إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Saturday, May 18, 2024

RIZKI ANAK SHALIH

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Anas Bin Malik RA, Rasul SAW bersabda :

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

“Barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan dipanjangkan usianya, hendaklah ia menjalin silaturahim”. [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Sering kali kita mendengar ungkapan “Alhamdulillah, Rizki Anak Shalih” ketika seseorang mendapat rizki yang tak terduga. Yang menjadi pertanyaan, benarkah keshalihan akan mendatangkan tambahan rizki untuk seseorang?. Apa benar demikian?. Sudah maklum bagi kita bahwa silaturahim itu dapat menambah rizki. Dalam hadits utama disebutkan : “Barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan dipanjangkan usianya, hendaklah ia menjalin silaturahim”. [HR Bukhari]. Inilah yang menjadi kunci jawaban pertanyaan tadi. Silaturrahmi merupakan perilaku kebaikan untuk menyambung hubungan dengan sanak kerabat. Berbicara sanak kerabat maka tidak ada sanak kerabat yang utama melainkan dari jalur kedua orang tua. Maka dari itu orang tua adalah inti dari kerabat itu sendiri sehingga silaturahmi yang utama adalah silaturahmi kepada orang tua. Syeikh Badruddin Al-Ayni berkata :

بِرُّ الْوَالِدَيْنِ مِنْ أَعْظَمِ صِلَةِ الرَّحِمِ

Berbakti kepada kedua orang tua adalah termasuk silaturrahim yang paling agung (utama). [Umdatul Qari]

 

Jika silaturahmi dengan kerabat bisa menjadi sebab diluaskannya rizki seseorang maka tentulah bisa dikatakan pula bahwa berbakti kepada orang tua itu dapat meluaskan rizki seseorang, bahkan itu adalah yang utama. Berikut ini beberapa kisah yang menguatkan kesimpulan bahwa berbakti kepada orang tua itu dapat meluaskan rizki.

 

Al-Baghawi dalam tafsirnya menceritakan tentang seorang shalih dari kalangan Bani Israil yang mempunyai anak laki-laki kecil. Ia mempunyai seekor anak sapi betina yang dibawanya ke dalam hutan.  Ia berkata, “Ya Allah! Aku titipkan anak sapi ini kepada-Mu untuk anakku kelak jika dia dewasa.” Dan tidak lama kemudian orang shaleh itu meninggal dunia.

 

Singkat cerita, sang anak tadi tumbuh dewasa menjadi pemuda yang berbakti kepada ibunya. Pada suatu hari sang ibu menyuruhnya untuk pergi ke hutan untuk mencari anak sapi betina warisan ayahnya. Iapun masuk ke dalam hutan untuk mencarinya dan dengan izin Allah SWT iapun mendapatkannya. Ketika hendak dibawa pulang, ia terkejut melihat sapi itu berbicara agar ia menaikinya. Pemuda itu menolak dengan alasan sang ibu tidak memerintahkan untuk menaikinya. Setibanya di rumah, sang ibu menyuruhnya untuk menjual sapi tersebut dengan harga tiga dinar seperti harga pasarannya dengan catatan melapor kepada ibunya. 

 

Ada calon pembeli yang bersedia membayar enam dinar, dengan syarat dijual langsung tanpa pemuda itu lapor kepada ibunya terlebih dahulu. Pemuda itu berkata:

لَوْ أَعْطَيْتَنِي وَزْنَهَا ذَهَبًا لَمْ آخُذْهُ إِلَّا بِرِضَى أُمِّي

“Seandainya engkau memberiku emas seberat sapi ini pun, saya tidak akan mengambilnya melainkan dengan ridla ibuku.”

 

Pemuda itu pulang untuk melapor kepada ibunya dan sang ibu menyetujui harga tersebut. Namun sekembalinya, calon pembeli bersedia membelinya dengan harga dua belas dinar asal tidak melapor kepada ibunya. Namun pemuda itu lagi-lagi menolaknya. Iapun kembali lagi ke rumah dan ibunya berkata :  “Calon pembeli tadi adalah malaikat yang menyamar sebagai manusia untuk mengujimu, tanyakanlah kepadanya apakah sapi ini jadi dijual ataukah tidak”. Pemuda itu pun melakukan perintah ibunya. Sang malaikat berkata :  “Kembalilah kepada ibumu. Biarkanlah sapi ini, jangan dijual dulu  karena nanti Nabi Musa AS akan menyuruh bani Israil membelinya darimu sebagai satu syarat untuk mengungkap kasus pembunuhan misterius di kalangan mereka. Saat itu, jangan kau jual kecuali dengan kepingan uang dinar yang memenuhi kulitnya”.

