ONE DAY ONE HADITH
Dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda :
لَا تَغْضَبْ
“Jangan marah.” [HR Bukhari]
Catatan Alvers
Setiap orang pasti punya masalah dan setiap orang pasti berusaha
untuk mengatasi masalahnya. Dalam mengatasi masalah, setiap punya caranya
masing-masing. Banyak di antara mereka mengatasi masalah dengan cara yang dapat
menimbulkan masalah lain. Cara seperti ini tidak menyelesaikan masalah, namun
memindah masalah. Cara terbaik dalam mengatasi masalah adalah seperti slogan
pegadaian yaitu "Mengatasi Masalah Tanpa Masalah".
Apapun masalahnya, selesaikan dengan kepala dingin. Islam membebaskan
manusia untuk mencari solusi dari setiap permasalahannya namun demikian
prinsipnya adalah jauhi marah karena marah itu berasal dari setan dan kita tahu
setaan akan mengajak manusia kepada keburukan. Ja’far bin Muhammad berkata:
اَلْغَضَبُ مِفْتَاحُ كُلِّ شَرٍّ
“Marah adalah kunci segala keburukan”. [Ihya Ulumiddin]
Sebaliknya, dengan kepala dingin (sabar dan tidak marah) maka akan
banyak ide-ide yang bisa menjadi solusi dari permasalahan yang dihadapinya
layaknya air jika tenang, dingin dan tidak mendidih maka ia dapat memantukan
gambar yang dihadapannya. Ada orang meminta kepada Abdullah ibnul Mubarak untuk
mengumpulkan akhlak-akhlak yang terpuji dalam satu kalimat saja. Beliau berkata:
اُتْرُكِ الْغَضَبَ
“Tinggalkan kemarahan”. [Ihya Ulumiddin]
Tidak hanya mendatangkan solusi dari setiap masalah, sabar dan tidak
marah menjadi sebab seseorang mendapat derajat mulia di sisi Allah SWT. Dahulu
ada seorang nabi, ia berkata kepada pengikutnya :
مَنْ يَتَكَفَّلُ لِي أَنْ لَا يَغْضَبَ
فَيَكُوْنُ مَعِي فِي دَرَجَتِي وَيَكُوْنُ بَعْدِي خَلِيْفَتِي؟
“Siapakah yang bisa menjamin untukku untuk tidak marah maka ia akan
bersamaku pada kedudukanku dan ia kelak akan menjadi penggantiku?”
Seorang pemuda berkata : “Aku”. Nabi itu mengulangi lagi perkataannya
dan pemuda tadi berkata : “Aku akan menepati jaminan itu”. Dan benarlah tatkala
nabi itu meninggal dunia maka pemuda tersebut menjadi nabi penggantinya. Pemuda
itu bernama Dzul Kifli (yang berarti orang yang menjamin), dinamakan demikian
karena ia menjamin (untuk tidak) marah dan iapun menepatinya. [Ihya Ulumiddin]
Berikut adalah beberapa contoh masalah yang diatasi dengan sabar dan
tidak marah sehingga masalahnya selesai tanpa masalah. Suatu ketika Ali bin
Husein Zainal Abidin, Cucu Nabi Muhammad SAW keluar dari masjid lalu ada
seorang lelaki langsung memaki kepadanya. Orang-orang yang ada di sekelilingnya
marah namun ali menahan mereka. Ali lantas menemui lelaki tersebut dan berkata
: “Ketahuilah, kejelekanku yang tersembunyi dan tak kau ketahui itu lebih
banyak (daripada yang kau ketahui). Apakah kau punya kebutuhan yang bisa aku
bantu?” Mendengar hal ini maka lelaki tersebut merasa malu (karena orang yang
caci maki tidak marah malah menawarkan bantuan kepadanya). Lalu Ali memberikan
baju kepadanya ditambah dengan uang sebanyak 1000 dirham (setara Rp. 60 Juta).
Dan setelah kejadian itu, lelaki tersebut berkata :
أَشْهَدُ أَنَّكَ مِنْ أَوْلَادِ
الْمُرْسَلِيْنَ
“Aku bersaksi bahwa engkau adalah keturunan Nabi”. [Tarikh Dimasyq]
Polemik nasab keturunan Nabi yang akhir-akhir ini terjadi menjadi
berkepanjangan dan tak kunjung selesai boleh jadi karena masing-masing pihak
marah dan tidak bersabar. Maka ada baiknya kisah di atas dijadikan alternatif
solusi untuk menyelesaikan masalah nasab.
Dan dalam lain kesempatan, ada seorang lelaki yang memaki-maki Ali bin
Husein namun Ali mengabaikannya dan pura-pura tidak menyadari ada makian yang
ditujukan kepadanya. Lelaki itupun mendekati Ali lalu berkata : Makianku aku
tujukan kepadamu. Ali menjawab :
وَعَنْكَ أُغْضِي
Aku bersabar darimu. (Aku mengerti itu namun aku diam dan tidak
membalasmu). [Tarikh Dimasyq]
Menahan sabar bisa mengantarkan seseorang meraih predikat taqwa, dimana
itu adalah predikat yang tertinggi dan prestisius di sisi Allah SWT.
Diriwayatkan bahwa seorang budak wanita berdiri untuk menuangkan ceret air
untuk wudlu Ali bin Husein. Tanpa sengaja ceret itu terjatuh mengenai wajah Ali
dan melukainya. Ali mengangkat kepalanya dan memandang budak tersebut (untuk
memarahinya). Sang budak berkata : Sesungguhnya Allah berfirman “wal Kadziminal
Ghaidh” (Dan orang yang bertaqwa adalah orang-orang yang menahan amarahnya).
