Tuesday, December 13, 2016

AIR MATA BUAYA




ONE DAY ONE HADITH

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah bersabda :
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا وَلَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا
Demi dzat yang mana jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, Jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui niscaya kalian banyak menangis dan sedikit tertawa [HR Bukhari]

Catatan Alvers

Dikabarkan di mass media, seorang pejabat non aktif yang berwatak kasar, dari mulutnya sering terlontar kata-kata kotor dan pedas bahkan dihadapan media saat wawancara secara live, tak kenal belas kasihan kepada rakyat kecil dengan menggusur kawasan yang telah dihuni puluhan tahun, tiba-tiba menangis saat membacakan nota keberatan dalam persidangan. Suaranya sempat terdengar bergetar dalam persidangan yang ditayangkan secara live dan ditonton oleh jutaan pemirsa.


Tangisan itupun mendapat tanggapan sinis, Sekjen FUI dalam orasinya di luar persidangan (13/12/16) menilai hal ini lucu karena kontras dengan perangainya yang kasar dan selanjutnya disambut dengan cibiran massa. Ia menilai bahwa itu adalah air mata buaya. [Situs News Detik]

Berbicaratentang  tangisan di persidangan tidak hanya terjadi kali ini, Hal yang sama juga kasus yang baru-baru ini tepatnya pada 5 Oktober 2016 yaitu dalam persidangan kasus sianida maut dimana sang terdakwa menangis di kursi pesakitan. Begitu pula tangisan Nenek Asyani (63 tahun) di PN Situbondo pada tahun lalu dimana ia didakwa dengan pencurian kayu jati. Lalu yang menjadi pertanyaan manakah tangisan yang sesungguhnya dan mana yang palsu?

Baiklah alvers, Kita lihat bagaimana menangis dalam perspektif islam yang komprehensif. Ibnul Qayyim dalam Zadul Ma’ad menyebutkan 10 macam tangisan, yaitu
بكاء الخوف والخشية,  بكاء الرحمة والرقة,  بكاء المحبة والشوق, بكاء الفرح والسرور, بكاء الجزع من ورود الألم وعدم احتماله, بكاء الحزن, بكاء الخور والضعف,  بكاء النفاق, أن تدمع العين والقلب قاس, البكاء المستعار والمستأجر عليه,  بكاء الموافقة,
(1) Tangisan karena takut (2) Tangisan kasih sayang (3) Tangisan karena cinta dan rindu (4) Tangisan bahagia (5) Tangisan karena tidak tahan menahan sakit (6) Tangisan sedih (7) Tangisan lemah (8) Tangisan Munafik  (9) Tangisan Bayaran (10) Tangisan ikut-ikutan [Zadil Ma’ad]

Lebih lanjut membicarakan tangisan munafik atau air mata buaya, Ja’far pernah mendengar seseorang bertanya pada Samith bin ‘Ajlan:
هل يبكي المنافق فقال يبكي من رأسه فأما قلبه فلا
“Apakah orang munafik itu bisa menangis?” Ia menjawab, “Hanya di mukanya saja tampak tangisan, namun di hatinya tidak.” [Hilyatul Auliya’]

Ibnu Adiy berkata :
إذا تم فجور العبد ملك عينيه فبكى بهما متى شاء
Jika sempurna kejahatan seseorang maka ia menguasai kedua matanya sehingga ia bisa menangis kapan saja [Jami’ul Ahadits]

Air mata munafik atau air mata buaya didefinisikan sebagai emosi palsu pada seorang munafik yang pura-pura bersedih dan mengeluarkan air mata palsu. Ekspresi ini berasal dari anekdot kuno bahwa buaya menangis untuk menarik perhatian mangsanya atau menangis untuk mangsa yang mereka terkam. [Wikipedia]

