ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda :
إِنِّي لَا أَقُولُ إِلَّا حَقًّا
“Sesungguhnya aku tidak bicara kecuali dengan
perkataan yang benar.” [HR Tirmidzi]
Catatan
Alvers
Satu ketika para sahabat bertanya:
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ تُدَاعِبُنَا
“Wahai Rasulullah, apakah
engkau juga bersenda gurau bersama kami?”
Maka Rasulullah SAW menjawab dengan redaksi hadits di atas yaitu “Sesungguhnya aku tidak bicara kecuali dengan
perkataan yang benar (meskipun ketika bergurau).” [HR Tirmidzi]
Bergurau yang dalam istilah hadits tadi disebut
dengan kata “Du’abah” yang didefinisikan oleh Ibnu Hajar sebagai :
اَلْمُلَاطَفَةُ فِي الْقَوْلِ بِالْمِزَاحِ وَغَيْرِهِ
“Perilaku berlemah lembut dalam ucapan dengan bersenda
gurau dan lainnya.”
Selanjutnya beliau berkata : “Jika dapat mendatangkan
kebaikan seperti menghibur hati orang lain maka bergurau itu dianjurkan”.
[Fathul Bari]
Al-Munawi
berkata : “Bergurau itu dibutuhkan dan dianjurkan, akan tetapi pada tempat-tempat
tertentu saja. Maka tidak semua waktu itu baik untuk bergurau dan tidak semua
waktu itu dinilai baik untuk serius”. Penyair (Dalam Bahar Thawil) berkata :
أُهَازِلُ حَيْثُ الْهَزْلُ يَحْسُنُ بِالْفَتَى * وَإِنِّي
إِذَا جَدَّ الرِّجَالُ لَذُو جِدٍّ
Aku bergurau diwaktu
yang mana bergurau dengan pemuda dinilai baik dan jika orang-orang sedang
serius maka akupun juga serius. [Faidlul Qadir]
Hadits utama di atas menegaskan bahwa bergurau itu boleh saja namun sekiranya tidak melanggar syariat agama. Inilah yang dimaksud dengan perkataan Ibnu Mas’ud RA :
خَالِطِ النَّاسَ وَدِينَكَ لَا تَكْلِمَنَّهُ
Bergaullah kalian dengan manusia namun jangan buat agama
kalian rusak. [Shahih Bukhari]
Demikian pula para sahabat. Qurrah
bertanya “Apakah para sahabat Nabi juga bercanda?” Maka Ibnu Sirin berkata :
مَا كَانُوا إِلا كَالنَّاسِ , كَانَ ابْنُ
عُمَرَ يَمْزَحُ
Mereka tak ubahnya seperti
orang-orang lainnya (dalam bercanda) dan Ibnu Umar juga bercanda. [HR
Thabrani]
Ibnu Umar ditanya : Apakah
Para sahabat Nabi tertawa?. Ia menjawab:
نَعَمْ ، وَالْاِيْمَانُ فِي قُلُوْبِهِمْ
أَعْظَمُ مِنَ الْجِبَالِ
Ya, padahal Iman yang ada
dalam hati mereka lebih besar dari gunung. [Mushannaf Abdur Razzaq]
Nabi SAW bukanlah orang yang selalu serius dan
tegang, akan tetapi beliau juga berlemah lembut dengan para sahabat dengan
mengajak mereka bersenda gurau. Dikisahkan
dari Anas bin Malik RA bahwasannya satu ketika Rasul SAW pergi ke pedalaman
untuk menemui seseorang di sana yang bernama Zahir bin Haram. Ketika itu Zahir sedang
sibuk menjual dagangannya. Tiba-tiba Rasul merangkul dari arah belakang tanpa
diketahui oleh Zahir. Ia berkata : “Lepaskan aku, siapa ini?”. Zahir segera
menoleh ke arah belakang dan ketika zahir mengetahui bahwa orang yang
memeluknya adalah Rasul SAW maka ia menempelkan punggungnya ke dada beliau.
Rasul berteriak :”Ayo, silakan siapa yang mau membeli budak ini?” Zahir berkata
: “Wahai Rasul, Aku ini tidak akan laku kalo dijual”. Rasul menjawab : “Tapi
engkau ini disisi Allah tidaklah demikian” dalam riwayat lain Rasul SAW
bersabda :
بَلْ أَنْتَ عِنْدَ اللهِ غَالٍ
“Bahkan engkau di
sisi Allah harganya mahal” [HR Ibnu Hibban]
Di antara
banyak teman, tentunya ada teman yang suka bersenda gurau, bahkan terkadang
sampai berbuat usil. Tak terkecuali di kalangan sahabat nabi dan Nabipun pernah
menjadi korban keusilannya. Siapakah yang berani usil kepada Nabi? Dialah yang
bernama Nu’aiman Al-Anshari, sahabat yang suka bercanda. Ia senang untuk
memberi hadiah kepada Nabi. Satu ketika Ia menghadap nabi membawa hadiah (sebotol
madu) dan ia berkata : “Wahai Rasul, aku
membeli ini untukmu sebagai hadiah”. Tidak berselang lama, penjual madu datang
dan Nu’aiman mengarahkan kepada Nabi dan memintanya untuk membayarnya. Rasulpun
memprotes Nu’aiman : “Bukankah ini hadiah darimu?”. Nua’iman berkata :
يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ عِنْدِي ثَمَنُهُ
وَأَحْبَبْتُ أَنْ تَأْكُلَ مِنْهُ
“Wahai
Rasulullah, Aku sedang tidak punya uang untuk membayarnya namun aku ingin
engkau memakan madu tersebut”.
Mendengar
jawaban ini maka Rasul tertawa lalu membayar uang madu tersebut. [Ihya
Ulumiddin]
Di lain
waktu, Abu bakar bepergian ke Bushra bersama dengan Nua’iman dan suwaybith bin
Harmalah. Di perjalanan itu Nua’iman meminta bekal makanan ding dibawa oleh suwaybith
namun suwaybith menyuruhnya untuk menunggu Abu bakar datang. Nua’imanpun ingin
memberi pelajaran kepada suwaybith. Ia pergi ke
tempat kumpulnya pedagang unta dan berkata “ Silahkan siapa yang mau membeli
budak Arab yang cekatan namun ia banyak bicara, jika dia berkata aku orang
merdeka maka jangan pedulikan ucapannya”. Ada seseorang yang membeli dengan harga
sepuluh ekor unta muda.
Maka Nua’iman menunjuk sambil berkata “Itu dia budak yang aku jual”. Maka sang
pembeli menangkapnya. Suwaybith berkata : “Aku ini orang merdeka, dia bohong”.
Pembeli menjawab : “Penjual tadi telah mengatakan bahwa kamu akan ngomong
demikian padahal kau adalah budaknya”. Maka pembeli membawa suwaibith pergi.
Ketika Abu bakar datang dan mencari suwaibith maka Nua’iman menceritakan apa
yang terjadi. Abu bakar membawa unta-unta muda tadi untuk membawa pulang suwaibith.
Cerita ini akhirnya sampai kepada Nabi SAW. Ummu salamah yang meriwayatkan
hadits ini lalu berkata :
فَضَحِكَ مِنْهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَأَصْحَابُهُ حَوْلًا
Nabi dan
para sahabat tertawa dengan kejadian tersebut selama satu tahun. [HR Ahmad]
Demikianlah
kehidupan Nabi dan para sahabatnya yang dihiasi sesekali dengan senda gurau. Namun
demikian Imam Ghazali memberi catatan akan hal ini. Ia berkata :
مِنَ الْغَلَطِ الْعَظِيْمِ أَنْ
يَتَّخِذَ الْإِنْسَانُ الْمِزَاحَ حِرْفَةً يُوَاظِبُ عَلَيْهِ وَيُفْرِطُ فِيْهِ
ثُمَّ يَتَمَسَّكُ بِفِعْلِ الرَّسُوْلِ صلى الله عليه وسلم
Merupakan kesalahan besar jika seseorang menjadikan guyonan
sebagai pekerjaan sehari-hari dan ia bergurau melampaui batas kemudian ia berhujjah
dengan apa yang dilakukan oleh Rasul SAW. [Ihya Ulumiddin]
Sebagai tambahan, saya menggaris
bawahi bahwa yang dilakukan Nu’ayman di atas tidak boleh dilakukan karena sudah
terdapat larangan menjual orang merdeka. Allah SWT telah berfirman dalam hadits
qudsy: Tiga orang yang mana Aku memusuhi mereka pada hari kiamat, yaitu (1) orang
yang bersumpah atas namaku lalu ia mengingkarinya,
وَرَجُلٌ بَاعَ حُرًّا فَأَكَلَ ثَمَنَهُ
“(2) orang yang menjual orang merdeka
lalu memakan (uang dari) harga jualnya”,
dan (3) seseorang yang memperkerjakan
pekerja namun selesai pekerjaannya, ia tidak juga membayarkan upahnya ". [HR
Bukhari]
Wallahu A’lam.
Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk serius di waktu serius
dan sesekali bercanda di waktu yang sesuai sehingga kehidupan menjadi lebih berwarna
bersama-sama orang-orang di sekeliling kita.
Salam Satu
Hadits
Dr.H.Fathul
Bari.,SS.,M.Ag
Pondok
Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang
Jatim
Ngaji dan
Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok!
Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni
Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya
sabda Nabi SAW menghiasi dunia maya dan
menjadi amal jariyah kita semua.
0 komentar:
Post a Comment