إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Monday, October 30, 2023

MAKANAN FAVORIT?

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah RA, Ia berkata :

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّ الْحَلْوَاءَ وَالْعَسَلَ

Rasul SAW senang manisan dan madu. [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Apa makanan favoritmu? Ya. Setiap orang punya makanan favorit dan kebanyakan orang akan berburu untuk mendapatkan makanan favoritnya. Terkadang ada orang yang menempuh puluhan kilo perjalanan hanya karena mengejar makanan yang disukainya. Dan ketika ia sudah di hadapan makanannya maka ia akan memenuhi perutnya.

 

Berbicara mengenai makanan maka memang kita butuh makan karena kita bukanlah malaikat yang tercipta tanpa nafsu makan dan tanpa membutuhkan terhadap makanan.  Maka dari itu Allah SWT mempersilahkan kita untuk amakan. Namun Allah mengingatkan :

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

akan dan minumlah kalian dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. [QS Al-A’raf : 31]

 

Dan Nabi SAW bersabda :

إِنَّ مِنْ السَّرَفِ أَنْ تَأْكُلَ كُلَّ مَا اشْتَهَيْتَ

Sesungguhnya termasuk berlebihan adalah engkau memakan semua makanan yang kau inginkan. [HR Ibnu Majah]

 

As-Sindy  berkata : Maka sepatutnya bagi orang mukmin agar menahan diri dari sebagian makan yang disukainya. [Hasyiyah As-Sindy] Imam Ghazali berkata :

إِنَّ مَقْصُودَ الْأَكْلِ بَقَاءُ الْحَيَاةِ وَقُوَّةُ الْعِبَادَةِ

“Tujuan makan adalah agar supaya kita tetap hidup dan kuat melaksanakan ibadah” [Ihya Ulumuddin]

 

Makan kekenyangan menyebabkan perut berat dan itu membuat malas beribadah dan sebaliknya sakitnya lapar membuat hati kita tidak bisa konsentrasi ketika beribadah.

 

Dalam satu kesimpulan, Imam Ghazali berkata :

فَمَنْ قَصْدُهُ مِنَ الْأَكْلِ التَّقَوِّي عَلَى الْعِبَادَةِ...كاَنَ مُطِيْعاً بِأَكْلِهِ...

Maka barang siapa yang bertujuan agar kuat ibadah dengan ia makan maka makannya termasuk ketaatan kepada Allah SWT [Ihya Ulumuddin]

 

Jika seseorang selalu memperturutkan keinginannya dengan makan yang enak-enak dan yang disukainya maka dikhawatirkan nanti di hari kiamat akan dikatakan kepadanya :

أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَا

"Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik semasa hidupmu di dunia dan kamu telah bersenang-senang dengannya.. [QS Al-Ahqaf : 20]

 

Sebagian Ulama Bashrah berkata : Nafsuku menginginkan agar aku makan roti dari beras dan lauk ikan namun aku tidak menurutinya. Semakin kuat keinginan nafsu tersebut maka semakin kuat penolakanku sehingga hal itu berlangsung selama 20 tahun. Tatkala ulama tersebut wafat maka ada yang bermimpi bertemu dengannya dan ketika ditanya apa yang diberikan oleh Allah kepadanya maka ia menjawab : Aku tidak bisa  menceritakan kenikmatan dan kemuliaan yang diberikan oleh Allah kepadaku, yang jelas pertama kali yang aku temui adalah makanan yang sangat aku inginkan selama dua puluh tahun itu yaitu roti dari beras dan lauk ikan. Allah berfirman kepadaku : “hari ini, Makanlah makanan kesukaanmu dengan lahap dan tanpa ada hisab”

كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ

 

“Makan dan minumlah kalian dengan sedap disebabkan amal yang telah kalian kerjakan pada hari-hari yang telah lalu”. [QS Al-Haqqah : 24]

 

