إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Sunday, April 2, 2023

HABIBI YAA MUHAMMAD (2)

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abud Darda’RA, Ia berkata :

أَوْصَانِي حَبِيبِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثٍ

Aku telah diwasiati oleh habibi (kekasihku) dengan tiga perkara. [HR Muslim]

 

Catatan Alvers

 

Lirik : Shalatuw wa salam 'alayka ya Nabi

صَلَاةٌ وَسَلَامْ عَلَيْكَ يَا نَبِيّ

(Shalawat dan salam semoga tercurah kepadamu wahai Nabi)

 

Lagu ini mengajak kita untuk bershalawat serta bersalam kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Subhanallah, betapa besarnya pahala orang yang mengajak jutaan orang untuk bershalawat dan menjadikan banyak orang cinta shalawat dan meninggalkan lagu-lagu cinta dan nafsu birahi. Di sinilah atensi saya dalam artikel ini.

 

Apakah shalawat itu? Imam Qalyubi berkata :

اَلصَّلَاةُ مِنَ اللهِ رَحْمَةٌ وَمِنَ الْمَلَائِكَةِ اِسْتِغْفَارٌ وَمِنْ غَيْرِهِمَا دُعَاءٌ

Shalawat itu kalau dari Allah berarti rahmat, dan kalau dari malaikat berarti istighfar (memohon ampunan) dan dari selain keduanya adalah doa. [Hasyiyata Qalyubi Wa Umayrah]

 

Beliau menjelaskan lebih lanjut : “Yang dimaksud dengan shalawat dari manusia adalah setiap lafadz yang mengandung permohonon semisal rahmat, ampunan dan keridloan. Makna shalawat kita kepada Nabi SAW adalah permohonan kepada Allah agar melimpahkan rahmat kepada nabi SAW, adakalanya karena untuk menambah ketinggian derajat beliau mengingat ketinggian derajat beliau itu tiada batasnya, atau adakalanya menghasilkan pahala untuk kita dengan shalawat tersebut, atau adakalanya menjelaskan sang “Thalib” (Allah yang memerintahkan kita bershalawat) dan memuliakan sang “Mathlub” (Nabi yang menjadi objek shalawat) maka shalawat itu hakikatnya bukan dari kita (tetapi dari Allah) dan Shalawat itu tidak bisa kemasukan riya’ (karena bukan amalan kita) berbeda dengan amalan lainnya. Adapun salam maka artinya adalah selamat dari berbagai kekurangan… Menggabungkan antara shalawat dan salam dilakukan karena untuk terlepas dari hukum makruh menyebutkan salah satu saja di antara keduanya, baik secara ucapan maupun tulisan. Dan dalam satu pendapat disebutkan dalam ucapan maupun niat, dan ada pendapat lain yang mengatakan dalam pengucapan saja”. [Hasyiyata Qalyubi Wa Umayrah]

 

Lirik : Habibi yaa Muhammad Atayta bissalami wal huda, Muhammad

حَبِيْبِي يَا مُحَمَّدْ أَتَيْتَ بِالسَّلَامِ وَالْهُدَى مُحَمَّدْ

(Kekasihku, Ya Muhammad! Engkau datang dengan (1) kedamaian dan (2) petunjuk)

 

(1) Rasul SAW seringkali mendamaikan perselisihan. Sebutlah kasus perselisihan para pemuka suku Arab atas permasalahan siapa yang berhak memasang hajar aswad ketika renovasi ka’bah. Beliau menggelar sorban dan meletakkan batu Hajar Aswad di atasnya lalu meminta masing-masing pimpinan suku memegang setiap ujung sorban dan mengangkatnya bersamaan sampai ke tempat Hajar Aswad. Begitu pula beliau mendamaikan suku aus dan khazraj di madinah. Lantas kenapa kaum muslimin berperang? Baiklah coba periksa “ayat perang “ pertama yang turun [At-Tibyan Fi Ulumil Qur’an]. Allah SWT berfirman :

 أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا

Telah diizinkan berperang bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya [QS Al-Hajj : 39]

 

Pada ayat tersebut secara gamblang disebutkan alasan Allah mengijinkan perang yaitu karena kaum muslimin telah dianiaya. Maka ijin perang ini merupakan bentuk pertahanan bukan untuk menyerang dan menganiaya orang lain.

