إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Saturday, October 21, 2023

JIHAD SANTRI

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Anas Bin Maik RA, Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ كَانَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ حَتَّى يَرْجِعَ

“Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu (syar’i) maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang (kembali ke rumahnya)”. [HR Turmudzi]

 

Catatan Alvers

 

Santri adalah sebutan bagi seseorang yang menuntut ilmu agama Islam di pesantren. Jika disebutkan dalam hadits di atas bahwa “Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu (syar’i) maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang (kembali ke rumahnya)” maka bisa dikatakan bahwa santri itu saat keluar dari rumahnya sama halnya ia pergi untuk berjihad. Al-Mubarakfuri berkata :

(فِي سَبِيلِ اللَّهِ) أَيْ فِي الْجِهَادِ لِمَا أَنَّ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ مِنْ إِحْيَاءِ الدِّيْنِ وَإِذْلَالِ الشَّيْطَانِ وَإِتْعَابِ النَّفْسِ كَمَا فِي الْجِهَادِ

Maksud dari perkataan (Fi Sabilillah) artinya seorang (penuntut ilmu agama) berada dalam jihad karena didalam menuntut ilmu terdapat usaha untuk menghidupkan agama dan menghinakan setan serta melemahkan nafsu sebagaimana dalam jihad di medan perang. [Tuhfatul Ahwadzi]

 

Karena mereka para santri terbilang berjihad, maka ketika di antara mereka ada meninggal di pesantren maka ia berpredikat mati syahid (akhirat) sebagaimana dalam hadits disebutkan :

إِذَا جَاءَ الْمَوْتُ لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَهُوَ عَلىَ هَذِهِ الْحَالَةِ مَاتَ وَهُوَ شَهِيْدٌ

Ketika kematian menghampiri penuntut ilmu ketika sedang menuntut ilmu maka ia mati syahid. [HR Al-Bazzar]

Bahkan Ibnu Abbas RA meriwayatkan bahwa Rasul SAW bersabda :

مَنْ جَاءَ أَجَلُهُ وَهُوَ يَطْلُبُ الْعِلْمَ لَقِيَ اللهَ وَلَمْ يَكُنْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّبِيِّيْنَ إِلَّا دَرَجَةُ النُّبُوَّةِ

Barang siapa ajalnya datang ketika ia sedang menuntut ilmu maka ia akan bertemu dengan Allah dalam keadaan tiada jarak diantara derajat dia dan para Nabi melainkan pangkat kenabian saja. [HR Thabrani]

 

Berperang itu tidak hanya dengan pedang tapi juga dengan perkataan. Jadi jika musuh menyerang dengan pedang maka dilawan dengan pedang dan jika musuh menyerang dengan perkataan maka dilawan dengan perkataan. Baginda Nabi SAW memerintahkan kaum muslimin untuk berjihad dengan keduanya, Beliau bersabda :

جَاهِدُوا الْمُشْرِكِيْنَ بِأَيْدِيْكُمْ وَأَلْسِنَتِكُمْ

Perangilah kaum musyrikin dengan tangan- tangan dan mulut-mulut kalian. [HR Ibnu Hibban]

Jihad dengan perkataan itu setara dengan jihad dengan pedang. Dan Nabi SAW bersabda :

إِنَّ الْمُؤْمِنَ يُجَاهِدُ بِسَيْفِهِ وَلِسَانِهِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَكَأَنَّمَا تَنْضَحُوْنَهُمْ بِالنَّبْلِ

Sesungguhnya orang mukmin itu berperang dengan pedangnya dan lisannya. Demi dzat yang mana jiwa berada dalam kekuasaan-Nya, seakan-akan kalian melempar musuh dengan anak panah. [HR Ahmad]

 

Bahkan jihad dengan perkataan itu lebih dahsyat akibatnya daripada jihad dengan pedang. Nabi SAW bersabda :

