Saturday, April 26, 2025

MENGATASI MASALAH TANPA MASALAH

ONE DAY ONE HADITH

 

Dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda :

لَا تَغْضَبْ

“Jangan marah.” [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Setiap orang pasti punya masalah dan setiap orang pasti berusaha untuk mengatasi masalahnya. Dalam mengatasi masalah, setiap punya caranya masing-masing. Banyak di antara mereka mengatasi masalah dengan cara yang dapat menimbulkan masalah lain. Cara seperti ini tidak menyelesaikan masalah, namun memindah masalah. Cara terbaik dalam mengatasi masalah adalah seperti slogan pegadaian yaitu "Mengatasi Masalah Tanpa Masalah".

 

Apapun masalahnya, selesaikan dengan kepala dingin. Islam membebaskan manusia untuk mencari solusi dari setiap permasalahannya namun demikian prinsipnya adalah jauhi marah karena marah itu berasal dari setan dan kita tahu setaan akan mengajak manusia kepada keburukan. Ja’far bin Muhammad berkata:

اَلْغَضَبُ مِفْتَاحُ كُلِّ شَرٍّ

“Marah adalah kunci segala keburukan”. [Ihya Ulumiddin]

 

Sebaliknya, dengan kepala dingin (sabar dan tidak marah) maka akan banyak ide-ide yang bisa menjadi solusi dari permasalahan yang dihadapinya layaknya air jika tenang, dingin dan tidak mendidih maka ia dapat memantukan gambar yang dihadapannya. Ada orang meminta kepada Abdullah ibnul Mubarak untuk mengumpulkan akhlak-akhlak yang terpuji dalam satu kalimat saja. Beliau berkata:

اُتْرُكِ الْغَضَبَ

“Tinggalkan kemarahan”. [Ihya Ulumiddin]

 

Tidak hanya mendatangkan solusi dari setiap masalah, sabar dan tidak marah menjadi sebab seseorang mendapat derajat mulia di sisi Allah SWT. Dahulu ada seorang nabi, ia berkata kepada pengikutnya :

مَنْ يَتَكَفَّلُ لِي أَنْ لَا يَغْضَبَ فَيَكُوْنُ مَعِي فِي دَرَجَتِي وَيَكُوْنُ بَعْدِي خَلِيْفَتِي؟

“Siapakah yang bisa menjamin untukku untuk tidak marah maka ia akan bersamaku pada kedudukanku dan ia kelak akan menjadi penggantiku?”

Seorang pemuda berkata : “Aku”. Nabi itu mengulangi lagi perkataannya dan pemuda tadi berkata : “Aku akan menepati jaminan itu”. Dan benarlah tatkala nabi itu meninggal dunia maka pemuda tersebut menjadi nabi penggantinya. Pemuda itu bernama Dzul Kifli (yang berarti orang yang menjamin), dinamakan demikian karena ia menjamin (untuk tidak) marah dan iapun menepatinya. [Ihya Ulumiddin]

 

Berikut adalah beberapa contoh masalah yang diatasi dengan sabar dan tidak marah sehingga masalahnya selesai tanpa masalah. Suatu ketika Ali bin Husein Zainal Abidin, Cucu Nabi Muhammad SAW keluar dari masjid lalu ada seorang lelaki langsung memaki kepadanya. Orang-orang yang ada di sekelilingnya marah namun ali menahan mereka. Ali lantas menemui lelaki tersebut dan berkata : “Ketahuilah, kejelekanku yang tersembunyi dan tak kau ketahui itu lebih banyak (daripada yang kau ketahui). Apakah kau punya kebutuhan yang bisa aku bantu?” Mendengar hal ini maka lelaki tersebut merasa malu (karena orang yang caci maki tidak marah malah menawarkan bantuan kepadanya). Lalu Ali memberikan baju kepadanya ditambah dengan uang sebanyak 1000 dirham (setara Rp. 60 Juta). Dan setelah kejadian itu, lelaki tersebut berkata :

أَشْهَدُ أَنَّكَ مِنْ أَوْلَادِ الْمُرْسَلِيْنَ

“Aku bersaksi bahwa engkau adalah keturunan Nabi”. [Tarikh Dimasyq]

 

Polemik nasab keturunan Nabi yang akhir-akhir ini terjadi menjadi berkepanjangan dan tak kunjung selesai boleh jadi karena masing-masing pihak marah dan tidak bersabar. Maka ada baiknya kisah di atas dijadikan alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah nasab.

 

Dan dalam lain kesempatan, ada seorang lelaki yang memaki-maki Ali bin Husein namun Ali mengabaikannya dan pura-pura tidak menyadari ada makian yang ditujukan kepadanya. Lelaki itupun mendekati Ali lalu berkata : Makianku aku tujukan kepadamu. Ali menjawab :

وَعَنْكَ أُغْضِي

Aku bersabar darimu. (Aku mengerti itu namun aku diam dan tidak membalasmu). [Tarikh Dimasyq]

 

