ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA,
Rasul SAW Bersabda :
الْإِيمَانُ يَمَانٍ
وَالْحِكْمَةُ يَمَانِيَةٌ
“Iman itu Yamani dan Hikmah itu
Yamaniyah.” [HR Bukhari]
Catatan Alvers
Beredar potongan video di medsos dengan
caption “Sholawat Yamani tidak sesuai syariat”, terdapat seorang muballigh
berkata: “Ada shalawat yang sampai sekarang saya berpikir ini bagaimana, yaitu
:
صَـــلاَةُ اللهْ عَلـَى طَهَ اليَمَانِي شَفِيْعِ الخَـْلِق فِيْ يَوْمِ
القِـيَامَة
Semoga shalawat takdzim Allah selalu
tercurah kepada Thaha Al-yamani, pemberi syafaat makhluq pada hari kiamat.
Kenapa disebutkan dengan redaksi Al-Yamani (Nabi sebagai orang Yaman), kenapa
bukan Al-Makky (orang Mekkah)? Coba Anda pikir! Mulai dari dulu dinyatakan
bahwa “lahirnya nabi di Mekkah dan hijrahnya ke Madinah” dimanapun keterangan,
baik itu di kitab Taurat maupun kitab lainnya demikian. Tapi kenapa pada
redaksi shalawat itu disebut Thaha Al-Yamani (Nabi Muhammad SAW adalah orang
yaman)? Yang benar kan (Al-Makky, orang Mekkah)? Loh Anda kok bingung? Apakah
Anda baru menyadari kejanggalan ini? Wah... ini akan menjadi viral lagi ini!
Kenapa para kyai diam (tidak meluruskan hal ini?)”.
Begitu mendegar potongan videonya, saya
langsung berpikir mengenai motivasinya apakah ini startegi menjadi viral
seperti yang dikatakan oleh peribahasa “Khalif Tu’raf” (Nyeleneh-lah niscaya kau
menjadi viral) ataukah merupakan gambaran dari gegabahnya sang muballigh karena
ia tidak mempelajari secara mendalam apa yang akan disampaikannya? Ataukah ada
motif lain? Yang jelas apapun motifnya, jika statement tersebut tidak
diluruskan maka akan banyak yang salah paham sehingga akan menuduh bahwa
shalawat tersebut adalah sesat sebagaimana ditulis dalam caption atau bahkan
bisa memperuncing perdebatan yang ada selama ini.
Perkataan “Thaha Al-yamani”, itu jelas
yang dimaksudkan dari kata “Thaha” pada redaksi shalawat itu adalah Nabi
Muhammad SAW, terlepas dari perdebatan mengenai maksud dari Thaha itu sendiri.
Lantas bagaimana maksud dari kata Yamani? Kata yamani itu merupakan nisbat
kepada Yaman dan yang dimaksudkan dengan Yamani adalah Makkah dan Madinah itu
sendiri. Mengapa demikian? Boleh jadi penulis shalawat tersebut berpendapat
demikian dengan mengikuti pendapat yang mengatakan bahwa kata “Yamani”
sebagaimana dalam hadits diatas berarti Mekkah Madinah. Imam Nawawi mengutip
alasan dari pendapat tersebut, yaitu :
وَنَسَبَهُمَا إِلَى
الْيَمَنِ لِكَوْنِهِمَا حِينَئِذٍ مِنْ نَاحِيَة الْيَمَنِ ، كَمَا قَالُوا
الرُّكْنُ الْيَمَانِيُّ وَهُوَ بِمَكَّة لِكَوْنِهِ إِلَى نَاحِيَة الْيَمَنِ
Rasul SAW menisbatkan Mekkah dan
madinah kepada Yaman karena saat itu (ketika Nabi SAW bersabda) Mekkah dan
Madinah berada pada arah Yaman. Hal ini sebagaimana orang-orang menamakan salah
satu rukun atau pojok dari bangunan ka’bah dengan nama “Rukun Yamani” padahal
ia ada di Mekkah, Hal itu dikarenakan rukun Yamani itu berada pada posisi arah
Yaman. [Syarah An-Nawawi]
Yaqut Al-Hamawy mengutip perkataan
Al-Mada’iny yang berkata :
تِهَامَةُ مِنَ الْيَمَنِ
.... وَمَكَّةُ مِنْ تِهَامَةَ
"Tihamah termasuk wilayah Yaman,
... dan Makkah termasuk wilayah Tihamah." [Mu’jamul Buldan]
Maka dengan demikian, sah-sah saja
mengatakan Rasulullah Al-Yamani (dari Yaman) atau Rasulullah At-tihami (dari
tihamah) sebagaimana qashidah “ Shallu Alal Mab’uts min Tihamah”. (Bershalawatlah
kepada Nabi, utusan yang berasal dari Tihamah).
Jadi dari keterangan ini menjadi jelas
bahwa pengarang shalawat tersebut tidak ingin memalsukan asal muasal Nabi
Muhammad SAW yang berasal dari Mekkah kemudian menjadi dari Yaman. Karena
mengerti makna yang seperti ini maka para kyai diam diam saja dan tidak
memprotes redaksi shalawat ini sebagaimana dipertanyakan oileh muballigh
diatas.
