ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari
Abdullah Ibnu Mas’ud RA, Rasul SAW bersabda :
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ
يُحِبُّ وَمَنْ لَا يُحِبُّ وَلَا يُعْطِي الدِّينَ إِلَّا لِمَنْ أَحَبَّ فَمَنْ
أَعْطَاهُ اللَّهُ الدِّينَ فَقَدْ أَحَبَّهُ
Sesungguhnya Allah
Azza wa Jalla memberi harta kepada orang yang Dia cintai dan orang yang Dia
tidak cintai, dan (Allah) tidak memberi agama (keimanan) kecuali hanya kepada
siapa yang Dia cintai. Barang siapa yang diberi agama (keimanan) oleh allah
maka sungguh Allah mencintainya. [HR Ahmad]
Catatan Alvers
Dalam ritual haji
dan idul Adha, kita diingatkan kepada satu keluarga yang menjadi suri tauladan.
Siapakah itu? Allah SWT berfirman :
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ
وَالَّذِينَ مَعَهُ
Sesungguhnya telah
ada suri tauladan yang baik bagi kalian pada diri Ibrahim dan orang-orang yang
bersamanya. [QS Al-Mumtahanah : 4]
Nabi Ibrahim
menjadi teladan dalam kesabaran dalam penantian memiliki anak. Dalam
munajatnya, beliau berdoa :
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
Ya Tuhanku, karuniakanlah
kepadaku sebagian dari anak-anak yang shalih. [QS As-Shaffat : 100]
Doa ini
terealisasi setelah penantian panjang hingga usia Nabi Ibrahim menginjak 85
tahun. Itupun bukan dilahirkan dari istri (pertama)nya, sarah. Namun dari
hajar, seorang budak yang diberikan sarah untuk dinikahi Nabi Ibrahim dengan
harapan agar ia memiliki keturunan. Dan 13 tahun setelah kelahiran ismail,
barulah sarah memiliki anak yang bernama ishaq. [Al-Bidayah Wan Nihayah]
Kesabaran juga
diteladankan oleh siti hajar yaitu sabar dalam menjalani kehidupan
berkeluarga. Imam Bukhari dalam shahih
Bukhari meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas berkata : Suatu ketika Nabi Ibrahim pergi
dengan hajar berserta anak bayinya, Isma'il. Sesampainya di mekkah, Ibrahim
menempatkan keduanya dekat Baitullah (Ka'bah) pada sebuah gubuk di atas zamzam
di ujung al-masjidil Haram. Waktu itu di Makkah tidak ada seorangpun yang
tinggal di sana dan tidak ada pula air. Ibrahim menempatkan keduanya disana dan
meninggalkan semacam karung berisi kurma dan kantung/geriba berisi air.
Kemudian Ibrahim pergi untuk meninggalkan keduanya. Maka Ibu Isma'il
mengikutinya seraya berkata; "Wahai Ibrahim, kamu mau pergi kemana?.
Apakah kamu (tega) meninggalkan kami di lembah yang tidak ada seorang manusia
dan tidak ada sesuatu apapun ini". Ibu Isma'il terus saja mengulang-ulang
pertanyaannya berkali-kali hingga akhirnya Ibrahim tidak menoleh lagi
kepadanya. Akhirnya ibu Isma'il bertanya;
أَاللَّهُ الَّذِي أَمَرَكَ بِهَذَا
"Apakah Allah
yang memerintahkan kamu atas semuanya ini?".
Ibrahim menjawab:
"Ya". Ibu Isma'il berkata;
إِذَنْ لَا يُضَيِّعُنَا
"Kalau
begitu, Allah tidak akan menelantarkan kami".
Kemudian ibu
Isma'il kembali dan Ibrahim melanjutkan perjalanannya hingga ketika sampai pada
sebuah bukit dan orang-orang tidak melihatnya lagi, Ibrahim menghadap ke arah
Ka'bah lalu mengangkat kedua tangannya [Shahih Bukhari] seraya berdo'a :
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ
غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ
فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ
الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
Ya Tuhan kami,
sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak
mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya
Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah
hati manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari
buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.
[QS Ibrahim : 37].
