Wednesday, July 9, 2025

GELAR HABIB

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Jundab RA bahwa Rasul SAW bersabda :

إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَدْ اتَّخَذَنِي خَلِيلًا كَمَا اتَّخَذَ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا

“Sesungguhnya Allah Ta’ala menjadikan aku sebagai khalil seperti Ia menjadikan Ibrahim sebagai Khalil.” [HR. Muslim]

 

Catatan Alvers

 

Beredar video dimana penceramah membahas tentang kekhususan gelar “Habib.” Ia berkata : Nabi Muhammad SAW punya gelar khusus, ini saya tidak nyindir, makanya dengarkan dengan serius. Satu-satunya gelar yang tidak boleh dipakai siapa saja namun khusus untuk nabi dan itu gelar pemberian dari Allah yaitu gelar Habib. Muhammadun Habibullah. Maka dalam Maulid Diba’ disebutkan : Ya Nabi Salam Alaika, Ya Rasul Salam Alaika, Ya Habib Salam Alaika, Shalawatullah Alaika. Yang dimaksud habib disitu siapa? Nabi Muhammad. Jadi Habib itu gelar khusus untuk beliau. Nabi yang lain gak ada yang berani pakai gelar habib.  Nabi Ibrahim gelarnya Khalilullah, Nabi Isa gelarnya Ruhullah, Nabi Musa gelarnya Kalamullah.  Namun sekarang ada yang berani pakai gelar habib. [klik]

https://youtu.be/zCNeYIramzA?si=9ZmV2sJg3N28VN1N

Apakah benar Rasul SAW bergelar habibullah? Tatkala para sahabat nabi membahas tentang gelar-gelar para nabi dan keutamaan mereka maka Rasul SAW bersabda : Sesungguhnya Ibrahim adalah Khalilullah dan memang demikian, Musa adalah najiyullah dan memang demikian, Isa adalah Ruhullah wa kalimatuh dan memang demikian, Adam dipilih oleh Allah (menjadi manusia pertama, Shafiyullah) dan memang demikian.

أَلَا وَأَنَا حَبِيبُ اللَّهِ وَلَا فَخْرَ

Dan ketahuilah, Aku adalah Habibullah, dan tiada kesombongan. [HR Turmudzi]

 

Sahabat juga memberi gelar demikian. Diriwayatkan dari Masruq bahwa kalau ia meriwayatkan hadits dari Aisyah maka ia berkata :

حَدَّثَتْنِي الْمُبَرَّأَةُ الصِّدِّيقَةُ بنتُ الصِّدِّيقِ، حَبِيبَةُ حَبِيبِ اللَّهِ

Telah bercerita kepadaku wanita yang namanya dibersihkan oleh Allah dari tuduhan keji, wanita yang sungguh-sungguh imannya, putri dari (Abu Bakar RA) lelaki yang sungguh-sungguh imannya, wanita yang menjadi kekasih dari (Nabi SAW) kekasih Allah. [HR Thabrani]

 

Perlu diketahui bahwa hadits- hadits yang menyebutkan bahwa Nabi SAW bergelar habibullah adalah berstatus dlaif (lemah) namun demikian hadits seperti itu boleh digunakan untuk masalah keutamaan (Fadlailul A’mal). Oleh karena itu Imam Nawawi menyebutkan gelar Habiballah dalam doa ziarah ke makam Rasul SAW yaitu :

السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا حَبِيبَ اللهِ.

Salam sejahtera atasmu, wahai “Habiballah” (kekasih Allah). [Al-Adzkar]

 

Imam ghazali juga menyematkan gelar Habibullah. Ia berkata :

وَكَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَبِيبَ اللهِ وَخَلِيلَهُ.

Dan beliau SAW adalah “Habiballah” (kekasih Allah) dan khalilullah. [Ihya Ulumuddin]

 

Kalau mengikuti hadits yang shahih maka gelar beliau adalah “Khalilullah” (kekasih Allah). Sebagaimana dalam hadits utama, Rasul SAW bersabda : “Sesungguhnya Allah Ta’ala menjadikan aku sebagai khalil-Nya seperti Ia menjadikan Ibrahim sebagai Khalil-Nya” [HR Muslim]

 

Jika dua gelar tersebut sama-sama bermakna kekasih Allah, lantas mana yang lebih tinggi? Imam Nawawi berkata : “Qadli Iyadl berkata : Sebagian ulama berpendapat keduanya sama saja maknanya, tiada ḥabīb melainkan ia khalīl dan sebaliknya. Ada yang mengatakan: Ḥabīb itu lebih tinggi, karena itu adalah gelar untuk Nabi kita SAW. Dan ada yang berkata: Khalīl itu lebih tinggi.