Menahan sabar bisa mengantarkan seseorang meraih predikat taqwa, dimana itu adalah predikat yang tertinggi dan prestisius di sisi Allah SWT. Diriwayatkan bahwa seorang budak wanita berdiri untuk menuangkan ceret air untuk wudlu Ali bin Husein. Tanpa sengaja ceret itu terjatuh mengenai wajah Ali dan melukainya. Ali mengangkat kepalanya dan memandang budak tersebut (untuk memarahinya). Sang budak berkata : Sesungguhnya Allah berfirman “wal Kadziminal Ghaidh” (Dan orang yang bertaqwa adalah orang-orang yang menahan amarahnya). Ali berkata : Aku tahan amarahku.  Sang budak berkata lagi : Allah berfirman “wal Afina Anin Nas” (dan orang-orang yang memaafkan). Ali berkata : Sungguh Allah memaafkanmu. Sang budak berkata lagi : Allah berfirman “Wallahu Yuhibbul Muhsinin”. (Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan). Ali berkata :

اِذهَبِي فَأَنْتِ حُرَّةٌ

“Pergilah, Kau telah aku merdekakan”. [Syu’abul Iman]

 

Hadapi marah dengan sabar dan jangan hadapi marah dengan marah. Marah itu sifat yang jelek dan jika itu muncul dari orang lain sedangkan kita membalasnya dengan kemarahan berarti kita dan dia sama-sama jeleknya. Jangan biarkan kita menjadi jelek karena bertemu dengan orang yang jelek. Dikisahkan dari Abdullah Bin Thahir, ia berkata : Aku sedang bercengkrama empat mata bersama Khalifah Al-Ma’mun. Lalu Sang Khalifah memanggil : “Wahai budak! Wahai budak!” dengan suara keras. Datanglah budak berkebangsaan turki dan ia berkata : “Apakah seorang budak itu tidak boleh makan, minum, wudlu atau shalat? Kenapa setiap aku keluar dari sisimu, engkau berteriak “Wahai budak!” sampai beberapa kali. (Mendengar perkataan kasar budak itu) sang khalifah menundukkan kepalanya untuk beberapa saat dan aku berpikir bahwa sang khalifah akan memerintahku untuk memenggal kepala budak itu. Dan ternyata khalifah berkata : Wahai Abdullah, jika seorang majikan baik akhlaknya maka budaknya jelek akhlaknya, jika seorang majikan buruk akhlaknya maka budaknya baik akhlaknya

فَلَا نَسْتَطِيْعُ أَنْ نُسِيْءَ أَخْلَاقَنَا لِتَحسُنَ أَخْلَاقُ خَدَمِنَا!

dan aku tidak akan menjadikan akhlakku jelek karena untuk menjadikan budakku baik akhlaknya!. [Rabi’ul Abrar]

 

Marah itu berasal dari setan maka bencilah sentan yang menjadi penyebab dari kemarahan itu, bukan orangnya. Ada seorang salafus shalih memiliki kuda kesayangan. Suatu ketika ada seorang lelaki mendatangi Fudlail bin Bazawan dan berkata : Si fulan telah membicarakan kejelekanmu. Fudlail berkata :

لَأَغِيْظَنَّ مَن أَمَرَهُ يَغْفِرُ اللَّهُ لِي وَلَهُ

“Sungguh aku akan marah kepada yang menyuruhnya melakukan hal itu. Semoga Allah memberi ampunan kepadaku dan kepada si Fulan”.

Lelaki itu bertanya : Memang siapakah yang menyuruh si fulan berbuat demikian? Fudlail menjawab : Setan. [Al-Wara’ Lil Imam Ahmad]

 

Pada satu hari ia menenukan kuda itu berjalan dengan tiga kakinya (sementara satu kakinya patah). Ia bertanya kepada budaknya : Siapakah yang melakukan ini (menjadikan kaki kudah patah)? Budak menjawab : Aku (yang melakukannya). Ia bertanya :  kenapa kau lakukan itu? Budak menjawab : Aku ingin melihatmu susah. Ia berkata : Sungguh aku akan membuat susah kepada yang memerintahkan hal ini (yaitu setan).

اذهَب فأنتَ حُرٌّ، والفَرَسُ لك

Pergilah, engkau aku merdekakan dan kuda itu kuberikan padamu. [Tanbihul Ghafilin, As-Samarqandi]

 

Marah akan menimbulkan masalah lain sementara sabar akan membuat satu masalah reda. Suatu ketika terjadi tidak cocokan antara Hasan bin Hasan dan Ali bin Husein. Hasan datang lalu berbicara (keburukan) kepada Ali panjang lebar dengan tidak menyisakan satu apapun. Sementara Ali hanya diam saja sampai Hasan pulang. Pada malam harinya, Ali mendatangi rumah Hasan dan Ali berkata :

يَا بْنَ عَمِّي، إِنْ كُنْتَ صَادِقًا فَغَفَرَ اللهُ لِي، وَإِنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَغَفَرَ اللهُ لَكَ، اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ

“Wahai anak pamanku, Jika Engkau benar maka semoga Allah mengampuniku, dan jika Engkau salah maka semoga Allah mengampunimu, Keselamatan semoga senantiasa untukmu”.

(melihat kesabaran Ali) maka Hasan memeluk Ali sambil menangis dan berkata : Aku pastikan tidak akan mengulangi perbuatan yang tak kau sukai. Ali berkata : “Dan engkau bebas berkata apapun tentangku karena aku telah menghalalkannya”. [Shifatus Shafwah]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa bersabar dan menjauhi marah sebagaimana pesan Nabi SAW pada hadits utama di atas. Ketika ada masalah maka atasi masalah dengan tanpa marah niscaya Allah akan menganugerahkan solusi terbaik sehingga kita bisa mengatasi masalah tanpa masalah.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

0 komentar:

Post a Comment