Kisah yang lain disampaikan oleh Nafi’, ia berkata : Suatu ketika Ibnu Umar sedang sakit dan ia sangat menginginkan ikan segar maka aku mencarikan untuknya di madinah namun tidak aku temukan. Setelah beberapa hari maka aku menemukan penjual ikan segar. Akupun membelikan untuknya seharga 1,5 Dirham. Ikan tersebut aku panggang dan balut dengan roti lalu aku bawa kepadanya untuk dihidangkan. Ketika itu di depan rumahnya terdapat pengemis maka Ibnu Umar berkata : berikanlah ikan sekaligus rotinya kepada pengemis itu. Nafi’ berkata : Bagaimana engkau ini, Engkau sungguh menginginkan roti ini sejak beberapa hari yang lalu. Setelah susah payah untuk menemukannya, akankah kau memberikan makanan ini kepadanya? Ibnu Umar berkata : Sudah, bungkus saja dan berikan kepadanya. Nafi’ bergegas menemui pengemis dan berkata : Apakah kau bersedia menukar makanan ini dengan uang satu dirham? Pengemispun setuju dengan tawaran Nafi’ sehingga ikan dan roti tadi dihidangkan kembali kepada Ibnu Umar. Setelah mengetahui hal ini, Ibnu umar berkata : “Berikanlah makanan ini kepada pengemis tadi dan jangan jangan ambil kembali uang yang telah engkau berikan kepadanya karena Aku mendengan Nabi SAW bersabda :

أَيُّمَا امْرِئٍ اِشْتَهَى شَهْوَةً فَرَدَّ شَهْوَتَهُ وَآثَرَ بِهَا عَلَى نَفْسِهِ غَفَرَ اللهُ لَهُ

Barang siapa sangat menginginkan makanan yang disuakinya lalu ia menolak syahwatnya dan mendahulukan orang lain atas dirinya sendiri maka Allah mengampuni dosanya. [Ihya Ulumuddin]

 

Para ulama salaf menghindari makanan favorit mereka bukan karena makanan itu haram, tidak. Rasul SAW sebagaimana hadits utama diatas juga memiliki makanan favorit dan beliau juga memakannya. Namun ulama salaf berlaku demikian karena untuk mendidik nafsu dengan tidak selalu menuruti apa kata nafsu sebab nafsu itu kata orang jawa “diwenehi ati ngerogoh rempelo” (dikasih hati minta jantung), tidak akan pernah ada habisnya. Abu Sulaiman Ad-Darany berkata :

تَرْكُ شَهْوَةٍ مِنَ الشَّهَوَاتِ أَنْفَعُ لِلْقَلْبِ مِنْ صِيَامِ سَنَةٍ وَقِيَامِهَا

Meninggalkan satu keinginan dan beberapa keinginan syahwat itu lebih bermanfaat bagi hati daripada berpuasa dan qiyamul lail selama satu tahun.

 

Ada tips menarik jika kita dihadapkan kepada hidangan yang terdiri dari beberapa makanan, agar kita tidak menjadi rakus dan melahap semuanya hingga kekenyangan. Imam Ghazali berkata :

وَمَهْمَا وَجَدَ طَعَاماً لَطِيْفاً وَغَلِيْظاً فَلْيُقَدِّمْ اللَّطِيْفَ فَإِنَّهُ لَا يَشْتَهِي الْغَلِيْظَ بَعْدَهُ وَلَوْ قَدَّمَ الْغَلِيْظَ لَأَكَلَ اللَّطِيْفَ أَيْضاً لِلَطَافَتِهِ

Jika dihadapan seseorang terdapat makanan yang satu lembut (enak) dan yang satu lagi kasar (tidak enak) maka hendaklah ia memulai makan makanan yang enak. Karena dengan demikian, ia tidak akan bernafsu untuk makan makanan yang tidak enak setelah itu. (sehingga makannya sedikit). Namun jika ia memakan makana yang tidak enak terlebih dahulu niscaya ia akan memakan pula makanan yang enak setelahnya karena tertarik dengan enaknya makanan tersebut. [Ihya Ulumuddin]

 

Sehabis makan jangan pula langsung tidur, bahaya!. Di samping bahaya untuk kesehatan, juga bahaya untuk kepribadian kita. Nabi SAW bersabda :

