إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Tuesday, September 19, 2023

ZIARAH MASJID QUBA

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Sahl bin Hunaif RA, Rasul SAW bersabda :

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ أَتَى مَسْجِدَ قُبَاءَ فَصَلَّى فِيهِ صَلَاةً كَانَ لَهُ كَأَجْرِ عُمْرَةٍ

“Barang siapa bersuci di rumahnya (hotel) lalu datang ke Masjid Quba, lalu dia mendirikan shalat di sana, maka dia mendapatkan pahala umrah.” [HR Ibnu Majah]

 

Catatan Alvers

 

Masjid Quba’ merupakan masjid yang sangat istimewa, bukan karena bangunan dan arsitekturnya namun karena sejarah dan pahala beribadah di sana. Shalat sunnah di sana setara dengan pahala umrah sebagaimana keterangan hadits utama di atas.

Rasul SAW sering datang ke masjid quba. Abdullah bin Umar RA berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْتِي مَسْجِدَ قُبَاءٍ كُلَّ سَبْتٍ، مَاشِيًا وَرَاكِبًا فَيُصَلِّي فِيْهِ رَكْعَتَيْنِ

Dahulu Nabi SAW mendatangi Masjid Quba setiap hari Sabtu dengan berjalan kaki atau naik kendaraan kemudian Beliau shalat dua rekaat. [HR Bukhari]

 

Dalam sejarah, masjid quba adalah lokasi peribadatan umat islam yang pertama dibangun rasulullah SAW saat hijrah ke Madinah. Tepatnya pada tahun 1 hijriah (622 masehi). Letak masjid ini berada di pinggir kota Madinah, kurang lebih 3 kilometer arah selatan masjid nabawi.

 

Masjid Quba adalah masjid yang di sebutkan dalam ayat suci al-quran sebagai masjid yang dibangun dengan dasar ketaatan dan ketaqwaan. Allah SWT berfriman :

لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيهِ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَنْ يَتَطَهَّرُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ

“Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar takwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. [QS At-Taubah : 108]

 

Ayat tersebut terpampang dalam sebuah tulisan di pintu masuk masjid Quba.  Begitupula hadits yang menyebutkan jika nabi selalu mendatangi masjid quba pada hari sabtu seperti keterangan hadits di atas.

 

Ibnu Katsir dalam Tafsirnya meriwayatkan bahwasannya di Madinah ada seorang pendeta yang bernama Abu Amir dari Khazraj. Dia adalah seorang pemeluk nasrani yang memiliki posisi penting di kalangan kaum Khazraj. Ketika Rasulullah SAW masuk ke Madinah, menghimpun kekuatan islam dan membangun peradaban kaum muslimin disana, Abu Amir merasa tidak suka dengan keberadaan Rasulullah SAW. Kemudian dia pergi ke Mekkah untuk mengumpulkan dukungan kaum Kafir Quraisy untuk melawan Rasulullah SAW. Dia juga pergi mencari dukungan kepada Raja Romawi, Heraclius. Dan Heraclius menyambut baik kedatangan Abu Amir dan menjanjikan apa yang diinginkannya.

 

Kaum Munafik kemudian membangun sebuah masjid di dekat masjid Quba’ yang diberi nama Masjid Dhirar. Lalu mereka meminta nabi untuk Shalat di masjid Dhirar sebagai legitimasi. Mereka berdalih masjid ini didirikan untuk orang-orang yang sakit, atau orang yang tidak dapat keluar saat hujan atau ketika hawa dingin. Pada waktu itu Rasul hendak berangkat ke Tabuk, dan beliau mengatakan : “Kami sekarang mau berangkat, Insya Allah nanti setelah pulang”.