Bahkan Nabi
Ibrahim, Istri dan anak, keluarga ini menjadi icon kesabaran menjalani perintah
Allah SWT dan tidak terbuai oleh rayuan setan yang ingin menjauhkannya dari
Allah. Ka’b mengisahkan kepada Abu Hurairah RA dan kisah ini diriwayatkan oleh
Imam Al-Hakim bahwasannya ketika setan mengetahui rencana Nabi Ibrahim
menyembelih putranya (Disini disebutkan Ishaq), maka setan bersumpah : “Demi
Allah, jika sekarang aku tidak menggoda keluarga Ibrahim maka aku tidak akan
bisa menggoda seseorang dari keluarga Ibrahim selamanya”.
Untuk melancarkan
aksinya, setan menyamar menjadi orang yang dikenali keluarga Nabi Ibrahim.
Pertama setan mendatangi istrinya (Dalam
riwayat ini disebutkan sarah). Setan bertanya : “Hendak kemanakah Ibrahim
pagi-pagi pergi bersama anaknya?”. Istrinya menjawab : “Ia pergi karena ada
satu keperluan”. Setan berkata : “Tidak, demi Allah. Ia pergi karena hendak
menyembelih putranya”. Istrinya menjawab : “Tidaklah mungkin seorang bapak akan
menyembelih putranya sendiri. Memangnya ada apa?”. Setan berkata : “Ibrahim
mengira tuhannya menyuruh untuk melakukan hal itu”. Istrinya menjawab : “Kalau
demikian, baguslah ia mentaati perintah tuhannya”.
Setelah gagal
menggoda istrinya, Setan bergegas menuju putranya. Setan bertanya : “Hendak
kemanakah ayahmu pagi-pagi pergi?”. Putranya menjawab : “Ia pergi bersamaku
karena ada satu keperluan”. Setan berkata : “Tidak, demi Allah. Ia pergi karena
hendak menyembelihmu”. Putranya menjawab : “Tidaklah mungkin ayahku
menyembelihku. Memangnya ada apa?”. Setan berkata : “Ia mengira tuhannya
menyuruh untuk melakukan hal itu”. Putranya menjawab : “Demi Allah, Kalau
demikian sudah semestinya ia mentaati perintah tuhannya”.
Setelah gagal
menggoda putranya, Setan bergegas menuju Ibrahim secara langsung. Setan
bertanya : “Hendak kemanakah engkau pagi-pagi pergi bersama anakmu?”. Ibrahim
menjawab : “ada satu keperluan”. Setan berkata : “Tidak, demi Allah. Engkau
tidak pergi melainkan hendak menyembelih anakmu”. Ibrahim menjawab : “Memangnya
ada apa?”. Setan berkata : “Engkau mengira tuhanmu menyuruhmu untuk melakukan
hal itu”. Ibrahim menjawab : “Demi Allah, Jika Allah memerintahku demikian
niscaya akan aku melakukannya”.
Setelah Nabi
ibrahim berusaha menyembelih putranya maka Allah membebaskannya dan
menggatikanya dengan seekor domba besar. Nabi Ibrahim berkata : “berdirilah
wahai anakku, Allah telah membebaskanmu dan telah mewahyukan bahwa engkau
memiliki satu permintaan yang pasti dikabulkan”. Putranya berkata : “Ya Allah,
Aku memohon kepadamu agar memenuhi doaku” yaitu :
أَيُّمَا عَبْدٍ لَقِيَكَ مِنَ الْأَوَّلِيْنَ
وَالْآخِرِيْنَ لَا يُشْرِكُ بِكَ شَيْئًا فَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ
siapa saja yang
menghadap kepada-Mu baik orang-orang terdahulu maupun orang-orang yang akan
datang kemudian, yang mana mereka tidak menyekutukan-Mu dengan apapaun maka
masukkanlah ia ke dalam surga. [Al-Mustadrak Alas Shahihayn]
Tidaklah bisa
bersabar menjalani ujian berat kecuali orang yang beriman kepada Allah. Maka
hendaknya kita berusaha sabar dalam menjalani ujian hidup ini dan hendaknya
kita merenungkan sabda Nabi SAW pada hadits uatam di atas yaitu : “Sesungguhnya
Allah Azza wa Jalla memberi harta kepada orang yang Dia cintai dan orang yang
Dia tidak cintai, dan (Allah) tidak memberi agama (keimanan) kecuali hanya
kepada siapa yang Dia cintai. Barang siapa yang diberi agama (keimanan) oleh
allah maka sungguh Allah mencintainya”. [HR Ahmad]
Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka
hati dan fikiran kita untuk senantiasa beriman dan bersabar sesuai yang
diteladankan oleh keluarga Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad SAW.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata :
_Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka
sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]