أَذِيْبُوا طَعَامَكُمْ بِذِكْرِ اللهِ وَالصَّلَاةِ وَلَا تَنَامُوا عَلَيْهِ فَتَقْسُوَ قُلُوْبُكُمْ

Hancurkanlah (cernalah) makanan kalian (yang ada di dalam perut) dengan dzikir kepada Allah dan melaksanakan shalat. Dan janganlah kalian tidur dalam keadaan perut kenyang dengan makanan karena hal itu akan menyebabkan hati kalian menjadi keras. [HR Thabrani]

Dijelaskan oleh Imam Ghazali : Minimal hal itu dilakukan dengan dengan melaksanakan shalat 4 rekaat (dengan 2 rekaat salam, 2 rekaat salam) atau membaca tasbih 100X atau membaca AL-Quran 1 Juz setelah makan. [Ihya ulumuddin]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk tidak senantiasa memperturutkan hawa nafsu dalam segala hal sehingga kita terhindar dari perkara yang syubhat bahkan haram.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Saturday, October 21, 2023

JIHAD SANTRI

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Anas Bin Maik RA, Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ كَانَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ حَتَّى يَرْجِعَ

“Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu (syar’i) maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang (kembali ke rumahnya)”. [HR Turmudzi]

 

Catatan Alvers

 

Santri adalah sebutan bagi seseorang yang menuntut ilmu agama Islam di pesantren. Jika disebutkan dalam hadits di atas bahwa “Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu (syar’i) maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang (kembali ke rumahnya)” maka bisa dikatakan bahwa santri itu saat keluar dari rumahnya sama halnya ia pergi untuk berjihad. Al-Mubarakfuri berkata :

(فِي سَبِيلِ اللَّهِ) أَيْ فِي الْجِهَادِ لِمَا أَنَّ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ مِنْ إِحْيَاءِ الدِّيْنِ وَإِذْلَالِ الشَّيْطَانِ وَإِتْعَابِ النَّفْسِ كَمَا فِي الْجِهَادِ

Maksud dari perkataan (Fi Sabilillah) artinya seorang (penuntut ilmu agama) berada dalam jihad karena didalam menuntut ilmu terdapat usaha untuk menghidupkan agama dan menghinakan setan serta melemahkan nafsu sebagaimana dalam jihad di medan perang. [Tuhfatul Ahwadzi]

 

Karena mereka para santri terbilang berjihad, maka ketika di antara mereka ada meninggal di pesantren maka ia berpredikat mati syahid (akhirat) sebagaimana dalam hadits disebutkan :

إِذَا جَاءَ الْمَوْتُ لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَهُوَ عَلىَ هَذِهِ الْحَالَةِ مَاتَ وَهُوَ شَهِيْدٌ

Ketika kematian menghampiri penuntut ilmu ketika sedang menuntut ilmu maka ia mati syahid. [HR Al-Bazzar]

Bahkan Ibnu Abbas RA meriwayatkan bahwa Rasul SAW bersabda :

مَنْ جَاءَ أَجَلُهُ وَهُوَ يَطْلُبُ الْعِلْمَ لَقِيَ اللهَ وَلَمْ يَكُنْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّبِيِّيْنَ إِلَّا دَرَجَةُ النُّبُوَّةِ

Barang siapa ajalnya datang ketika ia sedang menuntut ilmu maka ia akan bertemu dengan Allah dalam keadaan tiada jarak diantara derajat dia dan para Nabi melainkan pangkat kenabian saja. [HR Thabrani]

 

Berperang itu tidak hanya dengan pedang tapi juga dengan perkataan. Jadi jika musuh menyerang dengan pedang maka dilawan dengan pedang dan jika musuh menyerang dengan perkataan maka dilawan dengan perkataan. Baginda Nabi SAW memerintahkan kaum muslimin untuk berjihad dengan keduanya, Beliau bersabda :

جَاهِدُوا الْمُشْرِكِيْنَ بِأَيْدِيْكُمْ وَأَلْسِنَتِكُمْ

Perangilah kaum musyrikin dengan tangan- tangan dan mulut-mulut kalian. [HR Ibnu Hibban]

Jihad dengan perkataan itu setara dengan jihad dengan pedang. Dan Nabi SAW bersabda :