Lalu terjadilah apa yang dikatakan oleh malaikat tadi sebagaimana tersebut dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 67-73. Lalu pemuda itu memiliki banyak harta berkat penjualan sapi tersebut. Al-Baghawi lantas berkata :

مُكَافَأَةً لَهُ عَلَى بِرِّهِ بِوَالِدَتِهِ فَضْلًا مِنْهُ وَرَحْمَةً

(Rizki Uang dinar itu) sebagai imbalan bagi pemuda shalih atas kebaktiannya kepada ibunya, dan sebagai wujud anugerah serta rahmat dari Allah SWT. [Tafsir Al-Baghawi]

 

Tidak hanya rizki berupa harta, anak yang shalih juga diberikan doa yang mustajabah. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits yang mengisahkan tiga orang yang terjebak di dalam gua karena ada batu besar yang jatuh dari atas gunung dan menutup pintu gua. Satu persatu berdoa dengan menyebut amal kebaikan mereka sehingga Allah membuka batu yang menyumbat gua tersebut. Salah seorang dari mereka yang merupakan anak shalih berkata :  “Ya Allah, dahulu aku memiliki kedua orang tua yang sudah renta. Aku tidak memberi minuman untuk keluargaku atau hewan ternakku, sebelum aku memberi  minuman untuk keduanya. Suatu saat Aku telat kembali ke rumah hingga larut malam, maka aku segera membuatkan minuman untuk mereka, namun ternyata kedua orang tuaku telah tertidur. Akupun menunggu mereka terbangun dari tidur sambil aku pegangi gelas minuman tersebut hingga terbit fajar dan mereka terbangun lalu mereka meminumnya”. Dibagian akhir, anak shalih itu bermunajat :

اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَفَرِّجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ

“Ya Allah, jika aku melakukan hal itu karena mengharap ridla-Mu, maka lepaskanlah kami dari batu ini.” [HR Bukhari]

 

Demikianlah balasan amal shalih. Dan Allah SWT menegaskan hal itu dalam firman-Nya :

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً

“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik ...” [QS An-Nahl: 97].

Yang dimaksud dengan kehidupan yang baik pada ayat ini menurut Ibnu Abbas adalah rizki yang baik semasa di dunia dan kebahagiaan. [Tafsir At-Thabari]

 

Dan sebaliknya, amal kejelekan dan maksiat akan menyebabkan terhalangnya rizki seseorang. Nabi SAW bersabda :

وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ

“Sesungguhnya seseorang akan terhalang rizkinya karena dosa yang dia lakukan." [HR Ibnu Majah]

Maksud rizki di sini adalah rizki khusus yang berada di luar takdir umum. Atau merupakan bagian dari rizki yang ditetapkan dalam takdir “muallaq” yaitu takdir yang pelaksanaannya sangat dipengaruhi oleh usaha manusia. Dengan kata lain, takdir muallaq ini bisa berubah-ubah sesuai dengan usaha maupun doa seseorang.

Lantas bagaimana dengan ungkapan “Alhamdulillah, Emang Rizki Anak Shalih”, Apakah boleh diucapkan? karena banyak postingan menyebut hal itu terlarang karena penyataan itu berarti menyanjung dan mensucikan dirinya sendiri. [viva co id] Sementara Prof Qurais Shihab memaknai perkataan itu sebagai gambaran dari optimisme dan harapan seseorang sehingga diperbolehkan. [narasi tv] Maka menurut hemat saya, jika seseorang mengatakannya dengan tujuan bersyukur kepada Allah atas rizki yang didapatkan pasca melakukan amal shalih dan sebagai pengakuan akan kebenaran janji Allah dan nabi-Nya serta sebagai motivasi kepada orang lain untuk berbuat amal shalih maka ucapan demikian tentulah bagian dari perilaku yang terpuji.

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk terus beramal shalih lillahi ta’ala dan tidak menghapuskannya dengan sifat ujub dan sombong serta terus berbaik sangka kepada orang lain sebagai wujud penerapan amal shalih kita.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi SAW  menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah kita semua.

