إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Tuesday, January 30, 2024

MAKAM ABDULLAH IBNU ABBAS

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Abbas RA, bahwasannya Rasul SAW menaruh tangan beliau di atas pundak Abdullah kemudian beliau berdoa :

اللَّهُمَّ فَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيلَ

Ya Allah, pahamkanlah ia dalam urusan agama dan ajarkanlah ia tafsir quran. [HR Ahmad]

 

Catatan Alvers

 

Ketika Umrah atau haji, salah satu tempat bersejarah yang sering dikunjungi para jamaah umrah dan haji adalah Masjid Abdullah Ibnu Abbas di Kota Thaif. Masjid Abdullah Ibn Abbas ini dibangun pada tahun 592 H tepatnya pada masa Nashir Lidinillah Abil Abbas Al-Abbasy. Masjid ini dinamakan demikian karena lokasi masjid berdampingan dengan makam Abdullah Ibnu Abbas. Menurut sejarawan Isa Al-Qashir, Lokasi makam beliau terletak di arah depan mushala Nisa (wanita) yang sekarang. Dahulu semasa hidupnya, Ibnu Abbas sering berpindah-pindah dari kota ke kota, mulai dari syam, madinah dan thaif untuk mengajar ilmu agama, hanya saja beliau lebih senang tinggal di Thaif karena dekat dengan Mekkah. Beliau menetap di Thaif hingga hari wafatnya pada tahun 68 H. [ar wikipedia org]

 

Beliau di akhir hayatnya menderita kebutaan. Beliau berkata dalam syairnya :

إِنْ يَأْخُذِ اللَّهُ مِنْ عَيْنَيَّ نُورَهُمَا :: فَفِي لِسَانِي وَقَلْبِي مِنْهُمَا نُورُ

قَلْبِي ذَكِيٌّ وَعَقْلِي غَيْرُ ذِي دَخَلٍ :: وَفِي فَمِي صَارِمٌ كَالسَّيْفِ مَأْثُورُ

Jika Allah mengambil cahaya dari kedua mataku maka pada mulut dan hatiku masih ada cahaya. Hatiku cerdas dan akalku tidak terganggu. Mulutku terkenal (memiliki analisa yang) tajam seperti pedang. [I’anatut Thalibin]

 

Mengenai sebab kebutaannya tersebut, Al-Hakim meriwayatkan bahwa hal itu dikarenakan Ibnu Abbas suatu saat pernah melihat seseorang bersama Nabi yang tak lain adalah malaikat Jibril dan Nabi SAW bersabda :

لَمْ يَرَهُ خَلْقٌ إِلَّا عُمِّيَ إِلَّا أَنْ يَكُونَ نَبِيًّا، وَلَكِنْ أَنْ يُجْعَلَ ذَلِكَ فِي آخِرِ عُمُرِكَ

Tidaklah seseorang melihat Malaikat Jibril melainkan ia akan buta, kecuali dia adalah nabi. Akan tetapi engkau akan dijadikan buta pada akhir umurmu. [Al-Mustadrak]

 

Namun Ibnul Qatthan menilai perawi hadits ini yang bernama sulaiman bin Aly tidak dikenal dalam dunia hadits. Dan secara matan, hadits ini bertentangan dengan hadits shahih yang menyatakan bahwa sejumlah sahabat melihat malaikat jibril ketika menjelma menjadi manusia namun hal itu tidak menjadikan mereka buta. Maka dari itu, ad-Dzahabi mengatakan hadits ini berstatus munkar.

 

Ada kisah unik terdapat dalam kitab Al-Bidayah Wan nihayah yaitu ketika beliau wafat di usia 71 Tahun. Beliau di shalati oleh Muhammad Ibnul Hanafiyah (yang sekarang makamnya bersebelahan dengan Makam Ibnu Abbas). Tatkala jamaah hendak memasukkan jenzah ke liang kubur maka ada burung putih dengan bentuknya yang langka masuk ke dalam kain kafannya lalu menyatu dengannya sehingga burung itu dikubur bersamanya.