اهْجُوا قُرَيْشًا فَإِنَّهُ أَشَدُّ عَلَيْهَا مِنْ رَشْقٍ بِالنَّبْلِ

"Balaslah cacian kaum kafir Quraisy karena yang demikian itu lebih pedih bagi mereka daripada bidikan panah." [HR Muslim]

 

Rasulullah SAW pernah memerintah lbnu Rawahah, Ka'ab bin Malik untuk membalas serangan perkataan kaum kafir namun beliau belum puas hingga akhirnya beliau menyuruh Hassan bin Tsabit. Iapun menyambut baik perintah beliau ini. Hassan berkata :  “Telah tiba saatnya engkau (Rasul) mememerintah singa (Hassan) yang mengibas-ngibaskan ekornya, menjulurkan Iidahnya dan menggerak-gerakkannya.

وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَأَفْرِيَنَّهُمْ بِلِسَانِي فَرْيَ الْأَدِيمِ

“Demi Dzat yang telah mengutus engkau dengan membawa kebenaran, aku akan menyayat-nyayat (hati) kaum kafir Quraisy dengan lisanku seperti sayatan kulit."

 

Rasul SAW di satu sisi khawatir Hassan bin Tsabit akan menyerang nasab orang-orang quraiys yang mana hal ini akan berpotensi menjadi “senjata makan tuan” karena dalam nasab mereka ada nasab Rasul SAW. Maka beliau memerintahkannya untuk berkonsultasi dengan orang yang paling tahu tentang nasab Quraisy yaitu Abu Bakar. Dan sepulang darinya, Hassan berkata : Ya Rasulullah, nasab engkau telah aku ketahui silsilahnya.

وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَأَسُلَّنَّكَ مِنْهُمْ كَمَا تُسَلُّ الشَّعْرَةُ مِنْ الْعَجِينِ

Demi Dzat yang telah mengutus engkau dengan kebenaran, Aku akan mencabut engkau dari nasab mereka sebagaimana tercabutnya sehelai rambut dari adonan roti." [HR Muslim]

Lalu Rasul SAW bersabda :

إِنَّ رُوحَ الْقُدُسِ لَا يَزَالُ يُؤَيِّدُكَ مَا نَافَحْتَ عَنْ اللَّهِ وَرَسُولِهِ

Sesungguhnya Ruhul Qudus, Jibril senantiasa bersamamu selama engkau membela Allah dan Rasul-Nya. [HR Muslim]

 

Melestarikan ilmu itu sangat diperlukan sehingga kaum muslimin bisa juga membela agama dengan ilmu mereka saat perang dan pasca perang mereka bisa menjaga kelestarian ilmu. Maka dari itu saat terjadi peperangan, tidak semua warga diharuskan pergi ke medan perang, ada sebagian dari mereka yang diperintahkan untuk tetap tinggal dengan tujuan untuk mengkaji ilmu agama. Allah SWT berfriman :

 

وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. [QS at-Taubah : 122]

 

Betapa pentingnya melestarikan Ilmu sehingga Nabi membebaskan tawanan perang jika ia bisa mengajarkan baca tulis yang merupakan sarana utama menuntut ilmu. Ibnu Abbas RA berkata :

كَانَ نَاسٌ مِنْ الْأَسْرَى يَوْمَ بَدْرٍ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ فِدَاءٌ فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِدَاءَهُمْ أَنْ يُعَلِّمُوا أَوْلَادَ الْأَنْصَارِ الْكِتَابَةَ

Beberapa tawanan perang Badar tidak memiliki uang tebusan maka Rasul SAW menjadikan tebusannya dengan mengajari anak-anak Anshar baca tulis. [HR Ahmad]

 

Seperti itulah jihad santri. Dengan memperdalam ilmu agama, mereka bisa mempertahankan Agama Islam dari “ghazwul fikri” serangan-serangan pemikiran yang menyudutkan ajaran Islam dan dengan mengajarkannya mereka bisa melestarikan eksistensi Agama yang diajarkan oleh Rasul SAW.

