaya Qur’an menerangi jiwa manusia. Hal ini sebagaimana doa (penghilang kesusahan)  yang diajarkan oleh Nabi SAW berbunyi :

اللهم ... أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي وَنُورَ صَدْرِي

Ya Allah, Jadikanlah al-Qur’an sebagai penyejuk hati dan cahaya di dada kami. [HR Ahmad]

 

Lirik : Shallallahu 'ala Khatamil Anbiya'

صَلَّى الله عَلَى خَاتَمِ الْأَنْبِيَاء

"Semoga rahmat Allah tercurahkan kepada pungkasan para Nabi"

 

Nabi Muhammad SAW sebagai “Khatamil Anbiya'” dinyatakan sendiri oleh beliau dalam sabdanya :

وَأَنَا خَاتَمُ الْأَنْبِيَاءِ لَا نَبِيَّ بَعْدِيْ

Aku adalah pungkasan para nabi, tiada nabi setelahku. [HR Al-Hakim]

 

Al-Munawi berkata : adapun Nabi Isa AS maka ia turun (di akhir zaman) dengan membawa syariatnya Nabi Muhammad SAW. [Faidlul Qadir]

 

Dan juga ditegaskan dalam firman Allah :

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalia, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi... [QS Al-Ahzab : 40]

An-Naisaburi berkata : Lafadz tersebut dibaca dengan fathah “Khatam” sebagai mana qira’at Ashim dan bermakna “at-Thaba’” (stempel). Dan juga dibaca dengan kasrah “Khatim” sebagaimana qira’at imam lainnya (yang berarti pamungkas). [Tafsir Ghara’ibul Qur’an]

 

Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk menjadikan apapun yang kita lihat dan yang kita dengar sebagai sarana semakin menambah kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

 

0 komentar:

Post a Comment