Saturday, October 21, 2023

JIHAD SANTRI

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Anas Bin Maik RA, Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ كَانَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ حَتَّى يَرْجِعَ

“Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu (syar’i) maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang (kembali ke rumahnya)”. [HR Turmudzi]

 

Catatan Alvers

 

Santri adalah sebutan bagi seseorang yang menuntut ilmu agama Islam di pesantren. Jika disebutkan dalam hadits di atas bahwa “Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu (syar’i) maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang (kembali ke rumahnya)” maka bisa dikatakan bahwa santri itu saat keluar dari rumahnya sama halnya ia pergi untuk berjihad. Al-Mubarakfuri berkata :

(فِي سَبِيلِ اللَّهِ) أَيْ فِي الْجِهَادِ لِمَا أَنَّ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ مِنْ إِحْيَاءِ الدِّيْنِ وَإِذْلَالِ الشَّيْطَانِ وَإِتْعَابِ النَّفْسِ كَمَا فِي الْجِهَادِ

Maksud dari perkataan (Fi Sabilillah) artinya seorang (penuntut ilmu agama) berada dalam jihad karena didalam menuntut ilmu terdapat usaha untuk menghidupkan agama dan menghinakan setan serta melemahkan nafsu sebagaimana dalam jihad di medan perang. [Tuhfatul Ahwadzi]

 

Karena mereka para santri terbilang berjihad, maka ketika di antara mereka ada meninggal di pesantren maka ia berpredikat mati syahid (akhirat) sebagaimana dalam hadits disebutkan :

إِذَا جَاءَ الْمَوْتُ لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَهُوَ عَلىَ هَذِهِ الْحَالَةِ مَاتَ وَهُوَ شَهِيْدٌ

Ketika kematian menghampiri penuntut ilmu ketika sedang menuntut ilmu maka ia mati syahid. [HR Al-Bazzar]

Bahkan Ibnu Abbas RA meriwayatkan bahwa Rasul SAW bersabda :

مَنْ جَاءَ أَجَلُهُ وَهُوَ يَطْلُبُ الْعِلْمَ لَقِيَ اللهَ وَلَمْ يَكُنْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّبِيِّيْنَ إِلَّا دَرَجَةُ النُّبُوَّةِ

Barang siapa ajalnya datang ketika ia sedang menuntut ilmu maka ia akan bertemu dengan Allah dalam keadaan tiada jarak diantara derajat dia dan para Nabi melainkan pangkat kenabian saja. [HR Thabrani]

 

Berperang itu tidak hanya dengan pedang tapi juga dengan perkataan. Jadi jika musuh menyerang dengan pedang maka dilawan dengan pedang dan jika musuh menyerang dengan perkataan maka dilawan dengan perkataan. Baginda Nabi SAW memerintahkan kaum muslimin untuk berjihad dengan keduanya, Beliau bersabda :

جَاهِدُوا الْمُشْرِكِيْنَ بِأَيْدِيْكُمْ وَأَلْسِنَتِكُمْ

Perangilah kaum musyrikin dengan tangan- tangan dan mulut-mulut kalian. [HR Ibnu Hibban]

Jihad dengan perkataan itu setara dengan jihad dengan pedang. Dan Nabi SAW bersabda :

إِنَّ الْمُؤْمِنَ يُجَاهِدُ بِسَيْفِهِ وَلِسَانِهِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَكَأَنَّمَا تَنْضَحُوْنَهُمْ بِالنَّبْلِ

Sesungguhnya orang mukmin itu berperang dengan pedangnya dan lisannya. Demi dzat yang mana jiwa berada dalam kekuasaan-Nya, seakan-akan kalian melempar musuh dengan anak panah. [HR Ahmad]

 

Bahkan jihad dengan perkataan itu lebih dahsyat akibatnya daripada jihad dengan pedang. Nabi SAW bersabda :

اهْجُوا قُرَيْشًا فَإِنَّهُ أَشَدُّ عَلَيْهَا مِنْ رَشْقٍ بِالنَّبْلِ

"Balaslah cacian kaum kafir Quraisy karena yang demikian itu lebih pedih bagi mereka daripada bidikan panah." [HR Muslim]

 

Rasulullah SAW pernah memerintah lbnu Rawahah, Ka'ab bin Malik untuk membalas serangan perkataan kaum kafir namun beliau belum puas hingga akhirnya beliau menyuruh Hassan bin Tsabit. Iapun menyambut baik perintah beliau ini. Hassan berkata :  “Telah tiba saatnya engkau (Rasul) mememerintah singa (Hassan) yang mengibas-ngibaskan ekornya, menjulurkan Iidahnya dan menggerak-gerakkannya.

وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَأَفْرِيَنَّهُمْ بِلِسَانِي فَرْيَ الْأَدِيمِ

“Demi Dzat yang telah mengutus engkau dengan membawa kebenaran, aku akan menyayat-nyayat (hati) kaum kafir Quraisy dengan lisanku seperti sayatan kulit."

 

Rasul SAW di satu sisi khawatir Hassan bin Tsabit akan menyerang nasab orang-orang quraiys yang mana hal ini akan berpotensi menjadi “senjata makan tuan” karena dalam nasab mereka ada nasab Rasul SAW. Maka beliau memerintahkannya untuk berkonsultasi dengan orang yang paling tahu tentang nasab Quraisy yaitu Abu Bakar. Dan sepulang darinya, Hassan berkata : Ya Rasulullah, nasab engkau telah aku ketahui silsilahnya.

وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَأَسُلَّنَّكَ مِنْهُمْ كَمَا تُسَلُّ الشَّعْرَةُ مِنْ الْعَجِينِ

Demi Dzat yang telah mengutus engkau dengan kebenaran, Aku akan mencabut engkau dari nasab mereka sebagaimana tercabutnya sehelai rambut dari adonan roti." [HR Muslim]

Lalu Rasul SAW bersabda :

إِنَّ رُوحَ الْقُدُسِ لَا يَزَالُ يُؤَيِّدُكَ مَا نَافَحْتَ عَنْ اللَّهِ وَرَسُولِهِ

Sesungguhnya Ruhul Qudus, Jibril senantiasa bersamamu selama engkau membela Allah dan Rasul-Nya. [HR Muslim]

 

Melestarikan ilmu itu sangat diperlukan sehingga kaum muslimin bisa juga membela agama dengan ilmu mereka saat perang dan pasca perang mereka bisa menjaga kelestarian ilmu. Maka dari itu saat terjadi peperangan, tidak semua warga diharuskan pergi ke medan perang, ada sebagian dari mereka yang diperintahkan untuk tetap tinggal dengan tujuan untuk mengkaji ilmu agama. Allah SWT berfriman :

 

وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. [QS at-Taubah : 122]

 

Betapa pentingnya melestarikan Ilmu sehingga Nabi membebaskan tawanan perang jika ia bisa mengajarkan baca tulis yang merupakan sarana utama menuntut ilmu. Ibnu Abbas RA berkata :

كَانَ نَاسٌ مِنْ الْأَسْرَى يَوْمَ بَدْرٍ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ فِدَاءٌ فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِدَاءَهُمْ أَنْ يُعَلِّمُوا أَوْلَادَ الْأَنْصَارِ الْكِتَابَةَ

Beberapa tawanan perang Badar tidak memiliki uang tebusan maka Rasul SAW menjadikan tebusannya dengan mengajari anak-anak Anshar baca tulis. [HR Ahmad]

 

Seperti itulah jihad santri. Dengan memperdalam ilmu agama, mereka bisa mempertahankan Agama Islam dari “ghazwul fikri” serangan-serangan pemikiran yang menyudutkan ajaran Islam dan dengan mengajarkannya mereka bisa melestarikan eksistensi Agama yang diajarkan oleh Rasul SAW.

Wallahu A’lam. Selamat Hari Santri Nasional, Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan pikiran kita untuk lebih giat mengaji dan mengkaji ajaran Islam karena itu adalah bagian dari jihad kaum santri.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

0 komentar:

Post a Comment