ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah RA, Ia
berkata :
كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّ الْحَلْوَاءَ وَالْعَسَلَ
Rasul SAW senang manisan dan madu. [HR
Bukhari]
Catatan Alvers
Apa makanan favoritmu? Ya. Setiap orang punya
makanan favorit dan kebanyakan orang akan berburu untuk mendapatkan makanan
favoritnya. Terkadang ada orang yang menempuh puluhan kilo perjalanan hanya
karena mengejar makanan yang disukainya. Dan ketika ia sudah di hadapan
makanannya maka ia akan memenuhi perutnya.
Berbicara mengenai makanan maka memang kita
butuh makan karena kita bukanlah malaikat yang tercipta tanpa nafsu makan dan tanpa
membutuhkan terhadap makanan. Maka dari
itu Allah SWT mempersilahkan kita untuk amakan. Namun Allah mengingatkan :
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ
الْمُسْرِفِينَ
’akan dan minumlah kalian dan janganlah
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan. [QS Al-A’raf : 31]
Dan Nabi SAW bersabda :
إِنَّ مِنْ السَّرَفِ أَنْ تَأْكُلَ كُلَّ مَا اشْتَهَيْتَ
Sesungguhnya termasuk
berlebihan adalah engkau memakan semua makanan yang kau inginkan. [HR Ibnu
Majah]
As-Sindy berkata : Maka sepatutnya bagi orang mukmin
agar menahan diri dari sebagian makan yang disukainya. [Hasyiyah As-Sindy] Imam
Ghazali berkata :
إِنَّ مَقْصُودَ الْأَكْلِ بَقَاءُ الْحَيَاةِ وَقُوَّةُ
الْعِبَادَةِ
“Tujuan makan adalah agar
supaya kita tetap hidup dan kuat melaksanakan ibadah” [Ihya Ulumuddin]
Makan kekenyangan menyebabkan
perut berat dan itu membuat malas beribadah dan sebaliknya sakitnya lapar
membuat hati kita tidak bisa konsentrasi ketika beribadah.
Dalam satu kesimpulan, Imam
Ghazali berkata :
فَمَنْ قَصْدُهُ مِنَ الْأَكْلِ التَّقَوِّي عَلَى الْعِبَادَةِ...كاَنَ
مُطِيْعاً بِأَكْلِهِ...
Maka barang siapa yang
bertujuan agar kuat ibadah dengan ia makan maka makannya termasuk ketaatan
kepada Allah SWT [Ihya Ulumuddin]
Jika seseorang selalu
memperturutkan keinginannya dengan makan yang enak-enak dan yang disukainya
maka dikhawatirkan nanti di hari kiamat akan dikatakan kepadanya :
أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا
وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَا
"Kamu telah menghabiskan
rezkimu yang baik semasa hidupmu di dunia dan kamu telah bersenang-senang
dengannya.. [QS Al-Ahqaf : 20]
Sebagian Ulama Bashrah
berkata : Nafsuku menginginkan agar aku makan roti dari beras dan lauk ikan
namun aku tidak menurutinya. Semakin kuat keinginan nafsu tersebut maka semakin
kuat penolakanku sehingga hal itu berlangsung selama 20 tahun. Tatkala ulama
tersebut wafat maka ada yang bermimpi bertemu dengannya dan ketika ditanya apa
yang diberikan oleh Allah kepadanya maka ia menjawab : Aku tidak bisa menceritakan kenikmatan dan kemuliaan yang diberikan
oleh Allah kepadaku, yang jelas pertama kali yang aku temui adalah makanan yang
sangat aku inginkan selama dua puluh tahun itu yaitu roti dari beras dan lauk ikan.
Allah berfirman kepadaku : “hari ini, Makanlah makanan kesukaanmu dengan lahap
dan tanpa ada hisab”
كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي
الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ
“Makan dan minumlah kalian dengan
sedap disebabkan amal yang telah kalian kerjakan pada hari-hari yang telah lalu”.
[QS Al-Haqqah : 24]
Kisah yang lain
disampaikan oleh Nafi’, ia berkata : Suatu ketika Ibnu Umar sedang sakit dan ia
sangat menginginkan ikan segar maka aku mencarikan untuknya di madinah namun
tidak aku temukan. Setelah beberapa hari maka aku menemukan penjual ikan segar.
