ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Ibnu
Abbas RA, Rasul SAW bersabda :
إِنَّ فِيكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ الْحِلْمُ وَالْأَنَاةُ
“Sesungguhnya pada
dirimu (Asajji Abdil Qays) terdapat dua pekerti yang disukai oleh Allah yaitu sabar
dan berhati-hati.” [HR
Tirmidzi]
Catatan Alvers
Ketika membaca Mushaf kita akan menemukan
tulisan lafadz “walyatalatthaf” pada surat Al-Kahfi ayat 19 dengan cetak tebal
dan terkadang dengan tinta merah. Ada yang berkata bahwa itu merupakan tanda untuk
mengenang darah Usman bin Affan yang dibunuh saat memegang mushaf Al-Qur’an.
Benarkah demikian?
Memang benar bahwa Utsman RA wafat
dengan terbunuh. An-Nawawi berkata : Utsman RA dibunuh dengan dianiaya oleh
orang-orang fasik. [Syarah Muslim] Dan kejadian tersebut sudah dikabarkan oleh
Nabi SAW jauh sebelumnya. Yaitu ketika beliau bersama Abu Musa di suatu kebun
di antara kebun-kebun yang ada di Madinah. Kemudian datang lagi seorang laki-laki
meminta dibukakan pintu, ketika itu beliau tengah berbaring, kemudian beliau
duduk dan bersabda:
افْتَحْ لَهُ
وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ عَلَى بَلْوَى تُصِيبُهُ
"Bukakanlah pintu dan sampaikan
kabar gembira kepadanya dengan surga atas ujian yang akan menimpanya." [HR
Bukhari]
Lalu Abu Musa membukakan pintu dan ternyata
laki-laki itu adalah 'Utsman. Abu Musa menyampaikan pesan Nabi tadi lalu 'Utsman
berkata; "Allah sajalah dzat yang dimintai pertolongan-Nya." [HR
Bukhari]
Benarlah apa yang dikabarkan Nabi SAW
jauh-jauh hari itu menjadi kenyataan.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa di
satu pagi Utsman berkata : “tadi malam Aku bermimpi Rasul SAW dan beliau
bersabda :
يَا عُثْمَانُ
، أَفْطِرْ عِنْدَنَا
“Wahai Utsman, berbuka puasalah di sisiku”
Maka pagi itu ia berpuasa lalu ia
terbunuh hari itu juga.[HR Al-Hakim]
Utsman RA terbunuh ketika membaca Qur’an
dan tetesan darahnya mengenai mushafnya. Nafi’ bin Abi Nuaim berkata : Aku
pernah menerima mushaf Ustman yang dikirimkan sebagian khalifah kepadaku. Aku
berkata : orang-orang berkata bahwa mushaf ini ada dipangkuan utsman ketika ia
tewas terbunuh lalu darahnya mengenai ayat “Fasayakfikahumullah...”. Nafi
berkata :
بَصرَتْ عَيْنِي
بِالدَّمِ عَلَى هَذِهِ الْآيَةِ
“Aku melihat darah tersebut dengan mata
kepala sendiri terdapat pada ayat tadi”. [Tafsir Ad-durrul Mantsur]
Secara lengkap, Ayat tersebut berbunyi :
فَإِنْ آمَنُوا
بِمِثْلِ مَا آمَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ
فِي شِقَاقٍ فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Maka jika mereka telah beriman
sebagaimana yang kamu imani, sungguh, mereka telah mendapat petunjuk. Tetapi
jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (denganmu),
maka Allah mencukupkan engkau terhadap mereka (dengan pertolongan-Nya). Dan Dia
Maha Mendengar, Maha Mengetahui. [QS Al-Baqarah : 137]
Hingga kini mushaf sebagai saksi
syahidnya Ustman tersebut masih ada. Pada tahun 2015 lalu reportase detikcom mengunjungi
sebuah museum di Tashkent, Uzbekistan di mana di sana
terdapat Mushaf Alquran tertua yang disimpan dalam sebuah lemari kaca yang menempel ke dinding. Menurut sang pemandu, mushaf tersebut adalah mushaf yang disusun
oleh Khalifah Utsman bin
Affan pada tahun 651 masehi. Pada mushaf tersebut
tepatnya pada surat Al-Baqarah masih ada bekas darah sang Khalifah saat ditusuk oleh
pembunuhnya ketika tengah membaca Quran. tes DNA (deoxyribonucleic acid ) menunjukkan bahwa tetesan darah tersebut adalah darah manusia abad ketujuh. UNESCO (United Nation Education Scientific and Cultural Organization)
juga sudah mengakui bahwa mushaf tersebut adalah peninggalan bersejarah umat
Islam. [detik com]
Dengan demikian tidak benar bahwa warna merah pada ayat “walyatalatthaf” pada surat kahfi sebagai tanda
darahnya utsman, karena darahnya ustman terdapat pada surat Al-Baqarah. Lantas
apakah arti cetak tebal atau warna merah pada ayat “walyatalatthaf”?