Tangisan seperti ini pernah dilakukan oleh saudara-saudara Nabi Yusuf di hadapan ayah mereka, Menagis dengan pura-pura bersedih dengan kecelakaan yang menimpa Nabi Yusuf padahal merekalah yang melakukannya. Allah SWT berfirman :
وَجَاءُوا أَبَاهُمْ عِشَاءً يَبْكُونَ (16) قَالُوا يَاأَبَانَا إِنَّا ذَهَبْنَا نَسْتَبِقُ وَتَرَكْنَا يُوسُفَ عِنْدَ مَتَاعِنَا فَأَكَلَهُ الذِّئْبُ وَمَا أَنْتَ بِمُؤْمِنٍ لَنَا وَلَوْ كُنَّا صَادِقِينَ (17) وَجَاءُوا عَلَى قَمِيصِهِ بِدَمٍ كَذِبٍ ...(18)
Kemudian mereka datang kepada ayah mereka di sore hari sambil menangis. Mereka berkata: "Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala; dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar." Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu... [QS Yusuf : 16-18]

Al-Qurthubi ketika mengomentari ayat di atas, menyebutkan bahwa ulama kami berkata :

هذه الآية دليل على أن بكاء المرء لا يدل على صدق مقاله لاحتمال أن يكون تصنعا فمن الخلق من يقدر على ذلك ومنهم من لا يقدر وقد قيل إن الدمع المصنوع لا يخفى كما قال حكيم إذا اشتبكت دموع في خدود تبين من بكى ممن تباكى

Ayat ini menunjukkan bahwa tangisan seseorang tidak menunjukkan kebenaran ucapannya karena ada kemungkinan ia membuat-buatnya. Memang ada orang yang bisa berbuat demikian dan ada yang tidak. Ada yang mengatakan bahwa air mata palsu itu tidaklah samar sebagaimana dikatakan seorang ahli hikmah : Jika air mata berlinang di pipi maka jelaslah siapa yang menangis sesungguhnya dan siapa siapa pura-pura menangis.  [Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an]

Tidak semua tangisan itu tercela, bahkan sebaliknya ada tangisan yang mulia yang menghindarkan orangnya dari api neraka. Telah disinggung dalam hadits utama tadi bahwa Rasul banyak menangis karena beliau mengetahui banyak hal yang kita tidak tahu. Seandainya kita mengetahui apa diketahui beliau niscaya kitapun akan banyak menangis dan sedikit tertawa. Tangisan type ini adalah tangisan yang mulia dan berpahala.  Tangisan kejujuran yang disebabkan takut kepada Allah dan adzabnya. Justru orang yang tidak menangis ketika mendengar adzab Allah dalam ayat-ayatNya, akan dipertanyakan keimanannya. Allah SWT berfirman :
أَفَمِنْ هَذَا الْحَدِيثِ تَعْجَبُونَ. وَتَضْحَكُونَ وَلَا تَبْكُونَ. وَأَنْتُمْ سَامِدُونَ.
Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan itu?. Dan kamu tertawa dan tidak menangis? Sedang kamu melalaikannya?.[QS An-Najm : 59-61]

Para shahabatpun menangis tatkala ayat ini diturunkan dan mendengar ayat ini dibacakan. Diriwayatkan dari Abi Hurairah RA, dia berkata: ketika turun ayat [QS An-Najm : 59] di atas menangislah para shahabat (ashabus shuffah) hingga mengalirlah air mata mereka membasahi pipi, dan ketika Rasulullah mendengar tangisan mereka, beliaupun menangis bersama mereka, maka kamipun menangis karena (terdorong oleh) tangisan beliau. Kemudian beliau bersabda :
لَا يَلِجُ النَّارَ مَنْ بَكَى مِنْ خَشْيَةِ اللهِ، وَلَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مُصِرٌّ عَلَى مَعْصِيَةٍ، وَلَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَجَاءَ اللهُ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ
Tidak akan masuk neraka orang yang menangis karena takut kepada Allah dan tidak akan masuk surga orang yang terus menerus berbuat dosa. Sekiranya kalian tidak berdosa pasti Allah akan mendatangkan orang-orang yang berdosa kemudian Dia mengampuni mereka.[HR Baihaqi]

