ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari
Abu Sa’id Al-Khudri RA, Rasul SAW bersabda :
إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ
مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا
Sesungguhnya dunia
ini manis dan indah. Dan sesungguhnya Allah menguasakan kepada kalian (untuk
mengelola apa yang ada) di dalamnya. [HR Muslim]
Catatan Alvers
Manusia terlahir
ke dunia tanpa membawa apa-apa dan ketika matipun juga tidak membawa apa-apa.
Maka apa yang kita dapati adalah bukan milik kita, itu semua hanya titipan belaka.
Abdullah Ibnu Mas’ud RA berkata :
مَا أَصْبَحَ أَحَدٌ مِنَ النَّاسِ إِلَّا وَهُوَ ضَيْفٌ، وَمَالُهُ
عَارِيَةٌ، فَالضَّيْفُ مُرْتَحِلٌ، وَالْعَارِيَةُ مَرْدُودَةٌ
Tidaklah seseorang
memasuki pagi hari kecuali dia adalah seorang tamu dan hartanya adalah
pinjaman. Maka tamu itu akan pergi, dan
pinjaman itu akan dikembalikan." [Ihya Ulumuddin]
Sumber masalah
terbesar di dunia adalah perasaan memiliki atas segala sesuatu. Seseorang akan
menjadi sombong ketika memiliki dan menjadi frustasi dan stress ketika
kehilangan. Dengan menyadari dan meyakini bahwa semua yang kita miliki hanya
sebatas titipan, maka kita akan menjadi pribadi yang sabar ketika musibah
datang. Anak, istri, ayah ataupun ibu, motor, mobil, sawah, toko, uang dan
apapun itu yang kita miliki ketika pergi dan hilang dari kehidupan kita maka
pada hakikatnya itu diambil sama pemiliknya. Allah SWT berfirman :
وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوٓا إِنَّا لِلَّهِ
وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ
“Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Sesungguhnya kami adalah milik Allah SWT
dan sesungguhnya kepada-Nya kita semua akan kembali”. [QS Al-Baqarah :
155-156].
Cara pandang
seperti inilah yang dimiliki oleh Ummu Sulaim sehingga ia tegar dan sabar
ketika kehilangan anak semata wayangnya. Iapun hendak menyadarkan sang suami,
Abu Thalhah supaya mau menerima kenyataan bahwa anak kesayangannya wafat. Ummu
Sulaim berkata :
أَبَا طَلْحَةَ أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ قَوْمًا أَعَارُوا
عَارِيَتَهُمْ أَهْلَ بَيْتٍ فَطَلَبُوا عَارِيَتَهُمْ أَلَهُمْ أَنْ
يَمْنَعُوهُمْ
Wahai Abu Thalhah,
bagaimana pendapatmu jika suatu kaum meminjamkan barang pinjaman mereka kepada
penghuni suatu rumah, lalu mereka meminta kembali barang pinjamannya, apakah
mereka berhak untuk melarangnya?"
Maka Abu Thalhah
menjawab : "Tidak." Lalu Ummu Sulaim berkata: "Kalau begitu,
bersabarlah dan harapkan pahala atas (wafatnya) anakmu." [Shahih Muslim]
Memang demikianlah
kenyataannya, Allah SWT berfirman :
لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ
“Hanya milik
Allah-lah segala apa yang ada di langit maupun di bumi”... [Al-Baqarah : 284]
Bahkan Allah juga
menegaskan lagi hal itu pada QS An-Nisa’ : 131 dan 170, QS Yunus : 55, QS
An-Nur : 64, QS Lukman : 26.
Dalam susunan ayat
tersebut, terdapat “Taqdim Ma Haqquhu at-Ta’khir” (Mendahulukan apa yang
semestinya diakhirkan) yaitu lafadz “Lillahi” dan hal itu di dalam Ilmu
balaghah dipahami sebagai makna hanya. Maka ayat itu menegaskan bahwa hanya
milik Allah-lah segala apa yang ada di langit maupun di bumi, Ya hanya milik
Allah bukan milik manusia, bukan milikku, milikmu, milik mereka dan milik
siapapun. Hanya milik Allah saja sehingga apapun yang kita sebut milik kita
pada hakikatnya adalah milik Allah yang dipinjamkan kepada kita. Bahkan kita
dengan badan dan ruh, itu bukanlah milik kita karena satu saat nanti akan
kembali kepada pemiliknya. Dikatakan (oleh Sahabat Labid bin Rabi'ah RA) :
وَمَا الْمالُ وَالْأَهْلُوْنَ إِلَّا وَدائِعُ :: وَلَا بُدَّ يَوْماً أَنْ تُرَدَّ الوَدَائِعُ
"Tiadalah
harta dan keluarga melainkan titipan. Dan pastilah titipan itu pada satu hari
akan dikembalikan". [Ihya Ulumiddin]
Di dalam Tafsir
Al-Jami’ Li Ahkamil Quran, pada ayat :
وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ
dan nafkahkanlah
sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. [QS
Al-Hadid : 7]
Al-Qurtubi menafsirkan
dan berkata berkata :
دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ أَصْلَ الْمِلْكِ لِلَّهِ سُبْحَانَهُ وَأَنَّ
الْعَبْدَ لَيْسَ لَهُ فِيهِ إِلَّا التَّصَرُّفُ الَّذِي يُرْضِي اللَّه
Ayat tersebut
merupakan dalil bahwa kepemilikan asal (segala sesuatu) adalah milik Allah SWT,
dan bahwa seorang hamba tidak memiliki (hak) di dalamnya kecuali sekadar
melakukan pengelolaan (tindakan) yang diridlai Allah."
Dan Al-Hasan
berkata :
وَمَا أَنْتُمْ فِيْهَا إِلاَّ بِمَنْزِلَةِ النُوَّابِ
وَالْوُكَلَاءِ
"Tidak lain
kalian dalam urusan harta melainkan berposisi sebagai pengganti dan
wakil". [Al-Jami’ Li Ahkamil Quran]
Hal ini juga
senanda dengan hadits utama di atas : “sesungguhnya Allah menguasakan kepada
kalian (untuk mengelola apa yang ada) di dalamnya”. [HR Muslim]
Imam Nawawi
berkata : Makna dari “Mustakhlifukum” (menguasakan kepada kalian) adalah
جَاعِلُكُمْ خُلَفَاءَ مِنَ الْقُرُونِ الَّذِيْنَ قَبْلَكُمْ
Allah menjadikan
kalian sebagai Khalifah (pengganti yang menguasai harta) dari orang-orang
terdahulu [Syarah An-Nawawi]
Kesadaran yang
sama dimiliki oleh Nabi Ayyub AS. Dan itu yang menjadi sah satu faktor
kesabaran beliau ketika diuji dengan ujian yang besar. Dalan Tafsir Shawi
dikisahkan bahwa Nabi Ayyub AS adalah orang yang kaya raya, Ia memiliki 500
bidang tanah (ladang), dan masing-masing diurus oleh 500 budak. Setiap budak
memiliki istri, anak, dan juga harta sendiri. Ayyub juga memiliki banyak
keluarga dan anak, baik laki-laki maupun perempuan.
Suatu kali ia
mendengar para malaikat memuji Nabi Ayyub maka Iblis pun merasa dengki dan
berkata kepada Allah : “Tuhanku, aku telah memperhatikan hamba-Mu Ayyub, ia
adalah orang yang bersyukur dan memuji-Mu. Namun, jika Engkau mengujinya, pasti
ia akan berhenti bersyukur dan taat kepada-Mu.” Maka untuk membuktikan hal itu,
Allah mengijinkan Iblis untuk mengujinya dengan membumi hanguskan semua
hartanya. Setelah dilakukan, maka iblis dengan menyerupai manusia
memberitahukan seluruh hartanya yang ludes itu untuk mengetahui respon Nabi
Ayyub. Dan Iblispun termangu dengan jawabannya :
اَلْحَمْدُ للهِ هُوَ أَعْطَانِيْهَا وَهُوَ أَخَذَهَا
“Segala puji bagi
Allah. Dialah yang dulu memberikannya kepadaku, dan Dialah yang mengambilnya.”
[Hasyiyah Tafsir As-Shawi]
Orang-orang yang
memiliki kesadaran bahwa semuanya adalah titipan, mereka akan mendapatkan
keistimewaan yang difirmankan oleh Allah SWT :
أُولَٰٓئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَٰتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ
وَأُولَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُهْتَدُونَ
Mereka itulah yang
mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." [QS Al-Baqarah : 157].
Wallahu A’lam.
Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan pikiran kita untuk menyadari bahwa semua
yang kita punya pada hakikatnya hanya titipan belaka dan satu saat dikehendaki
maka akan diambil pemiliknya, Allah SWT.
Salam Satu Hadits,
Dr. H. Fathul
Bari, SS., M.Ag
Pondok Pesantren
Wisata
AN-NUR 2 Malang
Jatim
Sarana Santri
ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani
Ayo Mondok! Mondok
itu Keren!
WA Center : 0858-2222-1979
NB.
“Ballighu Anni
Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada.
Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus
setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]
0 komentar:
Post a Comment