Wednesday, March 20, 2024

WAR TAKJIL

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda :

لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ

Orang yang berpuasa memiliki dua kebahagiaan, yaitu bahagia ketika berbuka dan bahagia ketika bertemu tuhannya. [HR Muslim]

 

Catatan Alvers

 

Pada Ramadan tahun 2024 kali ini, topik yang hangat di media sosial  yaitu “War takjil” (berburu makanan buka puasa yang juga dilakukan oleh non muslim). Momen ini memperlihatkan antusiasme masyarakat non-Islam yang disingkat dengan istilah “Nonis” dalam membeli makanan takjil. Bahkan viral video pendeta Gereja Tiberias Indonesia yang berkata : "Agama kita toleran, tapi takjil kita duluan. Jam 3 mereka masih lemas, jam 3 kita sudah stand by." [fakta com] ada juga pendeta yang memberi instruksi : “Disampaikan bagi seluruh jemaat bahwa pembukaan penjualan takjil dimulai pada jam 3 sore jadi diharapkan untuk tetap berburu takjil”. [ig obouthetic]

 

Terlepas dari pro kontra pendapat netizen, maka saya melihat bahwa fenomena ini semakin membuktikan kebenaran hadits Nabi SAW di atas yaitu : “Orang yang berpuasa memiliki dua kebahagiaan, yaitu bahagia ketika berbuka dan bahagia ketika bertemu tuhannya”. [HR Muslim] bahkan dari dahsyatnya sabda Nabi ini, mereka para nonis juga ikut bahagia dan senang dengan makanan takjil yang pada awalnya disiapkan hanya untuk dijual ke orang-orang  islam yang berpuasa. Subhanallah!.

 

Istilah takjil berasal dari bahasa Arab “Ta’jil” yang merupakan bentuk mashdar dari Fiil Madli Mudlari, Ajjala Yu’ajjilu yang artinya menyegerakan. Maka Takjil dalam kamus didefinisikan sebagai mempercepat berbuka puasa. [KBBI] Tentunya takjil ini dilaksanakan setelah masuk waktunya (maghrib). Imam Bukhari dalam Shahihnya menulis Bab ini secara khusus yaitu Babu Ta’jilil Ifthar (Bab mengenai menyegerakan berbuka puasa).

 

Disunnahkan untuk menyegerakan berbuka puasa jika sudah yakin maghrib tiba. Dan makruh  menunda buka puasa jika dilakukan dengan sengaja dan disertai keyakinan akan baiknya penundaan tersebut. [Ianatut Thalibin] Suatu ketika Abu Athiyyah dan Masruq (keduanya adalah tabi’in) bertanya kepada Aisyah. “Wahai Ummul Mukminin, Ada dua orang sahabat yang satu ia menyegerakan berbuka puasa dan menyegerakan shalat (maghrib) dan yang kedua, ia mengakhirkan berbuka dan mengakhirkan shalatnya”. Maka Aisyah pun bertanya, "Siapa yang menyegerakan berbuka dan shalat?" Mereka menjawab : "Abdullah (Ibnu Mas'ud)." Aisyah berkata :

كَذَلِكَ كَانَ يَصْنَعُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

"Seperti itulah yang diperbuat oleh Rasul SAW."

Abu Kuraib menambahkan : Orang kedua yang dimaksud adalah Abu Musa. [HR Muslim]  dan dalam riwayat lain redaksinya adalah orang yang menyegerakan berbuka puasa dan mengakhirkan sahur dan orang yang mengakhirkan berbuka puasa dan menyegerakan sahur. [HR An-Nasa’i]

 

Anas bin Malik berkata : Rasul SAW berbuka sebelum shalat mahgrib dengan beberapa Rutab (Kurma basah), jika tidak ada maka  dengan beberapa tamr (kurma kering) dan jika tidak ada, maka beliau minum beberapa teguk air. [HR Abu Dawud] Rasul SAW bersabda :

لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ

“Manusia senantiasa dalam kebaikan selama ia menyegerakan berbuka puasa.” [HR Bukhari]

Dalam riwayat lain terdapat tambahan :