 

Dalam satu riwayat disebutkan bahwa ketika jenazah beliau diletakkan di liang lahad maka ada suara bacaan Qur’an misterius yang tidak terlihat orangnya, dan dalam riwayat yang lain bahwa bacaan itu terdengar dari dalam kuburnya. [Al-Bidayah Wan nihayah] Ayat yang terdengar adalah :

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعِي إِلى رَبِّكِ راضِيَةً مَرْضِيَّةً فَادْخُلِي فِي عِبادِي وَادْخُلِي جَنَّتِي

Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-Ku. [QS Al-Fajr : 27-30]

 

Ketika beliau wafat, maka semua merasa kehilangannya. Mujahid berkata :

مَا رَأَيْتُ مِثْلَ ابْنِ عَبَّاسٍ قَطُّ ، وَلَقَدْ مَاتَ يَوْمَ مَاتَ وَهُوَ حَبْرُ هَذِهِ الْأُمَّةِ

Aku tidak pernah melihat sosok seperti Abdullah ibnu Abbas, Ia wafat ketika itu ia adalah “Habr Hadzihil Ummah” (orang yang alim lagi luas wawasannya) dari ummat ini. [Al-Mustadrak]

 

Umar RA berkata :

نِعْمَ تُرْجُمَانُ الْقُرْآنِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبَّاسٍ

Sebaik-baik penafsir Al-Quran adalah Abdullah ibnu Abbas. [Al-Bidayah Wan Nihayah]

 

Bahkan Umar RA memasukkan Abdullah ibnu Abbas yang masih muda saat itu ke dalam golongan “Asyakhi Badr” (sahabat-sahabat senior veteran perang Badar). Maka sebagian dari mereka mempertanyakan keberadaannya dan berkata: "Mengapa pemuda ini masuk beserta kita, sedangkan kita mempunyai anak-anak yang sebaya umurnya dengannya?" Umarpun menjawab:

إِنَّهُ مِمَّنْ قَدْ عَلِمْتُمْ

"Sungguh ia adalah sebagian dari orang yang kalian ketahui." (keutamaan ilmunya) .[HR Bukhari]

 

Keluasan Ilmu yang dimiliki oleh Abdullah ibnu Abbas tak lepas dari berkah Rasul SAW. Beliaulah orang yang pernah didoakan oleh Nabi SAW Seraya menaruh tangan beliau di atas pundaknya dengan doa sebagaimana hadits utama di atas, yaitu :

اللَّهُمَّ فَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيلَ

Ya Allah, pahamkanlah ia dalam urusan agama dan ajarkanlah ia tafsir quran. [HR Ahmad]

 

Doa itu diperoleh setelah Rasul SAW mengetahui bahwa orang yang senantiasa menyediakan air wudlu setelah beliau keluar dari jamban, ia adalah Abdullah Ibnu Abbas. [HR Bukhari]

 

Oleh karena keluasan ilmu beliau maka wajarlah jika di area makam beliau dibangunkan sebuah perpusatakaan megah yang diberi nama Perpustakaan Abdullah ibn Abbas. Dalam sebuah catatan yang ditempel pada dinding bagian luar perpustakaan, terdapat keterangan bahwa Perpustakaan ini dibangun pada tahun 1291H oleh penguasa Hijaz Muhammad Rasyid Pasa asy-Syarwani. Dikisahkan bahwa sebelum ada perpustakaan, beliau mewakafkan kitab ke masjid bagi para pencari ilmu dan menjadi sebuah tradisi pada kurun abad tujuh hingga sepuluh hijriyah. Perpustakaan ini mempunyai luas sekitar 100 meter persegi. Perpustakaan ini menyimpan beragam koleksi berupa ribuan kitab yang tersusun rapih berdasarkan bidang kajiannya, mulai dari Tafsir dan Ilmu Tafsir, Hadits dan Ilmu Hadits, Adab, Bahasa Arab, Nahwa dan Sharaf, Bahasa Inggris, Sirah Nabawiyah, Ekonomi dan Politik, serta pengetahuan umum seperti filsafat. Di antara koleksi prasastinya berupa tulisan arab yang belum menggunakan titik dan tanda baca (harakat). Ada juga tulisan yang sudah lengkap dengan titik dan tanda baca. [Kemenag go id]

Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa meniru khidmah seperti yang dilakukan oleh Abdullah Ibnu Abbas sehingga mendapat ridlo dan doa dari sang guru, yaitu Nabi Muhammad SAW.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

ORDERAN FIKTIF

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda :

مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنّيِ

"Barangsiapa menipu maka dia bukan dari golonganku.” [HR Muslim]

 

Catatan Alvers

 

Seorang wanita (21) asal Kota Semarang, nekat melakukan orderan fiktif dengan cara menggunakan foto KTP milik korban. Totalnya ada 400 barang dan 200 kendaraan jasa angkutan yang datang ke rumah korban meski korbannya tidak pesan. Mulai mebel, barang elektronik, sepeda motor, jasa angkutan, jasa sedot WC, hingga sewa mobil rental. Ini semua dilakukannya lantaran sakit hati terhadap korban yang membatalkan pertunangannya secara sepihak. Sesuai press release (29/1/2024) tersangka dijerat dengan pasal 35 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dengan ancaman hukuman 12 Tahun penjara dan atau denda paling banyak Rp 12 miliar. [detik com]

 

Ancaman pidana yang demikian diberlakukan kepada : “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dengan tujuan agar Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik”. Sebagaimana bunyi pasal 35 di atas. [hukumonline com]

 

Order fiktif lain pernah terjadi pada tahun lalu dengan kerugian yang fantastis yaitu 2.2 Milyar. Pelakunya adalah Dua orang driver G*jek, dengan modus melakukan pesan makanan fiktif sebanyak 107.066 kali selama 10 bulan (Oktober 2022 - Agustus 2023) melalui 95 akun fiktif dan merchant fiktif dan melakukan pembelian makanan secara fiktif pula. Mereka mengincar bonus 20 persen dari aplikator. [kompas com]

 

Dalam Islam, sejak dahulu penipuan itu dilarang sebagaimana dalam hadits utama di atas yang berbunyi : "Barangsiapa menipu maka dia bukan dari golonganku.” [HR Muslim] Konteks hadits ini adalah dalam urusan jual beli. Asbabul wurudnya adalah suatu ketika beliau melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka beliau bertanya, “Apa (basah) ini wahai pemilik makanan (penjual)?” Sang pemiliknya menjawab, “Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah.” Beliau SAW bersabda :

أَفَلَا جَعَلْتَهُ فَوْقَ الطَّعَامِ كَيْ يَرَاهُ النَّاسُ مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّي

Mengapa kamu tidak meletakkannya pada bagian atas makanan agar orang (pembeli) dapat melihatnya? Barangsiapa menipu maka dia bukan dari golonganku.” [HR Muslim]

 

Berbicara order fiktif saya teringat satu kisah yang diceritakan oleh sahabat Umar bin Khattab RA. Kisah order fiktif ini berbeda 180 derajat dengan kejadian di atas karena dalam kejadian di atas korbannya marah dan jengkel namun dalam kisah ini korbannya justru senyum-senyum karena korbannya adalah Nabi SAW dan pelakunya adalah orang oleh Nabi sendiri dinobatkan sebagai orang yang cinta Allah dan Rasul-Nya.

 

Diriwayatkan bahwa ada seorang lelaki yang dijuluki dengan sebutan Himar. Ia memberikan hadiah berupa satu ukkah (satu kantong) minyak samin dan satu ukkah madu. Ketika penjual meminta uang pembayaran minyak samin dan madu tadi maka ia membawa kehadapan baginda Nabi SAW dan berkata :

يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَعْطِ هَذَا ثَمَنَ مَتَاعِهِ

“Wahai Rasulallah, berikanlah uang pembayaran minyak samin dan madu tadi”.