 

(2) Nabi SAW datang dengan membawa agama islam sebagai petunjuk. Hal ini ditegaskan oleh Allah SWt dalam firman-Nya :

 وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Dan sesungguhnya engkau menunjukkan kepada jalan yang lurus. [QS As-Syura : 52]

 

Lirik : Ya man hallayta hayatana bil iman

يَا مَنْ حَلَّيْتَ حَيَاتَنَا بِالْإِيْمَان

(Wahai engkau yang menghiasi hidup kami dengan iman)

 

Rasul SAW memerintahkan agar kita beriman. Suatu ketika delegasi Abdul Qays datang kepada Rasul SAW untuk meminta petunjuk atas amalan yang bisa menjadikan mereka masuk surga. Beliau berpesan 4 perkara dan ketika itu beliau bersabda :

آمُرُكُمْ بِالْإِيمَانِ بِاللَّهِ

Aku memerintahkan kalian agar beriman kepada Allah [HR Bukhari]

 

Iman itu adalah perhiasan yang sesungguhnya. Allah SWT berfirman :

وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ 

Dan pakaian berupa (iman) taqwa itulah yang terbaik [QS Al-A’raf : 26]

Dan dalam ayat lain, Allah SWT berfirman :

 

وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ

Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan (iman) itu sebagai perhiasan dalam hatimu …  [QS Al-Hujurat : 7]

 

Dan diantara doa beliau adalah :

اللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِزِينَةِ الْإِيمَانِ

Ya Allah hiasilah kami dengan perhiasan iman. [HR An-Nasa’i]

 

Lirik : Ya man bijamalika 'allamtal ihsan

يَا مَنْ بِجَمَالِكْ عَلَّمْتَ الْإِحْسَان

(Wahai engkau yang mengajarkan ihsan “kebaikan” dengan keindahan perilakumu)

 

Rasul SAW mengajarkan kebaikan dengan uswah hasanah, teladan yang baik. Ketika gigi beliau pecah, dahi terluka sehingga darah mengalir di wajahnya (karena dilempari batu) maka ada yang berkata “Wahai Rasulallah, doakan saja mereka itu dengan kejelekan!” maka beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah Ta’ala mengutusku tidak untuk mencela atau melaknat akan tetapi Allah mengutusku untuk mengajak dan mengasihi mereka". Lalu beliau berdoa :

اللهم اهْدِ قَوْمِي فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ

 

Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku karena seseungguhnya mereka itu tidak mengetahui (kebenaran) . [HR Baihaqi]

 

Ihsan atau berbuat baik itu dikatakan oleh Nabi Isa AS :

لَيْسَ الْإِحْسَانُ أَنْ تُحْسِنَ إِلَى مَنْ أَحْسَنَ إِلَيْكَ، تِلْكَ مُكَافَأَةٌ بِالْمَعْرُوفِ، وَلَكِنَّ الْإِحْسَانَ أَنْ تُحْسِنَ إِلَى مَنْ أَسَاءَ إِلَيْكَ

Ihsan itu bukanlah engkau berbuat baik kepada orang yang telah berbuat baik kepadamu, itu namanya membalas kebaikan. Akan tetapi yang dinamakan ihsan itu berbuat baik kepada orang yang telah berbuat jelek kepadamu [Tafsir Ibnu Katsir]

 

Ihsan itu adalah akhlak terpuji. Suatu ketika Rasul SAW bertanya kepada para sahabat. Maukah kalian aku tunjukkan kepada “Makarimil Akhlaq” (Budi pekerti yang baik) di dunia dan di akhirat? Mereka menjawab “Ya, wahai Rasulallah SAW”. Lalu beliau bersabda :