عَجِّلُوا الْفِطْرَ فَإِنَّ الْيَهُودَ يُؤَخِّرُونَ

Segerakanlah berbuka puasa karena orang Yahudi mengakhirkan buka puasanya. [HR Ibnu Majah]

 

Menyegerakan berbuka puasa merupakan perilaku yang dicintai Allah. Dalam hadits disebutkan :

إِنَّ مِنْ أَحَبِّ الْعِبَادِ اِلَى اللهِ مَنْ كَانَ أَعْجَلَ إِفْطَارًا

Sesungguhnya hamba yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling menyegerakan berbuka puasa. [HR Ibnu Hibban]

 

Tidak hanya menganjurkan, Nabi SAW sendiri juga melakukannya. Beliau bersabda :

أُمِرْنَا مَعَاشِرَ الأَنْبِيَاءِ أَنْ نُعَجِّلَ إِفْطَارَنَا وَنُؤَخِّرَ سُحُورَنَا وَنَضْرِبَ بِأَيْمَانِنَا عَلَى شَمَائِلِنَا فِى الصَّلاَةِ

Kami para Nabi, diperintahkan agar menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur serta meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri ketika shalat.  [HR Daruqutni]

 

Para sahabat juga demikian, Amru bin Maimun berkata :

كَانَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْرَعَ النَّاسِ إِفْطَارًا وَأَبْطَأَهُ سُحُورًا

Para sahabat Nabi SAW mereka adalah orang yang paling awal berbuka dan paling akhir sahurnya. [Mushannaf Abdir Razzaq]

 

Dari uraian keutamaan takjil di atas maka wajar jika dalam hadits disebutkan :

مِنْ فِقْهِ الرَّجُلِ فِي دِيْنِهِ تَعْجِيْلُ فِطْرِهِ وَتَأْخِيْرُ سُحُوْرِهِ

Di antara tanda seseorang paham agamanya adalah menyegerakan berbuka puasanya dan mengakhirkan sahurnya. [HR Ibnu Asakir]

 

Selanjutnya mengenai sisi kebahagiaan berbuka puasa yang terdapat pada hadits utama di atas, Al-Qurthubi berkata : “bahagia yang dimaksud disebabkan lepasnya dahaga dan hilangnya lapar dengan berbuka puasa. Ini adalah kebahagiaan alamiyah dan ini adalah perkara yang dipahami secara spontan. Namun ada pendapat yang mengatakan bahwa kebahagiaan yang yang dimaksud adalah kebahagiaan karena seseorang bisa menyempurnakan puasanya, merampungkan ibadahnya dan mendapat dispensasi dari tuhannya serta pertolongan untuk puasa kedepannya”. Lalu ia berkata :

قُلْتُ وَلَا مَانِعَ مِنَ الْحَمْلِ عَلَى مَا هُوَ أَعَمُّ مِمَّا ذُكِرَ فَفَرْحُ كُلِّ أَحَدٍ بِحَسَبِهِ لِاخْتِلَافِ مَقَامَاتِ النَّاسِ فِي ذَلِكَ

Dan menurutku tidak ada masalah jika kebahagiaan itu dipahami dengan jangkauan yang lebih luas dari itu karena setiap akan orang merasakan kebahagiaan yang berbeda-beda sesuai dengan taraf kedudukannya masing-masing. [Fathul Bari]

 

Al-Baihaqi berkata : “Kebahagiaan tersebut dirasakan karena seseorang akan mendapatkan pahala yang luar biasa yang tak seorangpun tahu akan hakikatnya dan juga dikarenakan ia diperbolehkan untuk berbuka serta ia dilarang mengakhirkan bukanya sehingga ia menyambung puasa (wishal) dengan esok harinya, karena yang demikian itu akan dapat menyebabkan kebinasaannya. Dan lagi terdapat janji bahwa orang yang berpuasa akan mendapatkan doa mustajabah ketika berbuka serta harapan mendapatkan kebahagiaan kelak di hari kiamat karena mendapat pahala yang besar”. [Syu’abul Iman]

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk selalu meneladani sunnah Nabi dalam berpuasa sehingga kita bisa merasakan dua kebahagiaan karena puasa kita.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi SAW  menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah kita semua.

0 komentar:

Post a Comment