 

Rasul SAW hanya tersenyum, tidak lebih dari itu lalu memberikan uang untuk membayar barang tersebut. [Musnad Abi Ya’la]

 

Dalam riwayat Ibnu Abdil Barr, Ketika Rasul disuruh membayarnya maka Rasul SAW bertanya: “Bukankah engkau memberikan ini sebagai hadiah kepadaku?” Maka ia menjawab:

يَا رَسُولَ اللهِ لَمْ يَكُنْ عِنْدِي ثَمَنُهُ وَأَحْبَبْتُ أَنْ تَأْكُلَهُ

“Wahai Rasulullah, Aku tidak memiliki uang namun aku ingin engkau memakannya”.

Mendengar jawabannya ini, Rasul SAW tertawa lalu beliau membayar kepada si penjual. [Al-Isti’ab Fi Ma’rifatis Shahabah]

 

Kisah yang serupa juga pernah dilakukan oleh salah seorang sahabat dimana ia adalah “Midlhakan mazzahan” (orang yang lucu dan suka bercanda). Saking dari lucunya, salah satu perbuatannya terhadap sahabat yang bernama Suwaybith bin Harmalah, dikatakan oleh Ummu Salamah :

فَضَحِكَ مِنْهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابُهُ حَوْلًا

Rasul SAW dan para sahabat tertawa dibuatnya selama satu tahun. [HR Ahmad]

 

Orang itu bernama Nu’ayman bin Amr bin Rifa’ah, veteran perang badar dan termasuk sahabat yang senior. Dikisahkan dari Urwah, bahwasannya terdapat seorang badui datang dengan mengendarai untanya lalu ia memarkir untanya di halaman masjid dan iapun masuk masjid menemui Rasul SAW. Di majelis tersebut ada Hamzah bin Abdil Muttalib dan segolongan sahabat baik dari Anshar maupun Muhajirin. Para sahabat berkata kepada Nuayman : Lihathatlah untanya sangat gemuk. Bagaimana jika engkau menyembelihnya kita kan lama tidak memakan daging. Jika engkau melakukannya pastilah Nabi akan membayarnya lalu kita bisa makan dagingnya. Nuayman berkata : Jika aku melakukannya dan kalian melaporkan kepada Nabi pastilah aku kenah marah. Para sahabat berkata : Kami tidak akan melakukannya. Nuayman segera menyembelih unta tersebut lalu pergi. Ia bertemu dengan Miqdad bin Amr yang sedang menggali tanah. Nuayman masuk dan meminta miqdad untuk menutupinya dengan pelepah kurma dan dedaunan dan ia berpesan agar jangan menceritakan keberadaannya karena ia telah melakukan sesuatu.

 

Ketika si badui keluar maka ia menemukan untanya telah disembelih dan iapun berteriak “wahai Muhammad untaku disembelih!” Nabipun keluar dan bertanya siapa yang menyembelihnya. Para sahabat berkata : Nuayman. Lalu Nabi mencarinya hingga bertemu dengan Miqdad dan Miqdad berkata :”Aku tidak tahu keberadaan Nuayman” Sambil menunjuk jarinya ke arah tempat Nuayman bersembunyi. Nabi lalu membuka lubang persembunyian dan menemukan Nuayman yang wajahnya dipenuhi dengan dedaunan. Nabi bertanya : Kenapa kamu menyembelih unta itu? Nuayman berkata :

اَلَّذِيْنَ دَلُّوكَ عَلَيَّ يَا رَسُوْلَ اللهِ هُمُ الَّذِيْنَ أَمَرُوْنِي

“Mereka yang telah menunjukkan keberadaanku itulah yang menyuruhku melakukannya wahau Rasulullah”.