صِلْ مَنْ قَطَعَكَ، وَأَعْطِ مَنْ حَرَمَكَ وَاعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَكَ

Sambunglah (silaturrahmi) dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, Berilah kepada orang yang menghalangi pemberian kepadamu dan maafkanlah orang yang telah mendzalimimu. [HR Baihaqi]

 

Lirik : "Ya man nawwarta qulubana bil quran

يَا مَنْ نَوَّرْتَ قُلُوْبَنَا بِالْقُرْآن

(Wahai engkau yang menerangi hati kami dengan Quran)

 

Al-Qur’an itu disebut sebagai “nur” (cahaya). Allah SWT berfirman :

فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالنُّورِ الَّذِي أَنْزَلْنَا 

Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada cahaya (al-Qur’an) yang telah Kami turunkan [QS At-Taghabun : 8]

 

 

Dan cahaya Qur’an menerangi jiwa manusia. Hal ini sebagaimana doa (penghilang kesusahan)  yang diajarkan oleh Nabi SAW berbunyi :

اللهم ... أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي وَنُورَ صَدْرِي

Ya Allah, Jadikanlah al-Qur’an sebagai penyejuk hati dan cahaya di dada kami. [HR Ahmad]

 

Lirik : Shallallahu 'ala Khatamil Anbiya'

صَلَّى الله عَلَى خَاتَمِ الْأَنْبِيَاء

"Semoga rahmat Allah tercurahkan kepada pungkasan para Nabi"

 

Nabi Muhammad SAW sebagai “Khatamil Anbiya'” dinyatakan sendiri oleh beliau dalam sabdanya :

وَأَنَا خَاتَمُ الْأَنْبِيَاءِ لَا نَبِيَّ بَعْدِيْ

Aku adalah pungkasan para nabi, tiada nabi setelahku. [HR Al-Hakim]

 

Al-Munawi berkata : adapun Nabi Isa AS maka ia turun (di akhir zaman) dengan membawa syariatnya Nabi Muhammad SAW. [Faidlul Qadir]

 

Dan juga ditegaskan dalam firman Allah :

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalia, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi... [QS Al-Ahzab : 40]

An-Naisaburi berkata : Lafadz tersebut dibaca dengan fathah “Khatam” sebagai mana qira’at Ashim dan bermakna “at-Thaba’” (stempel). Dan juga dibaca dengan kasrah “Khatim” sebagaimana qira’at imam lainnya (yang berarti pamungkas). [Tafsir Ghara’ibul Qur’an]

 

Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk menjadikan apapun yang kita lihat dan yang kita dengar sebagai sarana semakin menambah kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

 

HABIBI YAA MUHAMMAD (1)

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abud Darda’, Ia berkata :

أَوْصَانِي حَبِيبِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثٍ

Aku telah diwasiati oleh habibi (kekasihku) dengan tiga perkara. [HR Muslim]

 

Catatan Alvers

 

Lagu religi berjudul Rahmatan Lil Alamin begitu viral. Betapa tidak 10 Bulan saja tayang sudah ditonton 74 Juta pemirsa youtube (04/23). Belum lagi terhitung dalam FYP di tiktok atau feed pada IG atau aplikasi lainnya. Lagu tersebut video klipnya dirilis oleh Maher Zain, penyanyi religi asal Swedia berdarah Lebanon pada Mei 2022 lalu. Lagu ini layak viral karena tidak hanya karena musiknya namun isinya begitu bagus mengenalkan sosok Rasulullah yang mengajarkan kebaikan, memberi kedamaian dan petunjuk kepada umatnya.

Edisi odoh kali ini, kami tertarik untuk mengangkat lirik lagunya, terjemah dan sekaligus pejelasannya, sebagai berikut :

يَا مَنْ صَلَّيْتَ بِكُلِ الْأَنْبِيَاء

Lirik : Ya Man Shallayta Bikullil Anbiya' (Wahai engkau yang menjadi imam semua Nabi dalam shalat).