Wallahu A’lam. Selamat Hari Santri Nasional, Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan pikiran kita untuk lebih giat mengaji dan mengkaji ajaran Islam karena itu adalah bagian dari jihad kaum santri.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Friday, October 13, 2023

MODE CANTIK MAKSIMAL

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr RA, Nabi SAW bersabda :

الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

“Dunia ini adalah perhiasan. Dan perhiasan dunia yang paling baik adalah wanita shalihah.” [HR Muslim]

 

Catatan Alvers

 

Fitrah setiap pria adalah menyukai wanita. Allah SWT berfirman :

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita… [QS Ali Imran : 14]

Semua pria normal akan menyukai wanita tak terkecuali Rasul SAW. Rasul SAW bersabda :

إِنَّمَا حُبِّبَ إِلِيَّ مِنْ دُنْيَاكُمُ النِّسَاءُ وَالطِّيبُ وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ

“Dijadikan kecintaan pada diriku dari dunia kalian ; wanita-wanita dan wewangian serta dijadikannya penyejuk hatiku dalam shalat” [HR Baihaqi]

Wanita, parfum dan shalat. Dari tiga perkara itu, dua yang pertama adalah berlaku untuk kebanyakan manusia namun tidak untuk yang ketiga. Secara fitrah lelaki akan lebih tertarik kepada wanita yang cantik. Hal ini sebagaimana Rasul menjelaskan kecondongan manusia dalam menikah. Beliau bersabda :

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا

Wanita itu (biasanya terpilih untuk) dinikahi karena empat hal  yaitu karena hartanya, nasabnya, kecantikannya dan karena agamanya. [HR Bukhari]

 

Istri yang cantik akan berpotensi lebih besar untuk menjadikan suami senang ketika memandangnya. Dan ini merupakan salah satu unsur yang menjadikan istri sebagai wanita shalihah yang disabdakan oleh Nabi SAW pada hadits utama di atas : “Dunia ini adalah perhiasan. Dan perhiasan dunia yang paling baik adalah wanita shalihah.” [HR Muslim]

As-sindy berkata :

قَوْلُهُ مَتَاعٌ أَيْ مَحَلٌّ لِلْاِسْتِمْتَاعِ

Sabda Nabi “perhiasan” dalam hadits itu maksudnya adalah tempat untuk bersenang-senang. [Hasyiyah As-Sindy]

Al-Qurtubi berkata : Wanita shalihah dalam hadits tersebut dijelaskan dalam sabda Nabi yang lain yaitu :

اَلَّتِي إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ، وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ، وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهِ

Wanita yang tatkala suami memandangnya maka ia membahagiakannya, jika suami memerintahnya maka ia mentaatinya, dan ketika suami pergi maka ia bisa menjaga diri sendiri dan harta saumi. [Tathriz Riyadis Shalihin]

Rasul SAW sendiri memuji sang istri, sayyidah Aisyah yang berkulit putih dengan memanggilnya “Humaira”. Diriwayatkan bahwa suatu ketika orang-orang Habasyah masuk masjid dan menunjukkan atraksi permainan di dalam masjid, lalu Rasulullah SAW berkata kepada Aisyah :

يَا حُمَيْرَاءُ أَتُحِبِّيْنَ أَنْ تَنْظُرِي إِلَيْهِمْ

“Wahai Humaira, apakah engkau mau melihat mereka?”