وَقَدْ ثَبَتَتْ خُلَّةُ نَبِيِّنَا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلَّهِ تَعَالَى بِهَذَا الْحَدِيثِ، وَنَفَى أَنْ يَكُونَ لَهُ خَلِيلٌ غَيْرُهُ، وَأَثْبَتَ مَحَبَّتَهُ لِـخَدِيجَةَ وَعَائِشَةَ وَأَبِيهَا ، وَأُسَامَة وَأَبِيهِ ، وَفَاطِمَة وَابْنَيْهَا ، وَغَيْرهمْ

Dan sungguh telah tetap kecintaan Nabi kita SAW kepada Allah Ta’ala (khalilullah) berdasarkan hadits (shahih) ini, dan beliau menafikan bahwa beliau punya khalil selain Allah,

serta menetapkan cintanya (Hubb, Habib) kepada Khadījah, Aisyah dan Ayahnya, Usamah dan ayahnya, Fathimah dan kedua putranya dan lainnya. [Syarah Muslim]

 

Senada dengan itu, Ibnu Qayyim berkata : orang yang tidak punya ilmu menyangka bahwa Habib itu lebih utama daripada Khalil... Ini adalah bathil dari beberapa segi. [Raudlatul Muhibbin] Lantas, Bagaimana dengan statement muballigh di atas yang melarang gelar habib dipakai untuk selain Nabi SAW, apa itu benar? Menurut pendapat pribadi saya, hal itu tidak benar. Karena (1) Saya belum menemukan dalam kitab-kitab yang valid pernyataan ulama yang melarang penggunaan gelar habib kepada orang selain Nabi SAW. bahkan sebaliknya, dalam satu hadits dinyatakan :

اَلتَّائِبُ حَبِيْبُ اللهِ

Orang yang bertaubat dia adalah habibullah. [Ihya Ulumuddin]

dan Sahl bin abdillah at-Tustari berkata :

لَيْسَ مَنْ عَمِلَ بِطَاعَةِ اللهِ صَارَ حَبِيبَ اللهِ، وَلَكِنْ مَنِ اجْتَنَبَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ صَارَ حَبِيبَ اللهِ.

"Bukanlah orang yang mengerjakan ketaatan kepada Allah otomatis menjadi kekasih Allah,

tetapi orang yang menjauhi apa yang Allah larang, dialah yang menjadi “Habibullah” (kekasih Allah)." [Hilyatul Awliya']

 

(2) pelarangan tersebut berdasar kepada pendapat yang mengatakan bahwa gelar habibullah itu menjadi kekhususan untuk Nabi Muhammad SAW karena itu lebih tinggi daripada khalilullah, dan ternyata pendapat yang demikian itu hujjahnya lemah sebagaimana keterangan di atas, (3) gelar Habibullah itu didasarkan pada hadist dlaif yang hanya bisa dipakai dalam ruang lingkup keutamaan dan tidak bisa dipakai untuk menetapkan hukum haram atas pemakaian gelar habib untuk selain Nabi SAW. (4) Gelar “habib” (kekasih) tanpa idlafah itu tidak serta merta merujuk kepada “Habibullah” (kekasih Allah) namun juga bisa lainnya seperti Habiby (kekasihku) seperti perkataan Malaikat Jibril kepada Nabi SAW : “Ya Habibi” (Wahai kekasihku), apa yang engkau tanyakan kepadaku? [HR Thabrani] Demikian pula Abud Darda’, Ia berkata : Aku telah diwasiati oleh “habibi” (kekasihku). [HR Muslim]

 

Pengertian lain adalah seperti perkataan Sahl bin Abdillah at-Tustari ketika memanggil seseorang : “Wahai Habib”. Lalu ada orang yang memprotesnya dan berkata : “Kenapa engkau panggil dia habib (kekasih) padahal ia belum tentu kekasih (Allah).” Sahl berbisik kepadanya :

لَا يَخْلُو: إِمَّا أَنْ يَكُونَ مُؤْمِنًا أَوْ مُنَافِقًا، فَإِنْ كَانَ مُؤْمِنًا فَهُوَ حَبِيبُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَإِنْ كَانَ مُنَافِقًا فَهُوَ حَبِيبُ إِبْلِيسَ.

“Orang itu tidak terlepas dari dua kemungkinan: ia mukmin, atau munafik. Jika ia mukmin maka ia adalah Habibullah ‘azza wa jalla dan jika ia munafik maka ia adalah Habibu Iblis”.[Ihya Ulumudin]

 

(5) Gelar habib yang biasa disematkan kepada keturunan Nabi itu bukan kepanjangan dari Habibullah, tapi habib (kekasih saja) saja atau habibana (kekasih kami). Hal ini karena dianjurkan untuk mencintai mereka. Dalam disebutkan :

أَحِبُّونِي لِحُبِّ اللَّهِ ، وَأَحِبُّوا أَهْلَ بَيْتِي لِحُبِّي

Cintailah aku karena cinta (mu) kepada Allah dan cintailah Ahli Baitku karena cinta (mu) kepadaku. [HR Al-Hakim]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk mempelajari ajaran agama dari sumber yang benar dan tidak mudah terprovokasi dengan tayangan- tayangan di medsos yang tidak berdasar.

 

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

0 komentar:

Post a Comment