 

Lirik ini merujuk kepada kejadian ketika isra’ yaitu ketika beliau sampai ke baitul maqdis, maka beliau bersabda :

وَقَدْ رَأَيْتُنِي فِي جَمَاعَةٍ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ ... فَحَانَتِ الصَّلَاةُ فَأَمَمْتُهُمْ

Sungguh aku melihat diriku berada dalam kumpulan para nabi dan ketika masuk waktu shalat maka aku mengimami mereka sholat. [HR Muslim]

 

Lirik : Ya man fi qalbika Rahmatul linnas.

يَا مَنْ فِيْ قَلْبِكَ رَحْمَةٌ لِلنَّاسْ

(Wahai engkau yang hatinya berisi rahmat buat semua manusia)

 

Hal ini merujuk kepada firman Allah Ta’ala :

وَما أَرْسَلْناكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ

“Kami tidak mengutusmu melainkan sebagai rahmat bagi sekalian alam” [QS Al-Anbiya: 107]

 

Dan sabda Rasul SAW :

يا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا أَنَا رَحْمَةٌ مُهْدَاةٌ

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan (oleh Allah)” [HR Al-Hakim]

 

Lirik : Ya man allafta quluubam bil Islam.

يَا مَنْ أَلَّفْتَ قُلُوْبًا بِالْإِسْلَامْ

(Wahai orang yang menyatukan berbagai macam hati dengan agama Islam yang dibawanya)

 

Tiada yang bisa menguasai hati melainkan Allah dan Allahlah yang membolak-balikkan hati manusia. Mempersatukan manusia yang terdiri dari berbagai macam hati, watak dan karakter yang berbeda-beda dengan membagi-bagikan harta niscaya harta akan habis sebanyak apapun. Allah SWT berfirman :

 

هُوَ الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ (62) وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin, dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana. [QS Al-Anfal : 62-63]

 

Namun dengan ajaran Islam, Allah menjadikan berbagai macam hati manusia itu disatu padukan dalam kasih sayang.  Hal ini sebagaimana tampak kasih sayang yang terjadi antara kaum muhajirin dan anshar. Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, Ia berkata :

أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آخَى بَيْنَ الْمُهَاجِرِينَ ، وَالأَنْصَارِ

Rasul SAW mempersaudarakan antara kaum muhajirin dan anshar [HR Thabrani]

 

Dalam lanjutan hadits ditunjukkan betapa besar kasih sayang yang ditimbulkan oleh persaudaraan tersebut hingga Sa‘d bin ar-Rabi RA (Anshar) hendak menawarkan semua harta dan dua istri untuk dibagi dua dengan Abdurrahman bin Auf RA(Muhajirin) namun hal itu ditolaknya dengan santun dan ia hanya meminta ditunjukkan lokasi pasar Madinah untuk bekerja.  Hal ini sebagaimana Nabi SAW mendamaikan dua suku yang saling berseteru dan tak henti-hentinya berperang yaitu suku Aus dan khazraj di madinah.

 

Lirik : Ya habibi ya syafi'i ya Rasulallah.

يَا حَبِيْبِي يَا شَافِعي يَا رَسُولَ الله

(Kekasihku, pemberi syafaatku, Ya Rasulullah).

 

Kita sebagai orang beriman haruslah menjadikan rasulullah sebagai kekasih. Rasul SAW bersabda :

فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ

Demi Allah, tidaklah seseorang di antara kalian beriman sehingga aku lebih ia cintai melebihi ayah dan anaknya. [HR Bukhari]

 

Malaikat jibril memanggil beliau dengan panggilan “habibi”. Jibril berkata :

يَا حَبِيبِي ، عَمَّ تَسْأَلُنِي

Wahai kekasihku, apa yang engkau tanyakan kepadaku? [HR Thabrani]

 

Abud Darda juga menyebut Rasul demikian sebagaimana hadits utama di atas.