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, Rasul bersabda :
عَيْنَانِ لَا تَمَسُّهُمَا النَّارُ عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
Dua mata yang tidak akan tersentuh api neraka yaitu mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang semalaman berjaga dijalan Allah [HR Turmudzi]

Dalam riwayat Abi Imran Al-Anshari, terdapat tambahan yang ketiga yaitu “ ’Ain sahirat bi kitabillah” mata yang semalaman bergadang untuk (membaca) kitab Allah [Kitab : Al-Jihad Libnil Mubarak]

Rasul juga bersabda: Tujuh golongan yang mendapatkan naungan di hari (kiamat) di mana tidak ada naungan melainkan naungan dari Allah SWT, diantaranya adalah :
ورجل ذكر الله خاليا ففاضت عيناه.
Seseorang yang mengingat Allah saat sendirian hingga berlinang air matanya [HR Bukhari]

Demikianlah perilaku para nabi dan orang-orang yang diberi hidayah oleh Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ ءَايَاتُ الرَّحْمَنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا
Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.[QS Maryam : 58]

Lantas bagaimana jika kita dalam kondisi yang sama namun tidak bisa serta merta menangis? Rasul bersabda :
ابْكُوا فَإِنْ لَمْ تَبْكُوا فَتَبَاكَوْا
Menangislah (tatkala membaca atau mendengar ayat Allah), jika kau tidak bisa menangis maka berusahalah untuk menangis [HR Ibnu Majah]

Ibnu Hajar Al-Asqalani menukil keterangan Imam Abu Hamid Al-Ghazali yang menjelaskan bagaimana caranya supaya seseorang bisa menangis :
وَطَرِيق تَحْصِيله أَنْ يَحْضُر قَلْبه الْحُزْن وَالْخَوْف بِتَأَمُّلِ مَا فِيهِ مِنْ التَّهْدِيد وَالْوَعِيد الشَّدِيد وَالْوَثَائِق وَالْعُهُود ثُمَّ يَنْظُر تَقْصِيره فِي ذَلِكَ ، فَإِنْ لَمْ يَحْضُرهُ حُزْن فَلْيَبْكِ عَلَى فَقْدِ ذَلِكَ وَأَنَّهُ مِنْ أَعْظَم الْمَصَائِب
“Caranya adalah dengan menghadirkan kesedihan dalam hati dengan membayangkan ancaman yang berat, siksa dan perjanjian dengan Allah kemudian bayangkan kesembronoannya dalam melaksanakan perintah-Nya, Jika hal itu tidak juga membuatnya sedih dan menangis maka hendaklah ia menangis karena meratapi hal itu (tidak bisa menangis) karena sesungguhnya hal itu adalah musibah yang terbesar. [Fathul Bari]

Lantas pernahkah kita menangis? Tangisan manakah tangisan kita? Tidak usahlah kita membahas tangisan mereka. Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita bisa menangisi dosa-dosa kita ataupun menangisi nasib kita yang tidak bisa menangis karena dosa-dosa.

Salam Satu Hadith,
DR.H.Fathul Bari Badruddin, S.S,.M.Ag
PP Annur2.net Malang Indonesia

ONE DAY ONE HADITH
Kajian Hadits Sistem SPA (Singkat, Padat, Akurat)
*Dapatkan BUKU ONE DAY#1#2 harga Promo *, Layanan Pesan Antar Seluruh Indonesia Hub: Ust.Muadz: 081216742626

*UMRAH ALVERS* Bersama Keluar Pengasuh PP AN-NUR 2, Lama 14 Hari, 18 Bulan Januari 2017 Biaya $2.100, Pesawat Istimewa Garuda, Hotel Dekat, Call. Ust Muji: 082331865292

0 komentar:

Post a Comment