Ternyata cetak tebal atau warna merah tersebut tidak berkaitan
dengan satu peristiwa, baik tewasnya Utsman RA atau peristiwa lainnya. Cetak
tebal atau warna merah tersebut hanya merupakan pertanda bahwa ayat tersebut merupakan
posisi tengah dari mushaf Al-Qur’an dan hal ini dikuatkan dengan keterangan
pada bagian pinggir mushaf pada halaman tersebut biasanya terdapat tulisan ”Nishful
Qur’an” (Separuh Qur’an).
Mushaf Qur’an sangat terjaga keotentikannya, hal ini
terbukti dengan perhatian para ulama terdahulu terhadap bagian demi bagian qur’an.
Tidak hanya separo quran, sepertiga atau seperempatnya bahkan berapa jumlah kalimatnya,
berapa hurufnya bahkan berapa titik dalam seluruh quran telah dihitung guna upaya
menjaga keotentikan Qur’an.
Salam Abu Muhammad Al-Hammany berkata : Al-Hajjaj
pernah mengumpulkan Ahli Qiraat, Para penghafal dan ahli menulis untuk diperintahkan
menghitung jumlah huruf dalam keseluruhan Al-Qur’an. Setelah mereka mengadakan
penelitian sekitar empat bulan maka mereka menemukan bahwa jumlah huruf dalam
keseluruhan Al-Qur’an adalah :
ثلاثُمائة
ألفِ حَرْف وأربعون ألفًا وسبعمائة وأربعون حرفًا
“340.740 huruf”
dan huruf yang ada di pertengahan Al-Qur’an
adalah huruf fa’ yang ada pada lafadz “Walyatalatthaf” yang ada pada Surat Al-Kahfi : 19 [Tafsir Ibnu Katsir]
Ulama sepakat bahwa jumlah ayat al-Qur’an adalah 6.000
ayat dan mereka berselisih pendapat mengenai selebihnya. Ada yang mengatakan
tidak lebih, ada yang mengatakan 6.204 ayat, 6.014 ayat, 6.019 ayat, 6.025 ayat
dan 6.036 ayat. [Al-Itqan Fi Ulumil Qur’an]
Al-Fairuzabadi dalam kitabnya “Bashair Dzawit Tamyiz Fi
Lathaifil Kitab Al-Aziz” menyebutkan bahwa Abdul wahid Ad-dlarir berkata :
Jumlah titik dalam Al-Qur’an sebanyak 156.081 Titik. Bahkan disebutkan juga
mengenai jumlah masing-masing huruf mulai dari alif, ba’, ta’ dst di dalam
keseluruhan Al-Qur’an. Subhanallah, Ini menunjukkan betapa tingginya perhatian
para ulama kepada Al-Qur’an.
Kata “walyatalatthaf” yang
terdapat pada tengah-tengah Qur’an, yang artinya dan berhati-hatilah
mengingatkan kepada kita agar senantiasa berhati-hati dalam setiap urusan. Ayat
tersebut berkenaan dengan para pemuda Ashabul Kahfi yang bersembunyi di dalam
gua untuk menghindari kedzaliman raja Romawi penyembah berhala saat itu yang
bernama dikyanus. Seorang pemuda diantara mereka bernama Tamlikha ditugaskan
untuk pergi ke kota untuk membeli makanan dan untuk mengintai keadaan
sekitarnya. Dan dialah yang dipesani dengan perintah “walyatalatthaf” (hendaklah
berhati-hati). [Tafsir As-Shawy]
Sikap berhati-hati merupakan pengejawantahan
dari takwa. Suatu ketika Umar bin Khattab RA bertanya kepada Ubay bin Ka’ab mengenai takwa. Ubay bertanya
“Pernahkah kamu berjalan di jalan yang penuh dengan duri?” Umar menjawab, “Ya.”
Ubay bertanya lagi, “Apa yang engkau lakukan?” Umar menjawab,
شَمَّرْتُ
وَاجْتَهَدْتُ
“Aku bersiap-siap (melangkahkan kaki)
dan aku bersungguh-sungguh (berhati-hati ketika melintasi jalan tersebut).”
Ubay berkata, “Itulah (makna) takwa. [Tafsir
Ibni Katsir]
Dengan pertanyaan yang sama, seseorang
menjawab kepada Abu Hurairah RA :
إِذَا رَأَيْتُ الشَّوْكَ عَدَلْتُ عَنْهُ أَوْ جَاوَزْتُهُ أَوْ قَصُرْتُ عَنْهُ
“Jika aku melihat duri maka aku akan
menyimpang darinya atau aku melewatinya atau aku berhenti”.
Abu Hurairah RA berkata, “Itulah (makna)
takwa. [Tafsir Addurul Mantsur]
Dan kehati-hatian inilah yang disebut
didalam hadits utama sebagai “Al-Anaat” yang merupakan pekerti yang disukai
oleh Allah. “Al-Anaat” didefinisikan sebagai :
اَلتَّثْبِيْتُ
وَتَرْكُ الْعَجَلَةِ
“Menetapkan dan tidak tergesa-gesa”. [Fathul Bari]
Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan
fikiran kita untuk melakukan segala sesuatu dengan penuh kehati-hatian dan
pertimbangan serta tidak sembrono dengan harapan kita nantinya dicintai oleh
Allah SWT
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi SAW menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah
kita semua.
0 komentar:
Post a Comment