Thursday, May 16, 2024

MENJADI ANAK DURHAKA

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda :

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

"Setiap anak terlahir dalam keadaan fithrah. Maka kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi. [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Viral di medos, seorang lansia asal surabaya yang menderita stroke dilimpahkan oleh kedua anaknya sendiri ke sebuah Panti Jompo di Malang jatim. Pihak panti lalu menjemput sang bapak dengan kondisi diterlantarkan dengan menumpang di rumah kerabatnya di Rusunawa. Mirisnya sang anak berpesan kepada panti “Kalau ayah saya meninggal, saya tidak usah dikabari. Langsung dikubur saja”.  Sang anak mengaku sakit hati karena sejak kecil tak dapat perhatian seorang ayah. Panti menggolongkan bapak tersebut sebagai lansia terbuang. (12/24) [tribunnews com] Kisah bapak itupun viral di media sosial dan menyita perhatian warganet. Banyak warganet yang pro kontra dengan keputusan dua anak kandung tersebut. Benarlah kata pepatah : “satu ibu bisa mengasuh 10 anak, tapi 10 anak belum tentu mampu mengasuh satu ibu”. Terlepas dari apa yang menjadi latar belakangnya mari kita doakan semoga anak-anaknya dibukakan pintu hati agar bisa berbakti dengan merawat bapaknya dengan baik.

 

Mengapa anak tumbuh dewasa menjadi anak durhaka? Anak durhaka boleh jadi sebagai wujud pembalasan anak atas perlakuan orang tua kepada anaknya ketika  ia masih kecil. Ibnul Qayyim Al-Jauziyah pernah mengisahkan seorang anak yang durhaka kepada ayahnya dan ketika ditanya oleh sang bapak mengenai penyebabnya, ia menjawab :

يَا أَبَتِ إِنَّكَ عَقَقْتَنِي صَغِيرًا فَعَقَقْتُكَ كَبِيرًا وَأَضَعْتَنِي وَلِيْدًا فَأَضَعْتُكَ شَيْخًا

Wahai ayahku, sesungguhnya engkau telah berbuat durhaka kepadaku ketika aku masih kecil maka aku durhaka kepadamu ketika aku besar. Engkau menyia-nyiakan aku ketika aku kecil dan akupun menyia-nyiakanmu ketika engkau tua. [Tuhfatul Mawdud fi Ahkamil mawlud]

 

Ada juga kemungkinan anak menjadi durhaka karena orang tuanya dahulu juga durhaka kepada orangtuanya. Dalam bahasa jawa dikenal dengan istilah “Kwalat”. Tsabit Al-Bunani (Tabi’in) bercerita : “Ada seorang lelaki memukul ayahnya di satu tempat umum. Orang-orang di sana sama-sama mencegah sang anak agar ia tidak memukuli ayahnya namun ayahnya menyuruh orang-orang di sana agar membiarkan anaknya memukulinya. Lalu dia menjelaskan alasannya. Dahulu di tempat ini juga aku memukul ayahku maka aku sekarang diuji dengan anakku yang memukuli aku.

هَذَا بِذَاكَ ، وَلَا لَوْمَ عَلَيْهِ

Ini adalah balasan dari perbuatan jelekku dan dia tidak patut disalahkan!”. [Tanbihul Ghafilin]

 

Anak sebagaimana dijelaskan oleh Nabi SAW pada hadits utama di atas, adalah terlahir dalam keadaan fithrah, suci. Maka kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi. [HR Bukhari] dan Al-Qadhi Abu Bakar Ibnul Araby berkata :

إِنَّ الصَّبِيَّ أَمَانَةٌ عِنْدَ وَالِدَيْهِ ، وَقَلْبُهُ الطَّاهِرُ جَوْهَرَةٌ نَفِيْسَةٌ سَاذِجَةٌ خَالِيَةٌ عَنْ كُلِّ نَقْشٍ وَصُوْرَةٍ

“Anak kecil adalah titipan (Allah) kepada ke dua orangnya. Hatinya yang masih suci itu layaknya permata yang mahal yang masih putih dan bersih dari ukiran dan gambar”.