Ali berkata : Aku tahan amarahku. Sang
budak berkata lagi : Allah berfirman “wal Afina Anin Nas” (dan orang-orang yang
memaafkan). Ali berkata : Sungguh Allah memaafkanmu. Sang budak berkata lagi :
Allah berfirman “Wallahu Yuhibbul Muhsinin”. (Dan Allah menyukai orang-orang
yang berbuat kebaikan). Ali berkata :
اِذهَبِي فَأَنْتِ حُرَّةٌ
“Pergilah, Kau telah aku merdekakan”. [Syu’abul Iman]
Hadapi marah dengan sabar dan jangan hadapi marah dengan marah. Marah
itu sifat yang jelek dan jika itu muncul dari orang lain sedangkan kita
membalasnya dengan kemarahan berarti kita dan dia sama-sama jeleknya. Jangan
biarkan kita menjadi jelek karena bertemu dengan orang yang jelek. Dikisahkan
dari Abdullah Bin Thahir, ia berkata : Aku sedang bercengkrama empat mata
bersama Khalifah Al-Ma’mun. Lalu Sang Khalifah memanggil : “Wahai budak! Wahai
budak!” dengan suara keras. Datanglah budak berkebangsaan turki dan ia berkata
: “Apakah seorang budak itu tidak boleh makan, minum, wudlu atau shalat? Kenapa
setiap aku keluar dari sisimu, engkau berteriak “Wahai budak!” sampai beberapa
kali. (Mendengar perkataan kasar budak itu) sang khalifah menundukkan kepalanya
untuk beberapa saat dan aku berpikir bahwa sang khalifah akan memerintahku
untuk memenggal kepala budak itu. Dan ternyata khalifah berkata : Wahai
Abdullah, jika seorang majikan baik akhlaknya maka budaknya jelek akhlaknya,
jika seorang majikan buruk akhlaknya maka budaknya baik akhlaknya
فَلَا نَسْتَطِيْعُ أَنْ نُسِيْءَ
أَخْلَاقَنَا لِتَحسُنَ أَخْلَاقُ خَدَمِنَا!
dan aku tidak akan menjadikan akhlakku jelek karena untuk menjadikan
budakku baik akhlaknya!. [Rabi’ul Abrar]
Marah itu berasal dari setan maka bencilah sentan yang menjadi penyebab
dari kemarahan itu, bukan orangnya. Ada seorang salafus shalih memiliki kuda
kesayangan. Suatu ketika ada seorang lelaki mendatangi Fudlail bin Bazawan dan
berkata : Si fulan telah membicarakan kejelekanmu. Fudlail berkata :
لَأَغِيْظَنَّ مَن أَمَرَهُ يَغْفِرُ اللَّهُ
لِي وَلَهُ
“Sungguh aku akan marah kepada yang menyuruhnya melakukan hal itu.
Semoga Allah memberi ampunan kepadaku dan kepada si Fulan”.
Lelaki itu bertanya : Memang siapakah yang menyuruh si fulan berbuat
demikian? Fudlail menjawab : Setan. [Al-Wara’ Lil Imam Ahmad]
Pada satu hari ia menenukan kuda itu berjalan dengan tiga kakinya
(sementara satu kakinya patah). Ia bertanya kepada budaknya : Siapakah yang
melakukan ini (menjadikan kaki kudah patah)? Budak menjawab : Aku (yang
melakukannya). Ia bertanya : kenapa kau
lakukan itu? Budak menjawab : Aku ingin melihatmu susah. Ia berkata : Sungguh
aku akan membuat susah kepada yang memerintahkan hal ini (yaitu setan).
اذهَب فأنتَ حُرٌّ، والفَرَسُ لك
Pergilah, engkau aku merdekakan dan kuda itu kuberikan padamu.
[Tanbihul Ghafilin, As-Samarqandi]
Marah akan menimbulkan masalah lain sementara sabar akan membuat satu
masalah reda. Suatu ketika terjadi tidak cocokan antara Hasan bin Hasan dan Ali
bin Husein. Hasan datang lalu berbicara (keburukan) kepada Ali panjang lebar
dengan tidak menyisakan satu apapun. Sementara Ali hanya diam saja sampai Hasan
pulang. Pada malam harinya, Ali mendatangi rumah Hasan dan Ali berkata :
يَا بْنَ عَمِّي، إِنْ كُنْتَ صَادِقًا
فَغَفَرَ اللهُ لِي، وَإِنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَغَفَرَ اللهُ لَكَ، اَلسَّلَامُ
عَلَيْكَ
“Wahai anak pamanku, Jika Engkau benar maka semoga Allah mengampuniku,
dan jika Engkau salah maka semoga Allah mengampunimu, Keselamatan semoga
senantiasa untukmu”.
(melihat kesabaran Ali) maka Hasan memeluk Ali sambil menangis dan
berkata : Aku pastikan tidak akan mengulangi perbuatan yang tak kau sukai. Ali
berkata : “Dan engkau bebas berkata apapun tentangku karena aku telah
menghalalkannya”. [Shifatus Shafwah]
Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa bersabar dan menjauhi marah sebagaimana
pesan Nabi SAW pada hadits utama di atas. Ketika ada masalah maka atasi masalah
dengan tanpa marah niscaya Allah akan menganugerahkan solusi terbaik sehingga kita
bisa mengatasi masalah tanpa masalah.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata :
_Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka
sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]
0 komentar:
Post a Comment