إِنَّ الْمُؤْمِنَ يُجَاهِدُ بِسَيْفِهِ وَلِسَانِهِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَكَأَنَّمَا تَنْضَحُوْنَهُمْ بِالنَّبْلِ

Sesungguhnya orang mukmin itu berperang dengan pedangnya dan lisannya. Demi dzat yang mana jiwa berada dalam kekuasaan-Nya, seakan-akan kalian melempar musuh dengan anak panah. [HR Ahmad]

 

Bahkan jihad dengan perkataan itu lebih dahsyat akibatnya daripada jihad dengan pedang. Nabi SAW bersabda :

اهْجُوا قُرَيْشًا فَإِنَّهُ أَشَدُّ عَلَيْهَا مِنْ رَشْقٍ بِالنَّبْلِ

"Balaslah cacian kaum kafir Quraisy karena yang demikian itu lebih pedih bagi mereka daripada bidikan panah." [HR Muslim]

 

Rasulullah SAW pernah memerintah lbnu Rawahah, Ka'ab bin Malik untuk membalas serangan perkataan kaum kafir namun beliau belum puas hingga akhirnya beliau menyuruh Hassan bin Tsabit. Iapun menyambut baik perintah beliau ini. Hassan berkata :  “Telah tiba saatnya engkau (Rasul) mememerintah singa (Hassan) yang mengibas-ngibaskan ekornya, menjulurkan Iidahnya dan menggerak-gerakkannya.

وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَأَفْرِيَنَّهُمْ بِلِسَانِي فَرْيَ الْأَدِيمِ

“Demi Dzat yang telah mengutus engkau dengan membawa kebenaran, aku akan menyayat-nyayat (hati) kaum kafir Quraisy dengan lisanku seperti sayatan kulit."

 

Rasul SAW di satu sisi khawatir Hassan bin Tsabit akan menyerang nasab orang-orang quraiys yang mana hal ini akan berpotensi menjadi “senjata makan tuan” karena dalam nasab mereka ada nasab Rasul SAW. Maka beliau memerintahkannya untuk berkonsultasi dengan orang yang paling tahu tentang nasab Quraisy yaitu Abu Bakar. Dan sepulang darinya, Hassan berkata : Ya Rasulullah, nasab engkau telah aku ketahui silsilahnya.

وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَأَسُلَّنَّكَ مِنْهُمْ كَمَا تُسَلُّ الشَّعْرَةُ مِنْ الْعَجِينِ

Demi Dzat yang telah mengutus engkau dengan kebenaran, Aku akan mencabut engkau dari nasab mereka sebagaimana tercabutnya sehelai rambut dari adonan roti." [HR Muslim]

Lalu Rasul SAW bersabda :

إِنَّ رُوحَ الْقُدُسِ لَا يَزَالُ يُؤَيِّدُكَ مَا نَافَحْتَ عَنْ اللَّهِ وَرَسُولِهِ

Sesungguhnya Ruhul Qudus, Jibril senantiasa bersamamu selama engkau membela Allah dan Rasul-Nya. [HR Muslim]

 

Melestarikan ilmu itu sangat diperlukan sehingga kaum muslimin bisa juga membela agama dengan ilmu mereka saat perang dan pasca perang mereka bisa menjaga kelestarian ilmu. Maka dari itu saat terjadi peperangan, tidak semua warga diharuskan pergi ke medan perang, ada sebagian dari mereka yang diperintahkan untuk tetap tinggal dengan tujuan untuk mengkaji ilmu agama. Allah SWT berfriman :

 

وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. [QS at-Taubah : 122]

 

Betapa pentingnya melestarikan Ilmu sehingga Nabi membebaskan tawanan perang jika ia bisa mengajarkan baca tulis yang merupakan sarana utama menuntut ilmu. Ibnu Abbas RA berkata :

كَانَ نَاسٌ مِنْ الْأَسْرَى يَوْمَ بَدْرٍ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ فِدَاءٌ فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِدَاءَهُمْ أَنْ يُعَلِّمُوا أَوْلَادَ الْأَنْصَارِ الْكِتَابَةَ

Beberapa tawanan perang Badar tidak memiliki uang tebusan maka Rasul SAW menjadikan tebusannya dengan mengajari anak-anak Anshar baca tulis. [HR Ahmad]

 

Seperti itulah jihad santri. Dengan memperdalam ilmu agama, mereka bisa mempertahankan Agama Islam dari “ghazwul fikri” serangan-serangan pemikiran yang menyudutkan ajaran Islam dan dengan mengajarkannya mereka bisa melestarikan eksistensi Agama yang diajarkan oleh Rasul SAW.

Wallahu A’lam. Selamat Hari Santri Nasional, Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan pikiran kita untuk lebih giat mengaji dan mengkaji ajaran Islam karena itu adalah bagian dari jihad kaum santri.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Friday, October 13, 2023

MODE CANTIK MAKSIMAL

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr RA, Nabi SAW bersabda :

الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

“Dunia ini adalah perhiasan. Dan perhiasan dunia yang paling baik adalah wanita shalihah.” [HR Muslim]

 

Catatan Alvers

 

Fitrah setiap pria adalah menyukai wanita. Allah SWT berfirman :

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita… [QS Ali Imran : 14]

Semua pria normal akan menyukai wanita tak terkecuali Rasul SAW. Rasul SAW bersabda :

إِنَّمَا حُبِّبَ إِلِيَّ مِنْ دُنْيَاكُمُ النِّسَاءُ وَالطِّيبُ وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ

“Dijadikan kecintaan pada diriku dari dunia kalian ; wanita-wanita dan wewangian serta dijadikannya penyejuk hatiku dalam shalat” [HR Baihaqi]

Wanita, parfum dan shalat. Dari tiga perkara itu, dua yang pertama adalah berlaku untuk kebanyakan manusia namun tidak untuk yang ketiga. Secara fitrah lelaki akan lebih tertarik kepada wanita yang cantik. Hal ini sebagaimana Rasul menjelaskan kecondongan manusia dalam menikah. Beliau bersabda :

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا

Wanita itu (biasanya terpilih untuk) dinikahi karena empat hal  yaitu karena hartanya, nasabnya, kecantikannya dan karena agamanya. [HR Bukhari]

 

Istri yang cantik akan berpotensi lebih besar untuk menjadikan suami senang ketika memandangnya. Dan ini merupakan salah satu unsur yang menjadikan istri sebagai wanita shalihah yang disabdakan oleh Nabi SAW pada hadits utama di atas : “Dunia ini adalah perhiasan. Dan perhiasan dunia yang paling baik adalah wanita shalihah.” [HR Muslim]

As-sindy berkata :

قَوْلُهُ مَتَاعٌ أَيْ مَحَلٌّ لِلْاِسْتِمْتَاعِ

Sabda Nabi “perhiasan” dalam hadits itu maksudnya adalah tempat untuk bersenang-senang. [Hasyiyah As-Sindy]

Al-Qurtubi berkata : Wanita shalihah dalam hadits tersebut dijelaskan dalam sabda Nabi yang lain yaitu :

اَلَّتِي إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ، وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ، وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهِ

Wanita yang tatkala suami memandangnya maka ia membahagiakannya, jika suami memerintahnya maka ia mentaatinya, dan ketika suami pergi maka ia bisa menjaga diri sendiri dan harta saumi. [Tathriz Riyadis Shalihin]

Rasul SAW sendiri memuji sang istri, sayyidah Aisyah yang berkulit putih dengan memanggilnya “Humaira”. Diriwayatkan bahwa suatu ketika orang-orang Habasyah masuk masjid dan menunjukkan atraksi permainan di dalam masjid, lalu Rasulullah SAW berkata kepada Aisyah :

يَا حُمَيْرَاءُ أَتُحِبِّيْنَ أَنْ تَنْظُرِي إِلَيْهِمْ

“Wahai Humaira, apakah engkau mau melihat mereka?”

Lalu Aisyah menjawab, “Iya.” Maka Nabi SAW berdiri di depan pintu, lalu aku datang dan aku letakkan daguku pada pundak Rasulullah SAW dan aku tempelkan wajahku pada pipi beliau.” [HR An-Nasa’i]

 

Ibnu Mandzur berkata :

كاَنَ يَقُولُ لَهَا أَحْيَاناً تَصْغِيْرُ الْحَمْرَاءِ يُرِيْدُ الْبَيْضَاءَ

Rasulullah terkadang memanggil Aisyah dengan sebutan “Humaira” yang merupakan bentuk tasghir dari kata “Al-Hamra” (merah) yang dimaksud beliau adalah wanita yang berkulit putih. [Lisanul Arab]

 

Mengapa Humaira (merah) bermakna putih? Al-Asqalany menyebutkan :

وَالْعَرَبُ تُطْلِقُ عَلَى الْأَبْيَضِ الْأَحْمَرَ كَرَاهَةَ اسْمِ الْبَيَاضِ لِكَوْنِهِ يُشْبِهُ الْبَرَصَ ، وَلِهَذَا كَانَ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ لِعَائِشَةَ يَا حُمَيْرَاءُ

Orang Arab menyebut (kulit yang) putih dengan kata “Ahmar” (merah) karena mereka tidak menyukai sebutan putih sebab putih itu serupa dengan putihnya barash (penyakit belang). Maka dari itu Rasul memanggil Aisyah dengan “Ya Humaira”. [Fathul Bari]

 

Dengan demikian, jika istri memakai make up dan skincare supaya tampil cantik di hadapan suami sehingga suami senang saat memandangnya, bukan untuk pamer kecantikan atau kesombongan  maka hal itu adalah perbuatan terpuji. Istri yang shalihah akan menjaga penampilannya untuk suami agar tetap terlihat cantik dan menarik. Umamah Bintul Harits berpesan kepada putrinya ketika menikah :

يَا بُنَيَّةُ ... فَلَا تَقَعْ عَيْنَاهُ مِنْكِ عَلَى قَبِيْحٍ ، وَلَا يَشُمَّ أَنْفُهُ مِنْكِ إِلَّا أَطْيَبَ الرِّيْحِ

Wahai putriku, jangan sampai padangan suamimu melihat sesuatu yang jelek darimu, dan jangan pula hidungnya mencium darimu melainkan bau yang wangi. [Jamharatul Amtsal]

 

Dan sebaliknya, suami juga harus berpenampilan baik. Ibnu Abbas RA berkata :

أُحِبُّ أَنْ أَتَزَيَّنَ لِلْمَرْأَةِ كَمَا أَحَبَّ أَنْ تَتَزَيَّنَ لِي

Aku senang berhias untuk istriku sebagaimana aku senang istriku berhias untukku. [Tafsir At-Thabari]

 

Kalau dalam hadits utama disabdakan perhiasan dunia yang paling baik adalah wanita shalihah” maka ingat Rasul SAW juga bersabda :

الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِهَا اَلزَّوْجُ الصَّالِحُ

Dunia dalah perhiasan dan perhiasan terbaiknya adalah suami yang shalih. [HR Thabrani]

 

Dan yang tak boleh terlewatkan, mempercantik wajah jangan sampai melupakan mempercantik akhlak, bahkan hal itu yang lebih penting sehingga Nabi menambahkan “jika suami memerintahnya maka ia mentaatinya”. Dan Nabi SAW mengajarkan doa :

اللَّهُمَّ كَمَا حَسَّنْتَ خَلْقِي فَحَسِّنْ خُلُقِي

Ya Allah, sebagaimana Engkau baguskan fisikku, maka baguskanlah akhlakku." [Al-Adzkar lin Nawawi]

 

Wahai para istri, tampillah di hadapan suami dengan mode cantik maksimal. Jangan lupa, jika bibir pakai lipstik maka hiasi pula bibir dengan kata kata lembut.  Jika pipi sudah pakai blush on maka hiasi pula pipi dengan lesung pipi seyum. Jika mata dihiasi dengan celak maka jadikan mata dengan pandangan cinta dan memuliakan. Jika jari jemari sudah dihiasi hena maka hiasi pula jari itu dengan sentuhan lembut.  

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk menjaga penampilan kita di hadapan pasangan sehingga keluarga tetap harmonis dan samara.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]