Friday, September 22, 2023

SALAM KEPADA NABI

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda :

مَا مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلَّا رَدَّ اللَّهُ عَلَيَّ رُوحِي حَتَّى أَرُدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ

“Tidak ada salah seorang di antara kamu yang mengucapkan salam kepadaku (sesudah aku wafat) melainkan Allah mengembalikan ruh-Ku sehingga aku menjawab salamnya [HR Abi Daud]

 

Catatan Alvers

 

Salam kepada Nabi SAW lebih dulu diketahui oleh para sahabat dari pada shalawat. Hal ini diketahui dari pernyataan dari Ka’b bin Ujzah RA, ia berkata : kami pernah bertanya  “Wahai Rasulallah, kami telah mengetahui (lafadz) salam kepadamu lantas bagaimana kami bershalawat (kepadamu)? Lalu Nabi SAW mengajarkan Allahumma shalli ala dst (shalawat ibrahimiyah) [HR Nasa’i]

 

Adapun salam yang telah diajarkan oleh Rasul SAW dan diketahui oleh para sahabat adalah ucapan :

اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتُهُ

Semoga terlimpah kepadamu wahai nabi, keselamatan, rahmat Allah dan barakah-Nya. [Syarah Muslim]

 

Ketika seseorang mencupakan salam kepada beliau maka beliau membalas ucapan salam tersebut. Hal itu tidak hanya dahulu ketika beliau masih hidup namun juga ketika beliau sudah wafat beliau tetap menjawab salam dari dalam kubur beliau sebagaimana diberitahukan dalam hadits utama di atas : “Tidak ada salah seorang di antara kamu yang mengucapkan salam kepadaku (sesudah aku wafat) melainkan Allah mengembalikan ruh-Ku sehingga aku menjawab salamnya [HR Abi Daud]

 

 

Tidak hanya beliau, bahkan semua Nabi mereka hidup dalam kuburnya. Nabi SAW bersabda :

اَلْأَنْبِيَاءُ أَحْيَاءٌ فِي قُبُوْرِهِمْ يُصَلُّوْنَ

"Para nabi itu hidup di dalam kubur mereka dalam keadaan mengerjakan shalat." [Musnad Abu Ya'la]

 

Dan beliau juga menyaksikan sendiri keberadaan para nabi yang hidup dalam alam kuburnya. Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda :

مَرَرْتُ عَلَى مُوسَى لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي عِنْدَ الْكَثِيبِ الْأَحْمَرِ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي قَبْرِهِ

"Aku berpapasan dengan Musa AS pada malam Isra di bukit pasir yang berwarna merah dalam keadaan berdiri mengerjakan shalat dalam kuburnya." [HR Muslim]

 

Mungkin hati kecil alvers ada yang bertanya-tanya bagaimana itu terjadi, Rasul SAW hidup dalam kuburNya? Menjawab hal ini, Saya teringat dengan permasalahan yang sama yaitu tatkala roh mayyit dikembalikan ke dalam jasadnya kemudian ditanya oleh malaikat, dan mendapat siksa atau kenimatan, maka mengapa manusia tidak dapat melihatnya sedikitpun? Syeikh Thahir Al-Jazairy menjawab :

اِنَّ اللهَ يَحْجُبُ اَبْصَارَهُمْ عَنْ ذَلِكَ اِمْتِحَانًا لَهُمْ لِيُظْهَرَ مَنْ يُؤْمِنُ بِالْغَيْبِ وَمَنْ لَايُؤْمِنُ بِهِ مِنْ ذَوِى الشَّكِّ وَالرَّيْبِ وَلَوْ رَاىَ النَّاسُ ذَلِكَ لَآمَنُوا كُلُّهُمْ وَلَمْ يَصِرْ فَرْقٌ بَيْنَ النَّاسِ وَلَمْ يَتَمَيَّزِ الْخِبَيْثُ مِنَ الطَّيِّبِ وَالرَّدِئُ مِنَ الْجَيِّدِ.

Sesungguhnya Allah menutup penglihatan manusia dari hal tersebut, sebagai ujian bagi mereka, agar menjadi jelas siapakah yang beriman kepada hal ghaib dan siapa yang tidak beriman dan ragu serta bimbang akan hal tersebut. Seandainya manusia melihat keadaan dalam kubur, niscaya mereka akan beriman semuanya, sehingga tidak ada perbedaan antar manusia yang baik dan yang jahat, serta tidak ada beda antara yang hina dan mulia. [Al-Jawahir al-Kalamiyah]. 

 

Tidak hanya kita, manusia mengucapkan salam kepada beliau bahkan pepohonan dan gunung-gunung juga demikian. Sayyidina Ali KW berkata : Aku bersama Nabi SAW di mekkah lalu kami keluar ke sebagian penjuru mekkah dan saat itu tidaklah gunung dan pohon berpapasan dengan beliau melainkan mereka mengucapkan salam kepadanya, yaitu  :

السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ

“Semoga keselamatan senantiasa tercurah padamu wahai utusan Allah” [HR Turmudzi]

 

Ketika melintasi makam Nabi, hendaklah jamaah berpaling dari kiblat atau membelakanginya dan menghadap dinding makam. Hendaklah jamaah berdiri sambil melihat ke arah bawah dinding makam dengan penuh tawadlu’, dan mengagungkan derajat Nabi SAW yang ada di hadapannya, dengan hati yang bersih dari usrusan duniawi kemudian mengucap salam dan jangan mengeraskan suara akan tetapi dengan suara yang biasa atau sedang. [Al-Idlah]

 

Allah SWT berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hangus (pahala) amalanmu tanpa kau sadari. [QS Al-Hujurat : 2]

 

Larangan ini turun ketika masa hidupnya Nabi SAW namun demikian larangan ini tetap berlaku setelah wafat beliau. Ketika berada di masjid Nabawi, As-Sa'ib bin Yazid dilempar dengan kerikil oleh seseorang dan ternyata ia adalah Umar bin Khatthab. Dia berkata : "Pergi dan bawalah dua orang (yang mengeraskan suara) itu kepadaku." Maka aku bawa keduanya ke hadapan Umar. lalu Umar bertanya, "Dari mana asalnya kalian berdua?" mereka menjawab, "Kami berasal dari Tha'if" Umar bin Khaththab berkata :

لَوْ كُنْتُمَا مِنْ أَهْلِ الْبَلَدِ لَأَوْجَعْتُكُمَا تَرْفَعَانِ أَصْوَاتَكُمَا فِي مَسْجِدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

"Sekiranya kalian dari penduduk sini (madinah, niscaya kalian mengerti larangan mengeraskan suara) maka aku akan hukum kalian berdua! Sebab kalian telah mengeraskan suara di Masjid Rasulullah SAW." [HR Bukhari]

 

Para Ulama berkata :

يُكْرَهُ رَفْعُ الصَّوْتِ عِنْدَ قَبْرِهِ كمَاَ كاَنَ يُكْرَهُ فِي حَيَاتِهِ؛ لِأَنَّهُ مُحْتَرَمٌ حَيًّا وَفِي قَبْرِهِ صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ

Dimakruhkan mengeraskan suara di sisi makam Nabi SAW sebagaimana dahulu ketika beliau hidup karena Nabi SAW itu adalah pribadi yang dimuliakan, baik ketika hidup maupun setelah berada di makamnya SAW. [Tafsir Ibnu Katsir]

 

Hendaknya jamaah mengucapkan salam sesuai dengan lafadz salam di atas atau membaca bacaan salam yang panjang seperti yang tertera dalam buku manasik. Dan jika ada sanak saudara atau handai taulan menitipkan salam kepada beliau maka ucapkanlah :

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ مِنْ ....

(“Semoga keselamatan senantiasa tercurah padamu wahai utusan Allah” dari ....) lalu sebut nama orang yang menitipkan salam. [Al-Idlah]

 

Setelah melewati makam nabi, maka jamaah akan melintasi makam sahabat Abu Bakar RA. Kitapun dianjurkan mengicapkan salam, minimal dengan ucapan :

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا أَبَا بَكْرٍ

(Semoga keselamatan senantiasa tercurah padamu wahai sahabat, Abu Bakar)

 

Setelah itu, jamaah akan melintasi makam sahabat Umar RA. Kitapun dianjurkan mengicapkan salam, minimal dengan ucapan :

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا عُمَرُ

(Semoga keselamatan senantiasa tercurah padamu wahai sahabat, Umar)

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa memuliakan pribadi Agung, Nabi Muhammad SAW sampai kapanpun dan dimanapun terlebih ketika berada di dalam Masjid Nabawi dan di dekat makam beliau.

0 komentar:

Post a Comment