Akupun membelikan untuknya seharga 1,5 Dirham. Ikan tersebut aku panggang dan balut
dengan roti lalu aku bawa kepadanya untuk dihidangkan. Ketika itu di depan rumahnya
terdapat pengemis maka Ibnu Umar berkata : berikanlah ikan sekaligus rotinya kepada
pengemis itu. Nafi’ berkata : Bagaimana engkau ini, Engkau sungguh menginginkan
roti ini sejak beberapa hari yang lalu. Setelah susah payah untuk menemukannya,
akankah kau memberikan makanan ini kepadanya? Ibnu Umar berkata : Sudah,
bungkus saja dan berikan kepadanya. Nafi’ bergegas menemui pengemis dan berkata
: Apakah kau bersedia menukar makanan ini dengan uang satu dirham? Pengemispun setuju
dengan tawaran Nafi’ sehingga ikan dan roti tadi dihidangkan kembali kepada Ibnu
Umar. Setelah mengetahui hal ini, Ibnu umar berkata : “Berikanlah makanan ini
kepada pengemis tadi dan jangan jangan ambil kembali uang yang telah engkau
berikan kepadanya karena Aku mendengan Nabi SAW bersabda :
أَيُّمَا امْرِئٍ اِشْتَهَى شَهْوَةً فَرَدَّ شَهْوَتَهُ
وَآثَرَ بِهَا عَلَى نَفْسِهِ غَفَرَ اللهُ لَهُ
Barang siapa sangat
menginginkan makanan yang disuakinya lalu ia menolak syahwatnya dan
mendahulukan orang lain atas dirinya sendiri maka Allah mengampuni dosanya.
[Ihya Ulumuddin]
Para ulama salaf
menghindari makanan favorit mereka bukan karena makanan itu haram, tidak. Rasul
SAW sebagaimana hadits utama diatas juga memiliki makanan favorit dan beliau
juga memakannya. Namun ulama salaf berlaku demikian karena untuk mendidik nafsu
dengan tidak selalu menuruti apa kata nafsu sebab nafsu itu kata orang jawa “diwenehi
ati ngerogoh rempelo” (dikasih hati minta jantung), tidak akan pernah ada
habisnya. Abu Sulaiman Ad-Darany berkata :
تَرْكُ شَهْوَةٍ مِنَ الشَّهَوَاتِ أَنْفَعُ لِلْقَلْبِ
مِنْ صِيَامِ سَنَةٍ وَقِيَامِهَا
Meninggalkan satu keinginan
dan beberapa keinginan syahwat itu lebih bermanfaat bagi hati daripada berpuasa
dan qiyamul lail selama satu tahun.
Ada tips menarik jika
kita dihadapkan kepada hidangan yang terdiri dari beberapa makanan, agar kita
tidak menjadi rakus dan melahap semuanya hingga kekenyangan. Imam Ghazali
berkata :
وَمَهْمَا وَجَدَ طَعَاماً لَطِيْفاً وَغَلِيْظاً فَلْيُقَدِّمْ
اللَّطِيْفَ فَإِنَّهُ لَا يَشْتَهِي الْغَلِيْظَ بَعْدَهُ وَلَوْ قَدَّمَ الْغَلِيْظَ
لَأَكَلَ اللَّطِيْفَ أَيْضاً لِلَطَافَتِهِ
Jika dihadapan seseorang
terdapat makanan yang satu lembut (enak) dan yang satu lagi kasar (tidak enak)
maka hendaklah ia memulai makan makanan yang enak. Karena dengan demikian, ia tidak
akan bernafsu untuk makan makanan yang tidak enak setelah itu. (sehingga
makannya sedikit). Namun jika ia memakan makana yang tidak enak terlebih dahulu
niscaya ia akan memakan pula makanan yang enak setelahnya karena tertarik dengan
enaknya makanan tersebut. [Ihya Ulumuddin]
Sehabis makan jangan pula langsung tidur,
bahaya!. Di samping bahaya untuk kesehatan, juga bahaya untuk kepribadian kita.
Nabi SAW bersabda :
أَذِيْبُوا طَعَامَكُمْ بِذِكْرِ اللهِ وَالصَّلَاةِ
وَلَا تَنَامُوا عَلَيْهِ فَتَقْسُوَ قُلُوْبُكُمْ
Hancurkanlah (cernalah) makanan kalian (yang
ada di dalam perut) dengan dzikir kepada Allah dan melaksanakan shalat. Dan
janganlah kalian tidur dalam keadaan perut kenyang dengan makanan karena hal
itu akan menyebabkan hati kalian menjadi keras. [HR Thabrani]
Dijelaskan oleh Imam Ghazali : Minimal hal
itu dilakukan dengan dengan melaksanakan shalat 4 rekaat (dengan 2 rekaat salam,
2 rekaat salam) atau membaca tasbih 100X atau membaca AL-Quran 1 Juz setelah
makan. [Ihya ulumuddin]
Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka
hati dan fikiran kita untuk tidak senantiasa memperturutkan hawa nafsu dalam
segala hal sehingga kita terhindar dari perkara yang syubhat bahkan haram.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata :
_Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka
sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]