Ia bisa diukir dengan gambar apa saja dan bisa arahkan kemana saja. Jika ortu membiasakannya melakukan kebaikan dan mengajarkannya maka ia akan tumbuh besar dengan kebaikan tersebut dan akan bahagia dunia akhirat. Orang tua, pendidik dan guru juga akan mendapat bagian pahala dari kebaikan yang dilakukannya. Namun jika ortu membiasakan anak melakukan kejelekan dan membiarkannya maka ia akan celaka dan binasa. Ortu dan wali juga akan menanggung dosa dari setiap kejelekannya. [Al-Mawsuah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah]

 

Maka orang tua wajib memberikan pendidikan agama kepada anak-anaknya. Sayyidina Ali menafsiri perintah Allah SWT untuk menjaga keluarga dari api neraka pada firman-Nya:

قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا 

Jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka. [QS At-Tahrim : 6]

dengan menjelaskan juknis (petunjuk teknisnya) yaitu :

عَلِّمُوْهُمْ، وَأَدِّبوُهُمْ

Ajarkanlah kepada mereka (anak dan istri kalian) ; ilmu agama dan tata krama. [Tafsir Ta-Thabari]

 

Anak yang tumbuh dewasa dalam kondisi tidak mengetahui tata krama dan ilmu agama maka akan rentan menjadi anak durhaka. Ada seorang ulama dari samarkand ia mengisahkan bahwa suatu ketia ia didatangi oleh seorang bapak-bapak. Ia mengadukan bahwa dirinya telah dipukul oleh anaknya sendiri. Ulama bertanya :

هَلْ عَلَّمْتَهُ الْأَدَبَ وَالْعِلْمَ

“apakah engkau telah mengajarkan kepadanya tata krama dan ilmu?”

Ia menjawab : tidak. Ulama bertanya : apakah engkau telah mengajarkan kepadanya Al-Qur’an? Ia menjawab : tidak. Lantas apa kesibukannya? Ia menjawab : bercocok tanam. Ulama berkata : “Boleh jadi di pagi hari  ketika ia hendak pergi ke sawah dengan naik himar sedang di depannya ada sapi-sapi dan di belakangnya ada anjing (penjaga). Karena ia tidak pandai membaca Qur’an maka ia mendendangkan lagu. Dan ketika saat itu engkau mendekatinya maka ia menyangka engkau adalah sapi, (sehingga ia memukulmu). Untunglah kepalamu tidak hancur”. [Tanbihul Ghafilin]

 

Kisah lain terjadi pada zaman khalifah Umar RA. Ada seorang lelaki membawa putranya menghadap kepada khalifah untuk mengadukan sang putra yang durhaka kepadanya.  Sang anak bertanya kepada khalifah : “Apakah anak memiliki hak atas ayahnya?”. Khalifah menjawab: Iya, yaitu Memilih ibu yang baik, memberi nama yang baik dan mengajarkan Al-Quran kepada anaknya. Sang anak berkata : “Wahai amirul mukminin. Ayahku tidak melakukan semua itu, Ibuku adalah wanita negro (zanjiyah) budak milik seorang majusi, ia memberi nama kepadaku dengan nama “Ju’lan” (kumbang), dan ia tidak mengajariku Al-qur’an walaupun sekedar satu huruf “.

Khalifah menoleh kepada sang ayah dan berkata :

جِئْتَ إِلَيَّ تَشْكُو عُقُوْقَ ابْنِكَ وَقَدْ عَقَقْتَهُ قَبْلَ أَنْ يَعُقَّكَ وَأَسَأْتَ إِلَيْهِ قَبْلَ أَنْ يُسِيْءَ إِلَيْكَ

Engkau datang kepadaku untuk mengadukan kedurhakaan anakmu sementara engkau terlebih dahulu durhaka kepadanya sebelum ia durhaka kepadamu. Dan engkau terlebih dahulu berbuat jelek kepada anakmu sebelum ia berbuat jelek kepadamu. [Abdullah Nashih, Tarbiyatul Awald fil islam / Majallatul Jamiatil Islamiyyah bin madinah Al-Munawwarah]

 

Di samping mengajarkan, tentunya orang tua juga harus memberi contoh dalam hal kebaikan. Kata pepatah “ Buah akan jatuh tak jauh dari pohonnya”. Dalam lanjutan hadits utama di atas, Nabi menjelaskan bahwa kondisi anak tidak akan jauh dari kondisi bapaknya. Nabi SAW bersabda :

كَمَثَلِ الْبَهِيمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيمَةَ هَلْ تَرَى فِيهَا جَدْعَاءَ