 

Rasul SAW adalah orang yang akan memberikan syafaat pertolongan kepada manusia kelak di hari kiamat. Ibnu Umar RA berkata : Sesungguhnya pada hari kiamat kelak manusia akan menjadi bangkai. (setelah dibangkitkan) Setiap umat akan mengikuti nabinya hingga mereka saling berkata; 'Ya (Nabi) Fulan, berilah kami syafa'at. ya (Nabi) fulan, berilah kami syafa'at.' (namun para nabi menolaknya) Sampai akhirnya mereka mendatangi Nabi SAW. Itulah hari ketika Allah membangkitkan Nabi SAW pada “al-Maqam al-Mahmud” (kedudukan yang terpuji yaitu syafa’at). [HR Bukhari]

 

Lirik : Bi ummi wa abi .. fadaytuka sayyidi.

بِأُمِّي وَأَبِي فَدَيْتُكَ سَيِّدِي

(Aku akan mengorbankan ayah dan ibuku untukmu wahai tuanku)

 

Diriwayatkan dari Anas Bin Malik bahwasannya ketika perang uhud tersebar isu bahwa Nabi SAW terbunuh hingga membuat kegaduhan di penjuru kota madinah. Keluarlah seorang wanita dari kaum anshar dan satu persatu ia melihat mayat dari saudara, anak, suami, bahkan ayahnya yang tewas namun ia bertanya-tanya “Apa yang terjadi pada Rasul SAW?” lantas ia maju ke depan akhirnya ia bertemu dengan Nabi SAW lantas ia memegangi ujung baju nabi dan ia berkata :

بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللهِ لَا أُبَالِي إِذَا سَلِمْتَ مِنْ عَطَبٍ

"Aku akan mengorbankan ayah dan ibuku untukmu wahai Nabi, Aku tidak peduli itu semua jika engkau selamat dari bahaya” [Hilyatul Awliya]

 

Bersambung insyaallah. Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk menjadikan apapun yang kita lihat dan yang kita dengar sebagai sarana semakin menambah kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Monday, March 13, 2023

PENTINGNYA ILMU NAHWU


ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abud Darda’ RA, ketika Rasul SAW mendengar ada seseorang salah dalam membaca maka beliau bersabda :

أَرْشِدُوا أَخَاكُمْ

“Luruskanlah kesalahan (bacaan) saudara kalian” [HR Al-Hakim]

 

Catatan Alvers

 

Imam Suyuthi menjelaskan maksud dari hadits di atas bahwa terdapat seseorang sedang membaca kemudian “Fa lahana” maksudnya “akhtha’a Fil qira’ah” (dia melakukan kekeliruan dalam bacaannya) maka Rasul SAW bersabda “Fa Arsyidu Akhakum” maksudnya :

صَوِّبُوا خَطَأَهُ

“Benahilah kesalahan (bacaan) saudara kalian” [Jami’ul Ahadits]

 

Dalam bahasa Arab, salah dalam membaca harakat saja akan mempengaruhi dalam perubahan makna bahkan kesalahan yang ditimbulkan akan menjadi fatal.  Di sinilah ilmu nahwu berperan penting agar seseorang tidak salah baca dan selanjutnya tidak terjadi salah makna. Diriwayatkan dari Ibnu Abi Mulaikah (Tabi’in), bahwa terdapat seorang badui (Arab pedalaman) di zaman Khalifah Umar RA, ia berkata : Siapakah yang bisa membacakan kepadaku apa yang telah diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Lalu ada seseorang yang membacakan Surat Bara’ah hingga ayat ke 3 yaitu :

أَنَّ اللَّهَ بَرِيءٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولِهِ

“Innallaha bari’un minal musyrikina wa rasulihi” (dengan salah di baca jer yang berakibat salah fatal) yang terjemahnya menjadi “Sesungguhnya Allah berlepas diri dari orang-orang musyrik dan dari rasul-Nya”.