Lalu Aisyah menjawab, “Iya.” Maka Nabi SAW berdiri di depan pintu, lalu aku datang dan aku letakkan daguku pada pundak Rasulullah SAW dan aku tempelkan wajahku pada pipi beliau.” [HR An-Nasa’i]

 

Ibnu Mandzur berkata :

كاَنَ يَقُولُ لَهَا أَحْيَاناً تَصْغِيْرُ الْحَمْرَاءِ يُرِيْدُ الْبَيْضَاءَ

Rasulullah terkadang memanggil Aisyah dengan sebutan “Humaira” yang merupakan bentuk tasghir dari kata “Al-Hamra” (merah) yang dimaksud beliau adalah wanita yang berkulit putih. [Lisanul Arab]

 

Mengapa Humaira (merah) bermakna putih? Al-Asqalany menyebutkan :

وَالْعَرَبُ تُطْلِقُ عَلَى الْأَبْيَضِ الْأَحْمَرَ كَرَاهَةَ اسْمِ الْبَيَاضِ لِكَوْنِهِ يُشْبِهُ الْبَرَصَ ، وَلِهَذَا كَانَ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ لِعَائِشَةَ يَا حُمَيْرَاءُ

Orang Arab menyebut (kulit yang) putih dengan kata “Ahmar” (merah) karena mereka tidak menyukai sebutan putih sebab putih itu serupa dengan putihnya barash (penyakit belang). Maka dari itu Rasul memanggil Aisyah dengan “Ya Humaira”. [Fathul Bari]

 

Dengan demikian, jika istri memakai make up dan skincare supaya tampil cantik di hadapan suami sehingga suami senang saat memandangnya, bukan untuk pamer kecantikan atau kesombongan  maka hal itu adalah perbuatan terpuji. Istri yang shalihah akan menjaga penampilannya untuk suami agar tetap terlihat cantik dan menarik. Umamah Bintul Harits berpesan kepada putrinya ketika menikah :

يَا بُنَيَّةُ ... فَلَا تَقَعْ عَيْنَاهُ مِنْكِ عَلَى قَبِيْحٍ ، وَلَا يَشُمَّ أَنْفُهُ مِنْكِ إِلَّا أَطْيَبَ الرِّيْحِ

Wahai putriku, jangan sampai padangan suamimu melihat sesuatu yang jelek darimu, dan jangan pula hidungnya mencium darimu melainkan bau yang wangi. [Jamharatul Amtsal]

 

Dan sebaliknya, suami juga harus berpenampilan baik. Ibnu Abbas RA berkata :

أُحِبُّ أَنْ أَتَزَيَّنَ لِلْمَرْأَةِ كَمَا أَحَبَّ أَنْ تَتَزَيَّنَ لِي

Aku senang berhias untuk istriku sebagaimana aku senang istriku berhias untukku. [Tafsir At-Thabari]

 

Kalau dalam hadits utama disabdakan perhiasan dunia yang paling baik adalah wanita shalihah” maka ingat Rasul SAW juga bersabda :

الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِهَا اَلزَّوْجُ الصَّالِحُ

Dunia dalah perhiasan dan perhiasan terbaiknya adalah suami yang shalih. [HR Thabrani]

 

Dan yang tak boleh terlewatkan, mempercantik wajah jangan sampai melupakan mempercantik akhlak, bahkan hal itu yang lebih penting sehingga Nabi menambahkan “jika suami memerintahnya maka ia mentaatinya”. Dan Nabi SAW mengajarkan doa :

اللَّهُمَّ كَمَا حَسَّنْتَ خَلْقِي فَحَسِّنْ خُلُقِي

Ya Allah, sebagaimana Engkau baguskan fisikku, maka baguskanlah akhlakku." [Al-Adzkar lin Nawawi]

 

Wahai para istri, tampillah di hadapan suami dengan mode cantik maksimal. Jangan lupa, jika bibir pakai lipstik maka hiasi pula bibir dengan kata kata lembut.  Jika pipi sudah pakai blush on maka hiasi pula pipi dengan lesung pipi seyum. Jika mata dihiasi dengan celak maka jadikan mata dengan pandangan cinta dan memuliakan. Jika jari jemari sudah dihiasi hena maka hiasi pula jari itu dengan sentuhan lembut.  

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk menjaga penampilan kita di hadapan pasangan sehingga keluarga tetap harmonis dan samara.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Thursday, October 12, 2023

MENGHARGAI MAKANAN

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda :

مَا عَابَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا قَطُّ إِنْ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَإِلَّا تَرَكَهُ

“Rasul SAW tidak pernah mencaci makanan, jika suka, maka beliau memakannya dan jika tidak maka beliau meninggalkannya.” [HR Muslim]

 

Catatan Alvers

 

Banyak orang ketika makan ia menyisakan makanan begitu saja dengan mubadzirnya padahal di tempat lain boleh jadi sesuap nasi akan sangat berarti. Ada baiknya sebelum butiran-butiran nasi mengenyangkan perut,  kita merenung betapa banyak kerja dan kegiatan yang mendahuluinya. Bila kita mampu menghargai arti sebutir nasi serta orang-orang yang menghasilkannya, maka saat itulah kita bisa mensyukurinya. Allah SWT berfirman :

فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ إِلَى طَعَامِهِ. أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاءَ صَبًّا . ثُمَّ شَقَقْنَا الْأَرْضَ شَقًّا. فَأَنْبَتْنَا فِيهَا حَبًّا...

Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit). kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya. lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu… [QS Abasa : 24-27]

 

Dikisahkan bahwa ada seorang “Abid” ahli ibadah mengundang saudaranya ke rumahnya. Setelah tamu datang maka ia menyuguhkan beberapa potong roti lalu si tamupun memilih-milih roti yang paling bagus. Sang abid berkata :

مَهْ أَيَّ شَيْءٍ تَصْنَعُ

“Berhenti, apa yang kau lakukan itu?”

Tidakkah kau tahu bahwa roti yang tidak kau ingini di dalamnya terdapat sekian banyak hikmah, dan melewati jasa sekian banyak pekerja sehingga roti itu siap disantap. Mulai dari awan yang membawa air lalu air menyirami tanah, angin, hewan ternak hingga menjadi roti yang ada di hadapanmu. Setelah melewati proses panjang itu apakah engkau masih memilih-milih dan tidak menerimanya?”. [Ihya Ulumuddin]

 

Imam Ghazali menyampaikan satu hadits bahwa “Sebuah roti tidaklah siap disantap dihadapan seseorang sehingga ia melewati 360 pekerja. Dimulai dari Malaikat Mikail AS yang menakar air dari perbendaharaan rahmat Allah, lalu para malaikat yang  menggiring awan, matahari, rembulan dan bintang-bintang dan para malaikat angin hingga binatang-binatang ternak. Dan terakhir adalah tukang roti yang memasaknya”. [Ihya Ulumuddin]

 

Memahami proses panjang dan banyaknya orang yang berpartispasi dalam sebuah makanan maka Nabi SAW memerintahkan kita agar tidak mencela makanan jika tidak menyukainya sebagaimana hadits utama di atas. Dan sebaliknya beliau memberikan teladan agar kita memuji makanan yang ada. Ketika beliau meminta lauk pauk kepada istri beliau lalu istri berkata : “Kami tidak memiliki lauk melainkan cuka saja”. Maka beliau meminta lauk yang ada dan memulai memakannya lalu beliau bersabda :

نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ

Lauk ternikmat adalah cuka, Lauk ternikmat adalah cuka. [HR Muslim]

 

Beliau juga memerintahkan agar kita memakan apa yang ada didekat kita. Umar bin abi salamah RA berkata : Ketika aku masih kecil dan berada di bawah asuhan Nabi SAW, saat makan maka tanganku kesana-kemari di atas piring besar. Maka Beliau bersabda:

يَا غُلَامُ سَمِّ اللَّهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ

“Wahai bocah, bacalah basmalah, makanlah dengan tangan kanan, dan makanlah apa yang ada di dekatmu”. [HR Bukhari]

 

Beliau juga memerintahkan agar tidak membiarkan makanan terjatuh. Rasulullah SAW bersabda :

إِذَا وَقَعَتْ لُقْمَةُ أَحَدِكُمْ فَلْيَأْخُذْهَا فَلْيُمِطْ مَا كَانَ بِهَا مِنْ أَذًى وَلْيَأْكُلْهَا وَلاَ يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ

“Apabila suapan makanan salah seorang di antara kalian jatuh, ambilah kembali lalu buang bagian yang kotor dan makanlah bagian yang bersih. Jangan dibiarkan suapan tersebut dimakan setan.” [HR Muslim]

 

Beliau juga mengajarkan agar tidak menyisakan makanan walau tinggal sedikit yang tersisa menempel dijari-jari. Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwasannya Rasul SAW menjilati jari jari beliau (setelah makan dan sebelum mencuci tangan) dan beliau menjelaskan alasannya :

إِنَّكَ لَا تَدْرِي فِي أَيِّ طَعَامِكَ تَكُونُ الْبَرَكَةُ

Engkau tidak tahu di bagian mana dari makananmu yang mengandung barokah. [HR Ahmad]

Bahkan Imam ghazali menyebutkan hadits :

آخِرُ الطَّعَامِ أَكْثَرُ بَرَكَةً

Akhir makanan adalah paling banyak berkahnya. [Ihya Ulumuddin]

 

Hikmah dari menjilat jari adalah saat air (untuk mencuci tangan) mengenai tangan yang belum dilap, maka ia akan banyak memberikan sisa makanan pada air tersebut, seperti minyak. Dengan demikian air tersebut berubah menjadi kotor. Namun apabila sebelumnya tangan tersebut dibersihkan dahulu, maka sedikitlah sisa makanan yang tersisa dan air dapat menghilangkannya. [Faidlul Qadir]

 

Aktifitas tersebut ternyata memiliki manfaat dari sisi medis.  dr. Charles Gerba dari University of Arizona, Amerika Serikat menyatakan bahwa makan menggunakan tangan dan menjilat jari jemari sesudahnya memiliki manfaat kesehatan. Di sela-sela jari manusia mengandung enzim Rnase yang berfungsi sebagai pengikat bakteri untuk menekan aktivitas bakteri ketika masuk bersamaan dengan makanan. Selain manfaat tersebut, enzim ini juga berfungsi sebagai kekebalan tubuh manusia. [rs-alirsyadsurabaya co id]

 

Enzim RNase dapat mendepolarisasi RNA (asam nukleat). Sehingga ketika kita menyuap makanan dengan tangan, bakteri yang terdapat pada makanan dapat terikat oleh enzim Rnase yang dihasilkan di tangan Anda. Proses ini membantu memperbaiki pencernaan di usus dan mencegah penumpukan bakteri berbahaya di usus. Tidak hanya itu, saat Anda menyentuh makanan dengan tangan, sebuah sinyal dikirim ke pikiran untuk melepaskan cairan pencernaan dan enzim. [yesdok com]

 

Selanjutnya jangan lupa bersyukur atas nikmat makanan yang dimakan. Rasul SAW bersabda : Barang siapa yang makan dan membaca :

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنِي هَذَا الطَّعَامَ وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلَا قُوَّةٍ

“Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makan dengan makanan ini dan memberiku rizki dengan tanpa daya dan kekuatan dariku”.

Maka dosanya akan diampuni baik yang terdahulu maupun yang belakangan. [HR Abu Dawud]

 

Dan setelah selesai makan dan makanan di angkat maka Rasul SAW membaca :

الْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ غَيْرَ مَكْفِيٍّ وَلَا مُوَدَّعٍ وَلَا مُسْتَغْنًى عَنْهُ رَبَّنَا

Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak lagi baik dan diberkahi, rizkinya tidaklah tertolak, tidak ditinggalkan dan tidak bisa terlepas darinya, wahai tuhanku. [HR Bukhari]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk menghargai rizki dari Allah termasuk makanan yang kita makan sehari-hari yang sering terlupakan.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]