Sebagaimana binatang ternak yang sempurna akan melahirkan binatang ternak yang sempurna pula. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?". [HR Bukhari]

 

Selanjutnya, orang tua sebaiknya menolong anaknya agar ia menjadi anak yang berbakti sebagaimana dalam hadits disebutkan :

رَحِمَ اللهُ وَالِدًا أَعَانَ وَلَدَهُ عَلَى بِرِّهِ

Allah SWT merahmati orang tua yang menolong anaknya untuk birrul walidayn (berbakti kepada orang tuanya) [HR Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf]

 

Bagaimana caranya? Al-Faqih abu al-Laits menjelaskan : Orang tua tidak banyak menyuruh-nyuruh anaknya yang kemungkinan berakibat anak tersebut enggan melaksanakan sebagian besar perintah orangtua dan selanjutnya hal itu akan menyebabkan konsekwensi anak tadi berstatus durhaka. Dengan tidak menyuruh-nyuruh anak, maka orangtua telah menjauhkan anak dari kedurhakaan kepada orang tua. Ada seorang salaf sholeh (bernama khalaf bin ayyub) ia tidak pernah menyuruh anaknya untuk memenuhi kebutuhannya. Jika ia perlu sesuatu maka ia menyuruh orang lain untuk mengerjakannya. Ketika ia ditanya mengenai hal ini maka ia menjawab : Aku khawatir jika aku menyuruh anakku kemudian ia tidak melakukannya maka anakku menjadi anak durhaka dan masuk neraka, aku tidak mau itu terjadi. Makanya lebih baik aku menyuruh orang lain saja untuk membantuku. [Tanbihul Ghafilin]

 

Jika semua kewajiban dan kiat sudah dilakukan oleh orang tua namun takdir berkata lain maka boleh jadi ini adalah kehendak Allah untuk menghapuskan dosa orang tua atau menambahkan banyak pahala kepadanya. Maka hendaknya orang tua tetap bersabar, dan tetap optimis dalam setiap usaha dan doanya.

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk terus berbakti kepada kedua orang tua sehingga anak-anak kita juga menjadi anak-anak yang berbakti kepada kita selaku orang tua mereka.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi SAW  menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah kita semua.


Wednesday, May 15, 2024

BALASAN ANAK DURHAKA

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan Anas bin Malik RA, Rasul SAW bersabda :

أَكْبَرُ الْكَبَائِرِ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَقَتْلُ النَّفْسِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ 

"Dosa terbesar diantara dosa-dosa besar adalah menyekutukan Allah, membunuh dan durhaka kepada kedua orang tua." [HR Bukari]

 

Catatan Alvers

 

Seorang ibu berusia 45 tahun tewas di tangan putra kandungnya sendiri yang berusia 26 Tahun di Kabupaten Sukabumi dengan cara ditusuk pada bagian leher dan kepalanya pakai garpu tanah yang biasa dipakai di kebun untuk menggali tanah. Motifnya diduga gara-gara tak bisa membelikan anaknya motor. Pembunuhan itu terjadi pada Senin (13/5/2024). [Detik com]

 

Pembunuhan ibu kandung juga menimpa wanita berusia 55 tahun di medan. Pelaku adalah anaknya sendiri yang berusia 33 tahun. Sang anak tersinggung karena dimarahi oleh ibunya ketika merokok mahal padahal dia pengangguran. Sang anak memukul ibunya dengan kedua tangannya hingga terjatuh ke lantai, lalu pelaku memukulinya bertubi-tubi. Kemudian sang anak mengambil pisau cutter dan menyayat leher serta urat nadi tangan kanan dan kiri ibunya. Setelah itu, korban dikuburkan di belakang rumah. (1/4/2024) [msn com]

 

Tidak terbayangkan bagaimana besarnya dosa sang anak durhaka yang tega membunuh ibu yang telah melahirkannya. Membunuh orang pada umumnya (selain orangtuanya) adalah dosa terbesar sebagaimana hadits utama diatas. Dan Allah SWT berfirman  :

 وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا

Dan barangsiapa membunuh seorang Mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah neraka Jahannam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan adzab yang besar baginya. [QS an-Nisa` : 93]

 

Lalu bagaimana dengan dosa membunuh orang tua sendiri? Sedangkan mengumpat saja kepada merreka adalah dosa besar. Rasul SAW bersabda :