 

Mendengar hal ini maka Rasul tertawa sambil membersihkan wajah Nuayman yang dikotori dedaunan. Rasul lalu membayar harga unta tersebut dan si badui merelakannya. Maka jika Rasul teringat kisah ini maka beliau tertawa hingga gigi geraham beliau kelihatan.[Akhlaq an-Nabiy Li Abis Syaikh Al-Ashbihany]

 

Kisah ini janganlah dijadikan dasar pembenaran atas tindakan usil kepada orang lain karena orang lain boleh jadi akan marah karena ia tidaklah memiliki kesabaran dan kasih sayang layaknya Nabi SAW. Kisah ini lebih menunjukkan kepada besarnya kasih sayang Nabi SAW kepada para sahabatnya.

 

Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk tidak memalsukan identitas dan untuk tidak bertindak dengan perbuatan yang merugikan orang lain.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

 

Saturday, January 27, 2024

AIR TUBA

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda :

لَا يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ

“Tidaklah dianggap bersyukur kepada Allah seorang yang tidak berterima kasih kepada manusia” [HR Abu Daud]

 

Catatan Alvers

 

Terdapat seorang istri yang menggantikan tugas suaminya mencari nafkah. Setiap hari ia bekerja sangat keras untuk bisa memenuhi kebutuhan dan membayar uang kuliah suaminya. Tak hanya mengasuh anak, sang istri juga membuka salon di rumah, setelahnya ia mencari tambahan kerja di luar. Meski berat dan lelah, namun sang istri tak pernah mengeluh. Ia berharap saat sang suami lulus menjadi sarjana, ia bisa mendapat pekerjaan bagus dan membuat kehidupan keluarga mereka menjadi lebih baik. Namun betapa kagetnya sang istri, ia mendapat surat gugatan cerai dari suaminya saat ia hendak wisuda kelulusannya. Sang suami beralasan ingin memiliki istri yang berpendidikan yang selevel dengannya, bukan buruh lepas seperti istrinya. Itulah kejadian yang menimpa pasangan suami istri di tiongkok [tribuntrends com]

 

Kejadian seperti ini boleh jadi menimpa kita. Orang yang sudah dibantu namun ia tidak membalas kebaikan yang telah kita berikan bahkan ia membalas kita dengan kejelekan. Kata pepatah “air susu dibalas dengan air tuba”. Sebenarnya perilaku seseorang yang demikian itu semakin membuka jadi dirinya yang sebenar-benarnya. Al-Mutanabbi berkata :

إِذَا أَنْتَ أَكْرَمْتَ الْكَرِيْمَ مَلَكْتَهُ :: وَإِنْ أَنْتَ أَكْرَمْتَ اللَّئِيْمَ تَمَرَّدَ

Jika engkau memuliakan orang yang mulia maka engkau akan menguasainya namun jika engkau memuliakan orang hina maka ia akan semakin berbuat semena-mena. [Syarah Diwan Al-Mutanabbi]

 

Islam menganjurkan kita untuk bersyukur kepada Allah SWT dan syukur tersebut tidak bisa hasil tanpa kita berterimakasih kepada manusia yang menjadi perantara Allah dalam memberikan nikmat-Nya kepada kita. Dalam hadits utama di atas, Nabi SAW bersabda : “Tidaklah dianggap bersyukur kepada Allah seorang yang tidak berterima kasih kepada manusia” [HR Abu Daud]

 

Al-Khattabi berpendapat bahwa hadits tersebut bisa diartikan dalam dua makna. Pertama, Orang yang yang tidak tahu berterimakasih atas perbuatan baik manusia itu biasanya ia juga tidak mau bersyukur kepada Allah. Dan makna kedua, Allah SWT tidak akan menerima syukur seorang hamba atas satu nikmat yang telah dianugerahkan kepadanya jika ia tidak mau berterimakasih kepada orang (yang menjadi perantara) dan iapun tidak mau mengakui perbuatan baik orang lain kepadanya, hal ini dikarenakan dua perkara tersebut saling berkaitan. [‘Aunul Ma’bud]