 

H-1 sebelum Rasulullah SAW kembali ke Madinah, Jibril turun membawa berita tentang masjid Dhirar yang sengaja dibuat untuk memecah belah kaum muslimin. Rasulullah SAW kemudian mengutus dua orang sahabat untuk menghancurkan masjid tersebut. Beliau bersabda :

اِنْطَلِقَا إِلَى هَذَا الْمَسْجِدِ الظَّالِمِ أَهْلُهُ، فَاهْدِمَاهُ وَحَرِّقَاهُ

Pergilah kalian berdua ke masjid yang penghunminya berlaku dzalim itu, robohkan dan bakar saja. [Tafsir Ibnu Katsir]

 

Berkenaan dengan Masjid ini turunlah Firman Allah SWT :

وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مَسْجِدًا ضِرَارًا وَكُفْرًا وَتَفْرِيقًا بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ وَإِرْصَادًا لِمَنْ حَارَبَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ مِنْ قَبْلُ وَلَيَحْلِفُنَّ إِنْ أَرَدْنَا إِلَّا الْحُسْنَى وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ (107) لَا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا

“Dan (diantara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), dan karena kekafirannya, dan untuk memecah belah orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang memerangi Allah dan RasulNya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah, ‘kami tidak menghendaki selain kebaikan. ‘Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka adalah pendusta (dalam sumpahnya). Janganlah kamu shalat dalam masjid itu selama-lamnya...” [QS At-taubah : 107-108]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati kita untuk bersemangat mendatangi masjid Quba ketika berada di madinah dan melaksanakan shalat di sana dengan meneladani prilaku Nabi SAW.

DAFTAR ISI SERIAL BUKU ONE DAY 5-6


ODOH 5

ANUGERAH DI BALIK MUSIBAH

ISBN : 9-786026-037985 

1. MENILAI MUSIBAH

2. PANDEMI, PAHALA TAK BERKURANG

3. DARURAT CORONA..

4. MENGHADAPI VIRUS CORONA ....

5. FITNAH CORONA..

6. THE MASKER

7. PROTOKOL BERSIN ..

8. PROTOKOL MENCUCI TANGAN

9. SHAFF DISTANCING

10. LEBIH BAIK DI RUMAH

11. LARANGAN BERSALAMAN

12. LOCK DOWN CORONA

13. VIRUS WUHAN VS WAHN .

14.QUNUT CORONA..

15. "LI KHOMSATUN"

16. MANTRA 1 RUQYAH

17. PERTOLONGAN SELAIN ALLAH?

18. MENGHADAPI CACIAN

19. SABAR, ALLAH SAJA DI-BULLY

20. ORANG BAIK MUDAH DITIPU

21. MENYESALI KERUGIAN

22. HARGA DUA MATA

23. GEMUK ITU DOSA?

24. SAAT BER-SENDAWA

25. CUACA DINGIN

26. FENOMENA EQUINOX

27. PENANGKAL GEMPA

28. PERSEKUSI

29. PHP

30. KONSEKWENSI CERAI

31. PETAKA ADIK LPAR

32.SYAHID DIJALAN RAYA..

33. MEMBALAS KEDZALIMAN

34. KUFUR NIKMAT

35.JADILAH KURMA

36."MENJENGUK ALAH"