مِنَ الْكَبَائِرِ شَتْمُ الرَّجُلِ وَالِدَيْهِ

Termasuk dosa besar adalah seseorang mengumpat pada kedua orang tuanya. [HR Muslim]

 

Durhaka kepada orang tua merupakan dosa besar, terlebih lagi kepada Ibu sehingga Rasul SAW menyebutkan secara khusus. Beliau bersabda :

إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوقَ الْأُمَّهَاتِ

Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian durhaka kepada ibu. [HR Bukhari]

 

Al-Asqalani berkata : Ibu disebutkan secara khusus dalam hal ini karena durhaka kepada ibu itu lebih mudah terjadi daripada durhaka kepada ayah karena sisi kelemahan ibu dan hal ini untuk mengingatkan bahwa berbakti kepada ibu itu lebih didahulukan dari pada berbakti kepada ayah. [Fathul Bari]

 

Anak yang durhaka kepada orang tua akan digolongkan dalam tiga golongan yang sabdakan oleh Nabi SAW dalam sabdanya :

 

ثَلَاثَةٌ لَا يَنْظُرُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Tiga golongan yang mana Allah tidak sudi memandangnya (anak yang durhaka kepada kedua orangtuanya, wanita yang menyerupai lelaki dan dayyuts ; kepala keluarga yang membiarkan keluarganya bermakisat). [HR Nasa’i]

 

Anak yang durhaka kepada orang tua tidak akan bisa masuk surga. Rasul SAW menggolongkankannya dalam tiga golongan dalam sabdanya :

وَثَلَاثَةٌ لَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ

Tiga golongan yang tidak bisa masuk surga (anak yang durhaka kepada kedua orangtuanya, orang yang terus-terusan minum minuman keras dan orang yang mengungkit-ngungkit pemberiannya). [HR Nasa’i]

 

Betapapun rajinnya beribadah, anak yang durhaka kepada orang tua tidak akan bisa masuk surga. Amr bin Murrah Al-Juhany menceritakan bahwa ada seorang lelaki menghadap Nabi dan berkata : Wahai Rasul, Apa pendapatmu jika aku telah melaksanakan shalat lima waktu, berpuasa di bulan ramadhan, menunaikan zakat dan telah berhaji ke baitullah. Balasan apakah yang aku dapatkan ? Rasul SAW menjawab : Barang siapa yang melakukan itu semua maka ia akan dikumpulkan bersama para nabi, shiddiqin, Syuhada dan shalihin..

إِلَّا أنْ يَعُقَّ وَالِدَيْهِ

Kecuali jika dia durhaka kepada kedua orang tuanya. [Al-Kaba’ir Lidz Dzahaby]

 

Tidak hanya mendapat hukuman berat di akhirat kelak, anak yang durhaka kepada orang tua akan mendapat hukumannya sejak di dunia. Dalam hadits disebutkan :

بَابَانِ مُعَجَّلَانِ عُقُوْبَتهُمَا فِي الدُّنْيَا اَلْبَغْيُ وَالْعُقُوْقُ

Ada dua perkara yang hukumannya disegerakan di dunia yaitu bertindak dzalim dan durhaka kepada orang tua. [HR Al-Hakim]

 

Dan Abu Bakar bin Abi Maryam berkata : Aku membaca kitab taurat dan aku temukan keterangan :

مَنْ يَضْرِبْ أَبَاهُ يُقْتَلْ

Barang siapa memukul ayahnya maka ia dibunuh (sebagai hukumannya). [Al-Kaba’ir Lidz Dzahaby]

 

Maka jangan sampai kita berbuat durhaka kepada orang tua, bahkan perbuatan durhaka yang ringan sudah diperingatkan agar kita menjauhinya. Allah SWT berfirman : "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia. dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,

فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

“maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka”

dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." [QS Al-Isra : 23-24].