 

Sontak bacaan tersebut membuat orang badui kaget, ia berkata : “Apakah Allah berlepas diri dari orang-orang musyrik dan dari rasul-Nya. Jika demikian, maka aku juga akan berlepas diri dari rasul-Nya”. Lalu ucapan badui yang mana ia melepaskan diri dari Rasul-Nya, sampai ke telinga sang khalifah. Umar RA lalu memanggil sang badui untuk klarifikasi atas ucapan kontroversialnya itu. Sang badui berkata : Wahai Amirul mukminin, aku datang ke madinah dan aku tidak mengetahui Al-Qur’an maka aku mencari orang yang bisa membacakan Qur’an kepadaku. Lalu ada seseorang yang membacakan surat Al-Bara’ah hingga ayat : “Innallaha bari’un minal musyrikina wa rasulihi” (Sesungguhnya Allah berlepas diri dari orang-orang musyrik dan dari rasul-Nya). Maka Umar RA berkata : Tidaklah demikian bacaannya wahai badui, akan tetapi :

أَنَّ اللَّهَ بَرِيءٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولُهُ

Dengan dibaca “wa Rasuluhu” yang artinya “Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari kaum musyrikin”

Maka badui berkata :

وَأَنَا وَاللهِ أَبْرَأُ مِمَّنْ بَرِئَ اللهُ وَرَسُولُهُ مِنْهُ

Dan demi Allah, Aku berlepas diri dari orang yang mana Allah dan rasul-Nya berlepas diri darinya.

Dengan kejadian ini maka Umar RA melarang membacakan Al-Qur’an melainkan “Alimun Bil lughah” (orang yang mengetahui ilmu bahasa Arab) dan beliau memerintahkan Abul Aswad Ad-Du’aly agar menyusun ilmu nahwu. [Kanzul Ummal]

 

 

Maka dari kejadian ini Sayyidina Umar RA memotivasi agar kaum muslimin belajar ilmu bahasa Arab, ia berkata :

تَعَلَّمُوا الْعَرَبِيَّةَ فَإِنَّهَا مِنْ دِيْنِكُمْ

“Pelajarilah bahasa Arab karena sesungguhnya ia adalah bagian dari agama kalian.” [Iqtidlaus Shirath Al-Mustaqim]

 

Abu Hilal menceritakan bahwa suatu ketika sekretaris Abu Musa (Al-Asy’ry, gubernur bashrah) mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Khatthab RA dengan tulisan yang salah. Dalam surat tertulis :

مِنْ أَبُو مُوْسَى

“Min Abu Musa”

(Dari Abu Musa, yang semestinya di tulis “min Abi Musa”)

 

Maka Khalifah Umar RA mengirim surat kepada Gubernur Abu Musa yang berisi :

إِذَا أَتَاكَ كِتَابِى هَذَا فَاجْلِدْهُ سَوْطًا وَاعْزِلْهُ مِنْ عَمَلِكَ

“Jika telah sampai suratku ini maka berilah hukuman cambuk kepadanya (sang sekretaris) dan pecatlah ia”. [Kanzul Ummal]

 

Mempelajari ilmu bahasa Arab merupakan keniscayaan dalam mempelajari agama Islam. Hal ini dikarenakan Al-Quran yang menjadi sumber utama ajaran menggunakan bahasa Arab. Allah  SWT berfirman :

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ قُرْآناً عَرَبِيّاً لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” [QS Yusuf : 2]

 

Al-Ashmu’I (Seorang ahli bahasa yang lahir di bashrah tahun 122 H) berkata :

أَخْوَفُ مَا أَخَافُ عَلَى طَالِبِ الْعِلْمِ إِذَا لَمْ يَعْرِفِ النَّحْوَ أَنْ يَدْخُلَ فِي قَوْلِهِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ اَلْحَدِيْثَ