 

Rasul SAW sangat menganjurkan kita untuk membalas setiap kebaikan orang lain kepada kita dengan kebaikan sesuai yang kita mampu. Jika terpaksa tidak bisa membalas kebaikan maka minimal kita membalasnya dengan memuji  kebaikannya. Beliau bersabda :

مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرْوُفٌ فَلْيُجْزِئْهُ، فَإِنْ لَمْ يُجْزِئْهُ فَلْيُثْنِ عَلَيْهِ؛ فَإِنَّهُ إِذَا أَثْنَى عَلَيْهِ فَقَدْ شَكَرَهُ، وَإِنْ كَتَمَهُ فَقَدْ كَفَرَهُ

“Barang siapa memperoleh kebaikan dari orang lain maka hendaklah dia membalasnya. Jika tidak menemukan sesuatu untuk membalasnya, maka hendaklah dia memujinya, karena jika dia memujinya maka dia telah terhitung berterimakasih kepadanya. Namun jika dia menyembunyikannya, maka itu artinya dia telah mengingkari kebaikannya.

[HR Tirmidzi]

 

Dan dalam hadits lain disebutkan bahwa jika kita tidak bisa membalas kebaikan dengan yang sepadan maka kita bisa membalasnya dengan doa. Nabi SAW bersabda :

وَمَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ

“Barang siapa yang berbuat baik kepada kalian maka balaslah kebaikannya. Jika kalian tidak mampu, maka doakanlah ia sampai ia tahu bahwa kalian telah membalas kebaikannya.” [HR Abu Dawud]

 

Dalam hal ini terkadang manusia kalah dengan binatang. Allah SWT berfirman :

 أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

“Mereka seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat. Mereka itulah orang-orang yang lalai” [QS Al-A`raf :179].

 

Saya jadi teringat kisahnya Abu Nawas. Kisah yang penuh hikmah, unik namun masuk akal sehingga bisa menjadi bahan pelajaran. Satu ketika Abu nawas berbuat kesalahan keapada sang raja sehingga raja memvonis hukuman mati kepada Abu Nawas dengan dimasukkan ke kandang singa. Abu nawaspun hanya bisa pasrah namun ia mengajukan permintaan sebelum ia dihukum mati. Agar Ia diberikan waktu selama tiga bulan untuk beribadah di penjara sebagai upaya mendapatkan Husnul Khatimah dan ia diperbolehkan untuk memberi makan singa sebagai aktifitas mengusir kebosanan selama di penjara. Permintaannyapun dikabulkan.

 

Hari demi hari berlalu sehingga tibalah saatnya ia dimasukkan dalam kandang singa. Ketika ia dimasukkan ternyata singa itu bukan menerkamnya namun ia malah menjilati kakinya. Melihat keanehan ini maka sang raja membebaskan dari vonisnya. Lalu raja bertanya mengenai rahasianya. Abu nawas menjawab : "Begini Paduka yang mulia, selama tiga bulan ini hamba rutin memberi singa itu makan dan minum, dan hamba juga memperlakukan dia dengan baik, oleh sebab itulah hamba tidak dimangsanya, sebab dia pikir hamba adalah orang yang berjasa bagi dia, padahal hanya tiga bulan hamba memperlakukan dia dengan baik. Dia memang seekor singa yang buas, tapi dia tahu balas budi. Buktinya dia tidak memangsa hamba, sedangkan Paduka sendiri bertahun-tahun hamba mengabdi kepada Paduka dan berjasa bagi istana ini tapi hanya karena satu kesalahan Paduka begitu tega menjatuhkan hukuman mati kepada hamba." [rbtv disway id]

 

Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa membalas kebaikan orang lain yang menjadi perantara turunnya nikmat Allah kepada kita serta memuji kebaikannya dan mendoakan kebaikan baginya.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]