 

Dalam ayat tersebut dicontohkan larangan dengan berkata “ah” ketika anak merasa keberatan atau tidak suka dengan sikap orang tua. Husein bin Ali berkata :

لَوْ عَلِمَ اللهُ شَيْئاً مِنَ الْعُقُوْقِ أَدْنَى مِنْ أُفٍّ لَحَرَّمَهُ

Seandainya Allah mengetahui ada kedurhakaan yang lebih ringan dari kata “Uff” (“ah”) niscaya Allah akan mengharamkannya. [Ad-Durrul Mantsur]

Lantas apakah perbuatan durhaka itu? Syeikh Abu Amr ibnu Shalah berkata :

اَلْعُقُوْقُ الْمُحَرَّمُ كُلُّ فِعْلٍ يَتَأَذَّى بِهِ الْوَالِدُ أَوْ نَحْوُهُ تَأَذِّيًا لَيْسَ بِالْهَيِّنِ مَعَ كَوْنِهِ لَيْسَ مِنَ الْأَفْعَالِ الْوَاجِبَةِ

Durhaka yang diharamkan adalah setiap perbuatan (atau semisalnya) yang dapat menyakiti hati orang tua dengan sakit hati yang tidak ringan, sementara perbuatan tersebut bukan perbuatan yang wajib. [Syarah Muslim]

Ka’bul Akhbar pernah ditanya mengenai contoh perilaku durhaka. Ia menjawab: “Jika orang tua bersumpah kepada anaknya agar anaknya melakukan sesuatu maka sang anak tidak merealisasikannya (ibrarul Qasam). Jika orang tua memerintahkan maka sang anak tidak mematuhinya. Jika orang tua meminta sesuatu maka ia tidak memberinya dan jika orang tua mempercayainya maka ia berkhianat”.  [Al-Kaba’ir Lidz Dzahaby]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk terus berbakti kepada kedua orang tua dan tidak berbuat durhaka kepada mereka walau dalam bentuk yang ringan sekalipun.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi SAW  menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah kita semua.

Monday, May 13, 2024

DOA IBU

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda :

ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ يُسْتَجَابُ لَهُنَّ لَا شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ لِوَلَدِهِ

"Tiga macam doa yang dikabulkan tanpa ada keraguan, yaitu:

doa orang yang dizhalimi, doa orang yang sedang bepergian dan

doa (baik) dari orang tua kepada anaknya [HR Ibnu Majah]

 

Catatan Alvers

 

Doa ibu begitu dahsyat. Imam Bukhari pernah membuktikan kedahsyatan doa ibunya. Ayahnya yang bernama Isma’il wafat ketika bukhari masih kecil. Iapun diasuh oleh ibunya secara single parent. Bukhari kecil terkena penyakit mata yang menyebabkan kebutaan pada kedua matanya. Tiada dokter yang berhasil menyembuhkannya. Hal ini membuat ibunya gundah gulana dan terus berdoa memohon kepada Allah agar penglihatan anaknya dikembalikan hingga pada satu malam ia bermimpi melihat Khalilullah, Nabi Ibrahim AS. Ia berkata :

يَا هَذِهِ قَدْ رَدَّ اللهُ عَلىَ ابْنِكِ بَصَرَهُ بِكَثْرَةِ دُعَائِكِ

Wahai perempuan, Sungguh Allah telah mengembalikan penglihatan anakmu sebab bayaknya do’amu. [Hadyus Sariy]

Lantas di pagi hari itu ternyata benar, Bukhari kecil bisa melihat lagi dan semubh dari kebutaan berkat doa ibunya.

 

Doa ibu itu mustajabah sebagaimana disebutkan pada hadits utama : "Tiga macam doa yang dikabulkan tanpa ada keraguan, yaitu: doa orang yang dizhalimi, doa orang yang sedang bepergian dan doa (baik) dari orang tua kepada anaknya [HR Ibnu Majah] Meskipun dalam redaksi hadits disebutkan “Dua’ul Walid” (doanya bapak) namun hal ini juga mencakup “dua’ul Walidah” (doa’nya ibu) bahkan ulama Mufti Qatar berkata :

بَلْ هِيَ أَوْلَى مِنْهُ لِأَنَّ حَقَّهَا أَعْظَمُ

Bahkan doa ibu itu lebih mustajabah karena haknya ibu itu lebih besar (atas anaknya). [islamweb net]

Hak ibu yang lebih besar daripada ayah tergambar pada hadits dimana ada seorang lelaki (bernama Muawiyah bin Haydah) [Fathul Bari] bertanya:

يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي

“Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?”