Yang paling aku takutkan dari pelajar jika ia tidak mengerti ilmu nahwu, adalah dia termasuk kategori yang di dalam hadits disebutkan “orang yang berdusta atas nama-Ku (yakni Nabi SAW maka dia akan masuk neraka)” 

 

Mengapa demikian? Karena tatkala ia menyampaikan hadits dengan salah baca maka itu artinya hadits tersebut tidak sesuai dengan apa yang disabdakan oleh Nabi SAW, sehingga ia termasuk orang yang berdusta atan nama Nabi SAW. [Umdatul Qari]

 

Maka Ilmu bahasa Arab merupakan kunci pembuka semua ilmu (agama Islam) hingga Ibnul Imad Al-Hanbaly menukil bahwa Imam Asy-Syafi’i berkata :

مَنْ تبَحَرَّ فِى النَّحْوِ اهْتَدَى إِلَى كُلِّ الْعُلُوْمِ

“Siapa yang menguasai ilmu nahwu niscaya ia akan mudah memahami semua ilmu.” [Syadzarat ad-Dzahab]

 

Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk mempelajari segala macam ilmu yang menjadikan kita semakin paham ajaran agama Islam.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

 


Wednesday, March 8, 2023

BATU SURGA

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, Rasul SAW bersabda :

نَزَلَ الْحَجَرُ الْأَسْوَدُ مِنَ الْجَنَّةِ وَهُوَ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ فَسَوَّدَتْهُ خَطَايَا بَنِي آدَمَ

“Hajar aswad turun dari surga dalam keadaan batu tersebut berwarna putih lebih putih daripada susu lalu ia menjadi hitam sebab dosa manusia”. [HR Tirmidzi]

 

Catatan Alvers

 

Di dunia ini, ada satu benda yang menjadi magnet luar biasa. Semua benda secara imaginer mengelilinginya. Apa itu? Ka’bah. Ya benda kotak hitam itu dikelilingi ribuan manusia setiap harinya bahkan seandainya kita terbang ke atas dan melihat kebawah, kita akan menemukan semua kaum muslimin membentuk lingkaran -lingkaran dari kecil hingga besar. Bukankah semua ummat muslim sholat menghadap ka’bah dari segala penjuru.

 

Di ka’bah sendiri, ada satu magnet yang memiliki daya tarik luar biasa, yang menjadikan ribuan orang berebut untuk mendekat untuk menyentuhnya. Apa itu? Hajar Aswad. Ia adalah batu dari surga. Rasul SAW bersabda :

لَوْلَا مَا مَسَّهُ مِنْ أَنْجَاسِ الْجَاهِلِيَّةِ مَا مَسَّهُ ذُو عَاهَةٍ إِلَّا شُفِيَ وَمَا عَلَى الْأَرْضِ شَيْءٌ مِنَ الْجَنَّةِ غَيْرُهُ

Seandainya hajar aswad tidak disentuh oleh najisnya jahiliyah niscaya tidaklah orang sakit mengusapnya melainkan ia akan sembuh dan tidak ada barang dari surga dimuka bumi selainnya. [HR Baihaqi]

 

Hajar Aswad, Hajar artinya batu dan aswad artinya hitam. Batu hitam ini dulunya putih sebagaimana dijelaskan dalam hadits utama di atas “Hajar aswad turun dari surga dalam keadaan batu tersebut berwarna putih lebih putih daripada susu lalu ia menjadi hitam sebab dosa manusia”. [HR Tirmidzi]

 

Sebagian orang atheis menentang hadits ini, mereka berkata: bagaimana bisa batu menjadi hitam karena dosa orang musyrik namun tidak bisa diputihkan kembali dengan ketaatan dari ahli tauhid? Maka Ibnu Quthaibah menjawab : “jika saja Allah berkehendak demikian maka bisa saja akan tetapi Allah menetapkan adat bahwa warna hitam itu memberikan warna bukan terwarnai. Ini kebalikannya warna putih” [Fathul Bari]

Al-Muhibb At-Thabari memiliki jawaban lain : “Keberadaan hajar aswad yang tetap berwarna hitam itu memberikan pelajaran Yaitu:

