ONE DAY ONE HADITH
Dari Thalhah bin Ubaidillah RA, dia mengisahkan seorang Arab badui yang
rambutnya berdiri (karena tidak diberi miyak rambut dan tidak disisir) datang
menemui Rasulullah SAW. Dia berkata, ....Lalu dia berkata :
أَخْبِرْنِي مَا فَرَضَ
اللَّهُ عَلَيَّ مِنْ الصِّيَامِ فَقَالَ شَهْرَ رَمَضَانَ إِلَّا أَنْ تَطَّوَّعَ
شَيْئًا
“Beritahukanlah kepadaku puasa yang diwajibkan Allah kepadaku”. Beliau
menjawab, ”Puasa di bulan Ramadhan, kecuali apabila kamu mau melakukan puasa
lain sebagai tambahan.” [HR. Bukhari]
Catatan Alvers
Sabda Nabi ini menegaskan bahwa puasa ramadhan hukumnya wajib.
Hadits ini berfungsi sebagai bayan tafsir dari kewajiban “Shiyam” dalam firman Allah swt:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا
كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas
kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa,” [QS. Al-Baqarah :183].
Puasa dalam bahsa arab disebut dengan shaum. Secara Bahasa, shaum
merupakan sinonim dari imsak yakni menahan diri untuk tidak melakukan atau
mengucapkan sesuatu dan bahkan ia maknanya lebih jauh dari itu yakni
meninggalkan segala sesuatu. Adapun secara terminologis, shaum berarti,
“Menahan diri dari makan, minum, hubungan seksual, dan perbuatan-perbuatan
maksiat dengan niat yang ikhlas, dari sejak terbit fajar sampai terbenam
matahari. Ibadah ini diwajibkan mulai tahun ke-2 hijrah.”
Kewajiban puasa bukanlah hal baru karena puasa juga disyariatkan kepada
ummat sebelum kita, di sini Allah swt memerintahkan ummat Muhammad saw untuk
melihat betapa beratnya syari’at puasa ummat sebelum kita, seperti Maryam AS
yang shaumnya tidak boleh berbicara sama sekali, demikian pula shaumnya
Thalut AS yang hanya boleh minum seteguk air saja sehingga diriwayatkan bahwa
kaumnya Thalut yang mampu bertahan berpuasa seperti itu hanya 309 orang saja,
demikian pula puasa Nabi Daud AS yang selang sehari seumur hidupnya, dan puasa
ummat Muhammad saw sebelum turunnya QS. Al-Baqarah 2/187 yang belum diturunkan
syari’at makan Sahur.
Sebenarnya, puasa secara alamiyah terdapat dalam alam semesta di
mana binatang tertentu seperti katak,ulat, ayam dan ular turut mengamalkan
puasa. Puasa juga telah disyariatkan dalam semua agama langit seperti Kristen dan
Yahudi. Malah agama budaya (ardi) juga seperti bangsa Hindu dan Budha mengamalkan
puasa di dalam cara hidup mereka. Dalam sistem kepercayaan masyarakat Jawa.
puasa menjadi salah satu sarana penting dalam laku (spiritual act) untuk
mencapai tujuan tertentu. Umpamanya, agar anggota keluarga selamat dalam
melakukan perjalanan, atau agar seseorang yang dicintai cepat sembuh dari
sakit. Puasa ala Jawa bermacam-macam bentuknya. Misalnya, ada yang disebut
ngebleng, ngrowot, atau mutih. Mana yang dipilih tergantung tujuan yang ingin
dicapai mengingat bobot puasa itu berbeda-beda. Baik waktu maupun bentuknya.
Makin berat tujuan yang hendak dicapai, makin berat pula bobot puasanya.
Dan pada akhirnya puasa itu memiliki target, yaitu derajat taqwa.
Dan taqwa artinya mensucikan jiwa (tazkiyyah-nafs) dari kotoran dan
kemaksiatan, maka tiada artinya berpuasa yang hanya memindahkan jadwal
makan dan minum belaka. Lebih dari itu ternyata secara ilmiyah, Prof. Arnold
Ehret dari Jerman berkata bahwa puasa yang tepat mampu menyegarkan fisik,
mental dan spiritual seseorang. Ahli filsafat seperti Socrates, Plato,
Aristotle dan Pythagoras juga mengamalkan ibadah puasa untuk meningkatkan
performa fisik dan mental agar dapat berfikir serta mencetuskan idea-idea yang
gemilang. Bahkan lebih jauh, Soekirno, peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) menyebutkan, puasa bisa ikut membantu mengendalikan stres.
Juga, menjadi terapi beberapa penyakit tertentu seperti hipertensi, kanker
kardiovaskuler, ginjal, dan depresi, akan lebih cepat dan efektif bila diikuti
dengan aksi puasa.
Menyadari manfaat ini, Banyak tokoh dunia yang mencari kekuatan
mental serta kesempurnaan moral dengan melakukan puasa. Mahatma Gandhi, tokoh
legendaris India dalam bidang politik maupun spiritual, sengaja berpuasa selama
21 hari demi mencapai tujuan perjuangannya bagi perdamaian India. Bung Karno dalam
kegigihan dan heroismenya, disebut sering berpuasa, terutama pada saat-saat kritis
melawan penjajah Belanda maupun Jepang. Begitu juga pengarang besar
Rusia, Leo Tolstoy; pengarang dari Perancis Francois Voltaire dan pengarang
Austria Franz Kafka yang menjadikan puasa sebagai amalan dalam kehidupan
mereka. Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan fikiran kita sehingga
bisa menyadari bahwa puasa adalah sebuah kebaikan yang sebenarnya dibutuhkan
oleh kita sendiri bukan Allah swt.
0 komentar:
Post a Comment