Nabi menjawab: “Ummuka” (Ibumu). “Lalu siapa lagi?” Nabi menjawab: “Ummuka” (Ibumu).” “Lalu siapa lagi?” Nabi menjawab: “Ummuka” (Ibumu). “Lalu siapa lagi?” Nabi menjawab: “Abuka” (Ayahmu). [HR Bukhari]

 

Ibnu Batthal berkata :

مُقْتَضَاهُ أَنْ يَكوُنَ لِلْأُمِّ ثَلَاثَةُ أَمْثَالِ مَا لِلْأَبِ مِنَ الْبِرِّ

Hadits ini menunjukkan bahwa ibu itu memiliki hak untuk mendapat kebaktian anak yang lebih besar tiga kali lipat dari pada haknya ayah. [Fathul Bari]

 

Ibnu Batthal menjelaskan bahwa hal itu dikarenakan seorang ibu mengalami kesulitan ketika hamil, melahirkan dan menyusui. Lalu bapak dan ibu mendidik dan membesarkan bersama-sama. [Fathul Bari]

 

Inilah rupanya yang menjadi dasar dari lagu jadul berjudul ibu yang dipopulerkan oleh nasidah ria yang berbunyi : “Ibu... Ibu kaulah wanita yang mulia. Derajatmu tiga tingkat di banding ayah. Kau mengandung melahirkan menyusui. Mengasuh dan merawat Lalu membesarkan putra-putrimu Ibu...”. [smule com]

 

Hal ini juga diperkuat dengan adanya hadits yang mengisahkan Jahimah As-Sulami  yang bertanya : “Wahai Rasulullah, aku ingin ikut jihad dan aku datang untuk memohon nasihatmu.” Rasul SAW lalu bertanya: “Kamu masih punya ibu?” Jahimah menjawab: “Ya, masih.” Lalu Rasul SAW bersabda:

فَالْزَمْهَا فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا

“Berbaktilah kepada ibumu, karena sesungguhnya surga itu berada di bawah kedua kakinya”.” [HR An-Nasa’i]

Suatu ketika ada ada seorang lelaki datang kepada

Ibnu ‘Abbas RA. Ia berkata : “aku melamar seorang wanita, namun ia enggan menikah denganku. Lalu ada orang lain yang melamarnya, lalu si wanita itu menerimanya. Akupun cemburu lalu aku bunuh wanita itu. Apakah aku masih bisa bertaubat?” Ibnu Abbas menjawab: “Apakah ibumu masih hidup?” Lelaki tadi menjawab: “Tidak, sudah meninggal.” Lalu Ibnu Abbas mengatakan: “Kalau begitu bertobatlah kepada Allah dan dekatkanlah diri kepada-Nya sedekat-dekatnya.” Perawi (Atha’) bertanya kepada Ibnu Abbas: “Kenapa Anda bertanya kepada lelaki itu tentang ibunya masih hidup atau tidak?” Ibnu Abbas RA menjawab:

إِنِّي لَا أَعْلَمُ عَمَلاً أَقْرَبَ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ بِرِّ الْوَالِدَةِ

“Aku tidak tahu amalan yang paling bisa mendekatkan diri kepada Allah daripada berbakti kepada ibu.” [HR Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad]

 

Tidak hanya doa baik dari ibu yang akan mustajabah, namun doa jelekpun demikian. Hal ini sesuai dengan hadits yang serupa dengan hadits utama namun dalam riwayat ini disebutkan dengan redaksi “Ala” :

دُعَاءُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ

doa (jelek) dari orang tua kepada anaknya. [HR Baihaqi]

 

Hal ini sebagaimana terjadi menimpa Juraij, seorang laki-laki Bani Isra'il, yang dipanggil oleh ibunya ketika sedang melaksanakan shalat (sunnah) di mihrabnya namun ia enggan menjawab panggilan ibunya. Dua kali ibunya datang memanggil “Wahai juraij, aku adalah ibumu, jawablah!” namun ia tetap tidak menjawabnya dan memilih untuk meneruskan shalatnya. Akhirnya ibunya kesal seraya berkata : "Ya Allah, dia adalah Juraij anakku. Aku telah berbicara dengannya namun ia enggan menjawabku”. Lalu iapun berdoa jelek untuk anaknya :

اللَّهُمَّ فَلَا تُمِتْهُ حَتَّى تُرِيَهُ الْمُومِسَاتِ

Ya Allah, janganlah Engkau matikan dia kecuali setelah engkau tampakkan (musibah) pelacur kepadanya". [HR Ahmad]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk terus berbakti kepada kedua orang tua khususnya ibu hingga mendapatkan doa kebaikan dan ridlo mereka.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi SAW  menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah kita semua.