37. DAHSYATNYA TA'ZIYAH

38, LARI DARI KEMATIAN

39.TERGANTUNG ENDINGNYA

40.AKHIR KEHIDUPAN

41. KEJARLAH AKHIRAT


DAPATKAN BUKUNYA

BISA KIRIM KE SULURUH DUNIA

HUBUNGI ANNUR 2 STORE 

+62-858 5895 9765




ODOH 6

KELUARGA SAMARA

ISBN : 9-786239-610685

BAGIAN PERTAMA

1. SEGERALAH MENIKAH!

2. KRITERIA CALON ISTRI

3. WASPADAI TIPE WANITA INI..

4. SALAH KAPRAH ISTIKHARAH

5. MASALAH LAMARAN

6. MASKAWIN BERKAH

7. MAHAR SANDAL JEPIT

8. S YAWAL BULAN PERNIKAHAN?

9. L.K.M.D (NIKAH KECELAKAAN)

BAGIAN KEDUA

10. KELUARGA SAMARA

11. CINTA PERTAMA NABI...

12. ROMANTISME AISYAH...

13. METODE KETELADANAN

14. ARWA, ISTRI ABU LAHAB

15. SUNGGUH SWEET RUMAH NABI

BAGIAN KETIGA

16. MENYAMBUT BUAH HATI..

17. APALAH ARTI SEBUAH NAMA?

18. ANAK: KARUNIA ATAU BENCANA?.....

19. BAKTI BERBALAS SURGA...

20. KASIH IBU SEPANJANG MASA

21. SHALAT SUAMI DIMANA?..

22. AGAR RUMAH MENJADI BERKAH

23. PERLUASLAH RUMAHMU...

24. GAYA HIDUP BAHAGIA...

25. THE REAL SULTAN

26. MENSYUKURI NIKMAT ALLAH

27. THE POWER OF QANAAH

 

BAGIAN KEEMPAT

28. CERAI KARENA ORTU?.....

29. SAAT MENSTRUASI

30. RUDAPAKSA ISTRI SENDIRI ...

31. CEMBURU PADA BIDADARI?

32. JIKA BELUM MANDI

33. MOHON NAFKAH LAHIR BATIN...

34. JANGANLAH MENGANGGUR

35. PROBLEM KEUANGAN

36. KEINGINAN VS KEBUTUHAN

37. ANTI SELINGKUH...

38. IZINKAN AKU BERZINA

39. MENIKAH LAGI.....

40. MOVE ON...

41. TERPESONA AKU TERPESONA..

42. RAHASIA KESABARAN SUAMI.

 

BONUS

1. KHOTBAH NIKAH RASUL SAW

2. ТЕRЈЕМАН КНОТВАН NКАН.

3. TAWASUL AKAD NIKAH...

4. DOA SEUSAI AKAD NIKAH

5. DOA LIQA (TEMU KEMANTEN)..

6. MENDOAKAN PENGANTIN....

 

DAPATKAN BUKUNYA

BISA KIRIM KE SULURUH DUNIA

HUBUNGI ANNUR 2 STORE 

+62-858 5895 9765


Monday, September 18, 2023

SHALAWAT HAJJI

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Anas Bin Malik RA, Rasul SAW bersabda : Malaikat Jibril berkata :

مَنْ صَلَّى عَلَيْكَ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا ، وَرَفَعَ لَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ

“Barang siapa membaca shalawat atasmu satu kali maka Allah menurunkan sepuluh rahmat kepadanya dan mengangkat derajatnya sepuluh tingkatan.” [HR Bukhari dalam Adabul Mufrad]

 

Catatan Alvers

 

Suatu ketika ada sahabat yang bernama Basyir bin Sa’ad RA, Ia bertanya: “Allah telah memerintahkan kepada kami untuk bershalawat kepadamu, bagaimanakah kami mengucapkan shalawat kepadamu?” Kemudian Rasulullah SAW menjawab : Ucapkanlah  

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

“Ya Allah, berikanlah kemuliaan kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau memberikan kemuliaan kepada Ibrahim. Dan berilah karunia kepada Muhammad beserta keluarganya sebagaimana Engkau memberikan karunia kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya di alam semesta ini, hanya Engkau-lah yang Maha terpuji lagi Maha mulia.” [HR Muslim]

 

Redaksi shalawat di atas lazim dikenal dengan shalawat ibrahimiyyah yang kita baca ketika tayahhud dalam shalat dan memang menurut al-Qadli (Iyadl Rahimahullah), menurut qaul adzhar (yang lebih jelas) redaksi shalawat yang ditanyakan memang dalam konteks shalat sehingga imam muslim mendatangkan riwayat hadits tersebut dalam bab shalat. [Syarah Muslim]

 

Lantas bagaimana dengan redaksi shalawat yang disusun oleh ulama seperti shalawat haji? Apakah boleh dibaca dan diamalkan? Apakah khasiatnya memang untuk bisa berhaji?

 

Perlu diketahui bahwa ada di antara sahabat Nabi yang menyusun shalawat dengan redaksi lain yang berbeda dengan yang di ajarkan oleh Nabi. Di antaranya adalah Abdullah bin Mas’ud RA. Ia berkata :

إِذَا صَلَّيْتُمْ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَحْسِنُوا الصَّلَاةَ عَلَيْهِ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْرُونَ لَعَلَّ ذَلِكَ يُعْرَضُ عَلَيْهِ

“Apabila kalian bershalawat kepada Rasulullah SAW, maka buatlah redaksi shalawat yang bagus kepada beliau, siapa tahu shalawat kalian itu disampaikan kepada beliau.”

 

Lantas ada beberapa orang yang meminta agar mereka diajari shalawat yang bagus. Abdullah bin Mas’ud RA menjawab : “Ucapkanlah :

اللَّهُمَّ اجْعَلْ صَلَاتَكَ وَرَحْمَتَكَ وَبَرَكَاتِكَ عَلَى سَيِّدِ الْمُرْسَلِينَ وَإِمَامِ الْمُتَّقِينَ وَخَاتَمِ النَّبِيِّينَ مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ إِمَامِ الْخَيْرِ وَقَائِدِ الْخَيْرِ وَرَسُولِ الرَّحْمَةِ اللَّهُمَّ ابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا يَغْبِطُهُ بِهِ الْأَوَّلُونَ وَالْآخِرُونَ

Ya Allah jadikanlah segala shalawat, rahmat dan berkah-Mu kepada sayyid para rasul, pemimpin orang-orang yang bertakwa, pamungkas para nabi, yaitu Muhammad hamba dan rasul-Mu, pemimpin dan pengarah kebaikan dan rasul yang membawa rahmat. Ya Allah anugerahilah beliau maqam terpuji yang menjadi harapan orang-¬orang terdahulu dan orang-orang terkemudian.”

Setelah itu beliau melanjutkan dengan membaca shalawat Ibrahimiyah. [HR Ibnu Majah]

 

Imam Syafii juga memiliki redaksi shalawat tersendiri yang beliau tulis dalam kitabnya Ar-Risalah yaitu :

وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ كُلَّمَا ذَكَرَهُ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِهِ الْغَافِلُوْنَ

”Semoga Allah melimpakan shalawat atas Muhammad, selama orang-orang yang ingat menyebut-Mu dan orang-orang yang lalai lupa menyebut-Mu.”

 

Dan Abul Hasan berkata: “Aku bermimpi bertemu dengan Rasul SAW lantas aku bertanya: “Ya Rasul, Apakah hadiah yang diterima As-Syafii darimu atas shalawatnya yang ditulisnya dalam kitab Ar-Risalah. Maka Nabi SAW menjawab : Hadiah adalah ia tidak di hisab (masuk surga tanpa hisab). [Ihya Ulumuddin]

 

Dengan demikian, shalawat itu tidak harus memakai redaksi yang langsung dari Nabi SAW sehingga redaksi shalawat seperti shalawat hajji itu diperbolehkan. Lantas bagaimana dengan khasiatnya? shalawat hajji biasanya dibaca dengan khasiat orang yang membacanya akan bisa pergi haji. Apakah juga diperbolehkan meyakini hal tersebut padahal yang demikian itu tidak diajarkan oleh Nabi SAW ?.

 

Redaksi Shalawat Hajji yang dimaksud adalah sebagai berikut :

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُبَلِّغُنَا بِهَا حَجَّ بَيْتِكَ الْحَرَامِ وَزِيَارَةَ قَبْرِ نَبِيِّكَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ بِلُطْفٍ وَعَافِيَةٍ وَسَلَامَةٍ وَبُلُوْغِ الْمَرَامِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِه وَسَلِّمْ

“Ya Allah, limpahkanlah rahmat atas junjungan kami Muhammad dengan berkah shalawat, Engkau menyampaikan kami untuk berkunjung ke rumah-Mu yang mulia dan berziarah ke makam nabi-Mu, atasnya shalawat dan salam dengan penuh kelembutan, kesehatan, keselamatan, dan tercapainya maksud dan tujuan, serta limpahkan pula shalawat dan salam keapda keluarga dan sahabat-sahabat beliau”.

 

Shalawat hajji tersebut pada dasarnya merupakan do’a yang diselipkan dalam shalawat. Ya, Doa agar bisa berhaji. Doa seperti ini akan lebih berpeluang dikabulkan. Kenapa? Karena Umar Bin Khattab RA berkata :

إِنَّ الدُّعَاءَ مَوْقُوفٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَا يَصْعَدُ مِنْهُ شَيْءٌ حَتَّى تُصَلِّيَ عَلَى نَبِيِّكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Sesungguhnya doa itu terhenti antara langit dan bumi, ia tidak bisa naik sedikitpun sehingga engkau bershalawat kepada Nabimu SAW. [HR Tirmidzi]

 

Mengingat doa dalam shalawat hajji tadi adalah permohonan agar Allah menyampaikan pembacanya ke tanah suci untuk berhaji maka demikian pula insyaAllah, Allah akan mengabulkannya. Jadi keyakinan akan khasiat shalawat hajji itu juga ada dasarnya. Terlepas dari itu semua, shalawat akan meninggikan derajat seseorang di sisi Allah SWT sebagaimana hadits utama di atas.

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk dapat mengamalkan shalawat dengan hati tenang dan penuh keyakinan akan khasiat yang telah dijanjikan oleh Nabi SAW.

MAMPU BER-UMRAH

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda:

الزَّادُ وَالرَّاحِلَةُ

Bekal dan kendaraan (adalah objek kemampuan dalam wajib berhaji). [HR Ibnu Majah]

 

Catatan Alvers

 

Haji merupakan rukun Islam yang terakhir. Umrah juga demikian, karena ketika menyebutkan haji, maka Allah juga menyebutkan umrah. Dalam kitab shahihnya, Imam Bukhari menulis : “Bab kewajiban Umrah dan keutamaannya. Ibnu Umar RA berkata : “Tidak ada seorangpun melainkan ia berkewajiban melaksanakan haji dan umrah”. Dan Ibnu Abbas RA berkata : “Umrah itu dihukumi wajib karena umrah disebut secara bersamaan dengan haji dalam kitab Allah”, yaitu :

وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ

Dan sempurnakanlah Haji dan Umrah karena Allah. [QS Al-Baqarah : 196]

 

Haji dan umrah diwajibkan kepada mereka yang memiliki kemampuan. Allah SWT berfirman :

وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا

Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. [QS Ali Imran : 97]

 

Ibnu Abbas RA menjelaskan :

وَاْلِاسْتِطَاعَةُ أَنْ يَكُونَ قَادِرًا عَلَى الزَّادِ وَالرَّاحِلَةِ وَأَنْ يَصِحَّ بَدَنُ الْعَبْدِ وَأَنْ يَكُونَ الطَّرِيْقُ آمِنًا

Kemampuan yang dimaksud adalah seseorang memiliki bekal dan kendaraan, fisiknya sehat dan jalannya aman. [I’anatut Thalibin]

 

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, Rasul SAW bersabda :

مَنْ كَانَ عِنْدَهُ مَا يَبْلُغُ حَجَّ بَيْتِ اللَّهِ الْحَرَامِ , فَلَمْ يَحُجَّ ... سَأَلَ الرَّجْعَةَ عِنْدَ الْمَوْتِ

Barang siapa yang memiliki bekal yang menyampaikannya untuk berhaji namun ia tidak berhaji ... maka ia meminta dikembalikan ke dunia ketika ia mati. [HR Thabrani]

 

Rasul SAW juga bersabda :

مَنْ مَلَكَ زَادًا وَرَاحِلَةً يَبْلُغُ بِهِ إِلَى بَيْتِ اللهِ فَلَمْ يَحُجَّ فَلَا عَلَيْهِ أَنْ يَمُوْتَ يَهُوْدِيًّا أَوْ نَصْرَانِيًّا

Barang siapa memiliki bekal dan kendaraan yang menyampaikan ke baitullah namun ia tidak berhaji maka silahkan mati dalam keadaan Yahudi atau nashrani. [HR Baihaqi]

 

Lebih lanjut dijelaskan oleh Syeikh Syatha. Kemampuan itu ada dua Macam. Yang pertama adalah kemampuan untuk menjalakan (Istitha’ah Mubasyarah), Atau disebut juga dengan kemampuan fisik dan finansial. Ada 11 Syarat yang harus dipenuhi dalam hal ini, yaitu (1) Memiliki ONH (ongkos naik haji) untuk pulang dan perginya. (2) Tersedianya kendaraan dan fasilitasnya. (3) Aman di perjalanan. (4). Tersedianya air dan bekal dengan harga yang wajar. (5) disertai oleh suami atau mahram bagi wanita. (6) Bisa menetap di kendaraan tanpa ada kesulitan yang serius.  (7) tersedianya bekal dan fasilitas saat hendak berangkat. (8). Berlangsungnya  kemampuan tersebut sampai waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke mekkah dengan perjalanan yang wajar. (9). Adanya teman di perjalanan jika dibutuhkan untuk faktor keamanan. (10). Semua finansial yang dibutuhkan bisa dipenuhi dari hartanya sendiri atau dari hutang yang bisa dilunasi saat jatuh tempo. (11). Bagi orang buta, ia harus mampu menyewa orang yang menuntunnya dan membantu semua keperluannya, dengan harga sewa yang normal.  

 

Yang kedua adalah kemampuan berhaji dengan peran pengganti. Hal ini disebut pula dengan kemampuan finansial ansich. Hal ini berlaku pada orang yang meninggal dunia atau orang yang lumpuh (ma’dlub). [I’anatut Thalibin]

 

Jadi tidak hanya kemampuan finasial, kemampuan fisik juga sangat dibutuhkan dalam umrah maupun haji. Bagaimana tidak? Orang yang ber-umrah, ia diharuskan untuk berjalan mengitari kakbah sebanyak tujuh kali putaran dan sa’i antara shafa marwa yang berjarak 400 Meter. Sehingga sa’i saja seseorang diharuskan berjalan kaki sejauh jarak 2.8 Kilometer. Belum lagi raml, yaitu berlari-lari kecil sepanjang lampu hijau antara shafa dan marwa yang sangat melelahkan.

 

Asbabul wurud dari ritual Raml ini adalah ketika para sahabat ber-umrah setahun sebelum Fathu Makkah, Kaum musyrikin menyangka bahwa kaum muslimin telah lemah karena terjangkit penyakit “humma yastrib” di madinah. Saat itulah beliau ingin kaum muslimin unjuk gigi dengan melakukan “Raml” (Lari-lari kecil saat tiga putaran pertama thawaf) dan “idhtiba’” (membuka lengan kanan dari kain ihram) sehingga Kaum musyrikinpun berkata :

هَؤُلَاءِ الَّذِيْنَ زَعَمْتُمْ أَنَّ الْحُمَّى قَدْ وَهَنَتْهُمْ؟ إِنَّهُمْ لَأَجْلَدُ مِنْ كَذَا وَكَذَا.

Mereka (kaum muslimin) yang kalian kira sudah lemah terkena penyakit “humma yastrib” ternyata lebih kuat dari ini dan itu” [I’anatut Thalibin]

 

Maka benarlah dalam berhaji dan berumrah dibutuhkan biaya dan tenaga sehingga dikatategorikan ibadah yang ketiga. DR.Wahbah Az-Zuhaili berkata :

اَلْعِبَادَاتُ أَنْوَاعٌ ثَلَاثَةٌ

Ibadah itu terdapat tiga macam, Yaitu : (1), ibadah maliyah mahdlah (ibadah yang bersifat harta murni), misalnya zakat, kafarat dan membagikan kurban. (2), ibadah badaniyah mahdlah (ibadah yang bersifat badan murni), misalnya shalat dan puasa. (3) , ibadah Murakkabah (ibadah perpaduan antara ibadah yang bersifat badan dan harta), misalnya haji. [Al-Fiqhul Islami Wa Adillatuh]

 

Semoga Allah Al-Bari membuka fikiran kita untuk memperhatikan kesehatan fisik disamping finansial agar kita siap untuk beribadah kapanpun terutama ada kesempatan untuk berhaji atau umrah.