إِنَّ الْخَطَايَا إِذَا أَثْرَتْ فِي الْحَجَرِ الصَّلْدِ فَتَأْثِيْرُهَا فِي الْقَلْبِ أَشَدُّ

“Kesalahan itu bisa berefek pada batu yang keras maka tentunya kesalahan akan lebih besar efenya pada hati.” [Fathul Bari]

 

Magnet hajar aswad begitu kuat sehingga banyak orang berdesak-desakan untuk menciumnya sehingga mereka lupa bahwa hal yang demikian bisa menyakiti orang lain. Rasul SAW berpesan kepada Umar RA. Beliau bersabda :

يَا عُمَرُ، إِنَّكَ رَجُلٌ قَوِيٌّ، لَا تُزَاحِمْ عَلَى الْحَجَرِ فَتُؤْذِيَ الضَّعِيفَ، إِنْ وَجَدْتَ خَلْوَةً فَاسْتَلِمْهُ، وَإِلَّا فَاسْتَقْبِلْهُ فَهَلِّلْ وَكَبِّرْ

Wahai umar, Engkau berbadan kuat maka jangan engkau berdesakan untuk mencium hajar aswad sehingga engkau menyakiti orang lain. Jika sepi maka ciumlah hajar aswad namun jika tidak maka menghadaplah kepadanya bacalah “bismillah Allahu Akbar” [HR Ahmad]

 

Meskipun hajar aswad adalah batu yang berasal dari surga, namun motivasi menciumnya bukan karena hal itu. Diriwayatkan dari ‘Abis bin Rabi’ah, ia berkata, “Aku pernah melihat ‘Umar bin Al-Khatthab RA mencium hajar Aswad. Lantas ‘Umar berkata :

إِنِّي لَأُقَبِّلُكَ وَأَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لَا تَنْفَعُ وَلَا تَضُرُّ وَلَوْلَا أَنِّي رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُكَ لَمْ أُقَبِّلْكَ

“Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau hanyalah batu yang tak memberi manfaat ataupun bahaya. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah SAW, maka tentu aku tidak akan menciummu.” [HR Ahmad]

 

Di samping dengan perbuatan, Nabi SAW memberikan motivasi dengan ucapan. Beliau bersabda :

وَاللَّهِ لَيَبْعَثَنَّهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَهُ عَيْنَانِ يُبْصِرُ بِهِمَا وَلِسَانٌ يَنْطِقُ بِهِ يَشْهَدُ عَلَى مَنْ اسْتَلَمَهُ بِحَقٍّ

“Demi Allah, Allah akan membangkitkan hajar aswad pada hari kiamat dan ia memiliki dua mata yang bisa melihat, memiliki lisan yang bisa berbicara dan ia akan bersaksi bagi siapa yang mengusapnya dengan benar.” [HR Turmudzi]

 

Disunnahkan untuk mengusap hajar aswad, menciumnya dan meletakkan dahi di atasnya. Jika tidak memungkinkan karena berdesakan maka dianjurkan mengusap saja, jika tidak bisa maka berisyarah dengan tangan atau dengan sesuatu yang ada di tangan kemudian menciumnya sambil membaca :

بِسْمِ اللهِ واللهُ أْكْبَرُ اللهُمَّ إيمَاناً بِكَ وَتَصْدِيقاً بِكَتابِكَ ووفاءً بعهدِك واتباعاً لسنةِ نَبِيك مُحَمدٍ - صلى الله عليه وسلم

Dengan nama Allah, Allah maha besar, aku beriman kepada-Mu dan membenarkan kitab-Mu, memenuhi janji-Mu dan mengikuti sunnah nabi-Mu Muhammad SAW. [Al-Idlah]

 

Wallahu A’lam, semoga Allah Al-Bari membuka hati kita agar tidak berbuat sesuatu melainkan sesuai dengan tuntunan Nabi SAW.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh].