Friday, June 27, 2025

MAKNA HIJRAH

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, Rasul SAW bersabda :

لَا هِجْرَةَ بَعْدَ الْفَتْحِ وَلَكِنْ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ

“Tidak ada lagi hijrah, akan tetapi jihad dan niat.”[HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Hijrah itu maknanya : “Tarku” Meninggalkan. [Tajul Arusy] Imam Bukhari menulis “Bab Al-Jihad” yang memuat hadits utama tadi mengenai hijrah dalam artian tempat, lalu jauh setelah itu menulis “Bab Al-Hijrah” dan Ibnu Hajar Al-Asqalany menerangkan : Hijrah pada asalnya adalah bermakna meninggalkan, baik perbuatan ataupun perkataan, hijrah dalam bab ini bukanlah berarti meninggalkan tanah air, karena masalah itu telah dijelaskan di depan. [Fathul Bari] sehingga dengan demikian bisa saya katakan :

اَلْهِجْرَةُ فِي الْأَصْل التَّرْكُ فِعْلًا كَانَ أَوْ قَوْلًا أَوْ مَكَانًا

Hijrah pada asalnya adalah bermakna meninggalkan, baik perbuatan ataupun perkataan, ataupun tempat.

 

(a) Hijrah dalam artian meninggalkan suatu perbuatan, seperti meninggalkan untuk mengamalkan isi Al-Qur’an. Hal  ini sebagaimana lafadz “mahjura" yang merupakan derivasi (turunan) dari kata hijrah dalam Firman Allah :

وَقَالَ الرَّسُولُ يَارَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا

Rasul (Muhammad SAW) berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku (Quraisy) menjadikan Al-Qur’an itu sesuatu yang “mahjura". [QS Al-Furqan: 30]

Dalam Tafsir jalalain kata “mahjura” ditafsirkan sebagai “Matruka” sesuatu yang ditinggalkan.

 

Hijrah perbuatan, seperti meninggalkan untuk mentadabburi Al-Qur’an, sebagaimana pada kata “Hajra” yang terdapat dalam hadits :

وَلَا يَسْمَعُونَ الْقُرْآنَ إِلَّا هُجْرًا

Mereka (orang-orang jelek itu)  tidak mendengarkan qur’an melainkan meninggalkan (tadabbur terhadap maknanya). [HR Baihaqi]

 

Hijrah perbuatan, seperti meninggalkan untuk menggauli istri, sebagaimana pada kata “Hajara” yang terdapat perkataan orang Arab : “Hajara Az-zawjah” (Suami meninggalkan istri dari mengumpulinya). [Mu’jam Lughatil Fuqaha]

 

Hijrah perbuatan, seperti meninggalkan perbuatan dosa dan maksiat, sebagaimana pada kata “Fahjur” yang merupakan derivasi dari kata hijrah yang terdapat pada firman

Allah SWT:

وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ

“dan perbuatan dosa maka tinggalkanlah” [QS Al-Muddassir : 5]

 

Dan kata “Hajara” pada sabda Nabi SAW :

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

“Yang disebut dengan muslim sejati adalah orang yang selamat orang muslim lainnya dari lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan perkara yang dilarang oleh Allah .” [HR Bukhari]

 

Hijrah perbuatan, seperti meninggalkan bergaul dengan orang-orang yang menyakiti, sebagaimana pada kata “wahjurhum” pada firman Allah SWT:

وَاصْبِرْ عَلٰى مَا يَقُوْلُوْنَ وَاهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيْلًا

Bersabarlah terhadap apa yang mereka katakan dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang baik. [QS Al-Muzzammil : 10]

 

(b) Hijrah dalam artian meninggalkan perkataan, sebagaimana lafadz “yahjura" yang merupakan derivasi (turunan) dari kata hijrah dalam sabda Nabi SAW :

لَا يَحِلُّ لِرَجُلٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ

“Tidak halal bagi seorang muslim untuk meninggalkan pembicaraan dengan saudaranya lebih dari tiga hari. [HR Bukhari]

 

(c) Hijrah dalam artian meninggalkan tempat yaitu tempat kekufuran, sebagaimana lafadz “yuhajir" yang merupakan derivasi (turunan) dari kata hijrah dalam ayat :

وَمَن يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللّهِ يَجِدْ فِي الأَرْضِ مُرَاغَماً كَثِيراً وَسَعَةً

Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang banyak dan rezeki yang luas. [QS An-Nisa : 100]

 

Hijrah dalam artian meninggalkan tempat juga dikerjakan oleh Nabi Ibrahim, Dalam Quran dikisahkan :

وَقَالَ إِنِّ ي مُهَاجِرٌ إِلَى رَبِّي إِنَّهُ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Nabi Ibrahim berkata : Aku berhijrah menuju (ridla) tuhanku, sesungguhnya ia maha perkasa lagi maha bijaksana. [QS Al-Ankabut : 26]

 

Al-Kalbi berkata : Nabi Ibrahim hijrah dari tanah Harran menuju palestina dan dia adalah orang pertama yang hijrah meninggalkan tanah kekufuran. [Tafsir Al-Qurthubi]

Demikian pula Nabi Luth, Nabi Musa dan Nabi Yunus.

 

Hijrah dalam artian meninggalkan tempat itulah yang lazim dinisbatkan kepada Nabi SAW. Beliau berhijrah dari Mekkah ke Habasyah pada tahun ke 5 kenabian dan juga dari Mekkah ke Madinah pada tahun ke 13 kenabian. Dan setelah Mekkah dikuasai oleh kaum muslimin maka Nabi SAW bersabda sesuai dengan hadits utama : “Tidak ada lagi hijrah, akan tetapi jihad dan niat.”[HR Bukhari]

 

At-Tiby berkata: Maksudnya adalah hijrah ada yang motivnya lari dari orang kafir, atau menuju medan perang, atau untuk semisal menuntut ilmu. Nah, hijrah jenis pertama (karena lari dari kawasan kufur) telah terputus, maka manfaatkanlah dua bentuk hijrah lainnya (menuju jihad dan menuntut ilmu). [Fathul Bari]

 

Namun menurut para ulama, hadits di atas berlaku secara khusus untuk hijrah meninggalkan kota makkah, adapun hijrah meninggalkan tempat kekufuran maka tetap berlaku. Para ulama berkata :

الْهِجْرَة مِنْ دَار الْحَرْب إِلَى دَار الْإِسْلَام بَاقِيَة إِلَى يَوْم الْقِيَامَة

Hijrah dari kawasan kafir yang memerangi islam menuju kawasan Islam itu tetap akan berlaku sampai hari kiamat. [Syarah Muslim]

Ibnu Hajar A-Asqalany berkata : “Hijrah ini hukum tetap sama bagi orang yang masuk Islam di daerah kufur dan ia mampu untuk keluar darinya”. [Fathul Bari]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan pikiran kita untuk berhijrah dari perkataan maupun perbuatan maksiat menuju perkataan maupun perbuatan yang diridlai Allah SWT.

 

Salam Satu Hadits,

Dr. H. Fathul Bari, SS., M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani

Ayo Mondok! Mondok itu Keren!

WA Auto Respon :  0858-2222-1979

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

0 komentar:

Post a Comment