Hadits utama di atas merupakan hadits
shahih. Hadits tersebut tercantum dalam Shahih bukhari dalam Bab Firman Allah
yang menjelaskan bahwa manusia itu tercipta dengan berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku. Dan pada Bab kedatangan Asy’ariyyin dan penduduk Yaman. Hadits
tersebut juga tercantum dalam Shahih Muslim dalam Bab Keutamaan yang
Berbeda-beda di Antara Orang-Orang Beriman dan Keunggulan Penduduk Yaman dalam
Hal Itu. Dan juga dalam Sunan Turmudzi dalam Bab Keutamaan Yaman.
Redaksi lengkapnya dari hadits utama di
atas adalah:
أَتَاكُمْ أَهْلُ
الْيَمَنِ هُمْ أَرَقُّ أَفْئِدَةً وَأَلْيَنُ قُلُوبًا الْإِيمَانُ يَمَانٍ
وَالْحِكْمَةُ يَمَانِيَةٌ وَالْفَخْرُ وَالْخُيَلَاءُ فِي أَصْحَابِ الْإِبِلِ
وَالسَّكِينَةُ وَالْوَقَارُ فِي أَهْلِ الْغَنَمِ
“Telah datang penduduk Yaman kepada
kalian, mereka adalah kaum yang paling lembut hatinya. Iman itu ada pada orang
Yaman. Hikmah itu juga ada pada orang Yaman. Sedangkan kesombongan itu berada
pada para pemilik unta sedangkan ketenangan dan kewibawaan berada pada pemilik
kambing.” [HR Bukhari]
Ketika mensyarahi hadits tersebut, Ibnu
Hajar Al-Asqalani berkata : Ada tiga pendapat dalam menafsiri kata Yamani ini,
yaitu (1): adalah
أَنَّ مَبْدَأَ الْإِيمَانِ
مِنْ مَكَّةَ لِأَنَّ مَكَّةَ مِنْ تِهَامَةَ وَتِهَامَةُ مِنَ الْيَمَنِ
bahwa asal mula iman berasal dari
Makkah, karena Makkah termasuk wilayah Tihāmah, dan Tihāmah termasuk bagian
dari Yaman.
(2) Yang dimaksud dengan Yaman adalah
(arah) Yaman yaitu Makkah dan Madinah, karena ucapan ini disampaikan ketika
beliau ﷺ berada di Tabuk. Maka
pada saat itu, Madinah, jika dibandingkan dengan tempat beliau berada, berada
di arah Yaman. [Fathul Bari]
Imam Nawawi juga mendatangkan
keterangan yang sama dan beliau menambahkan pada pendapat keduan ini “Diriwayatkan dalam hadis bahwa Nabi ﷺ mengucapkan perkataan
ini ketika beliau berada di Tabuk, sedangkan Makkah dan Madinah ketika itu
berada di antara beliau dan Yaman. Maka beliau menunjuk ke arah Yaman,
sementara yang beliau maksud adalah Makkah dan Madinah. Beliau bersabda,
"Iman itu dari Yaman", dan beliau menisbatkan keduanya kepada Yaman
karena pada saat itu keduanya berada di arah Yaman. {Syarah An-Nawawi]
(3) Pendapat ini dipilih oleh Abu
‘Ubayd (W 224 H) — bahwa yang dimaksud dengan sabda itu adalah kaum Anshar,
karena mereka pada asalnya berasal dari Yaman, maka iman dinisbatkan kepada
mereka karena mereka adalah para penolong Nabi. [Fathul Bari]
Ibnus Shalah (W 642 H) berkata:
“Seandainya mereka memperhatikan lafadh hadits tersebut, tentu mereka tidak
memerlukan takwil seperti itu sebab sabda beliau ‘Telah datang kepada kalian
penduduk Yaman’ adalah khithab (seruan) kepada orang-orang yang hadir, dan di antara
mereka ada kaum Anṣār. Maka sudah pasti bahwa yang datang itu adalah selain
mereka (orang anshar). Makna hadits tersebut adalah memuji orang-orang yang
datang itu dengan sifat kekuatan iman dan kesempurnaannya, dan tidak memiliki
pengertian pembatasan.
ثُمَّ الْمُرَاد
الْمَوْجُودُونَ حِينَئِذٍ مِنْهُمْ لَا كُلُّ أَهْلِ الْيَمَنِ فِي كُلّ زَمَانٍ
Selanjutnya, yang dimaksud adalah
orang-orang dari Yaman yang hadir saat itu, bukan semua penduduk Yaman pada
setiap zaman.” [Fathul Bari]
Ibn Ḥajar sendiri setelah itu
menjelaskan bahwa tidak ada halangan untuk memahami sabda Nabi iman itu dari
Yaman dengan makna yang lebih luas daripada penjelasan Abu ‘Ubaid dan Ibnus
Shalah di atas. Kata Yaman mencakup kepada orang yang dinisbatkan ke Yaman baik
karena tempat tinggal (bis sukna) maupun karena keturunan/suku (bil qabilah).
Akan tetapi makna yang lebih kuat (adzhar) adalah mereka yang dinisbatkan ke
Yaman karena bertempat tinggal di sana. [Fathul Bari]
Wallahu A’lam.
Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita agar mendalami ilmu
pengetahuan agama sehingga tidak mudah terprofokasi dengan retorika yang
menjerumuskan dalam perpecahan.
Salam Satu Hadits,
Dr. H. Fathul
Bari, SS., M.Ag
Pondok Pesantren
Wisata
AN-NUR 2 Malang
Jatim
Sarana Santri
ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani
Ayo Mondok! Mondok
itu Keren!
WA Auto Respon
: 0858-2222-1979
NB.
“Ballighu Anni
Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada.
Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus
setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]
0 komentar:
Post a Comment