Sunday, September 11, 2016

SERBA SERBI IDUL ADHA



ONE DAY ONE HADITH

Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَغْدُو إِلَى الْمُصَلَّى فِي يَوْمِ الْعِيدِ وَالْعَنَزَةُ تُحْمَلُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَإِذَا بَلَغَ الْمُصَلَّى نُصِبَتْ بَيْنَ يَدَيْهِ فَيُصَلِّي إِلَيْهَا وَذَلِكَ أَنَّ الْمُصَلَّى كَانَ فَضَاءً لَيْسَ فِيهِ شَيْءٌ يُسْتَتَرُ بِهِ
Bahwasannya Rasul SAW berangkat menuju Musholla pada hari raya, sementara beliau membawa tombak kecil. Ketika sampai di Musholla, tombak kecil itu ditegakkan di hadapannya kemudian beliau shalat menghadapnya. Hal itu dilakukan karena Musholla (tempat sholat id) tersebut adalah tanah lapang yang tidak memiliki penghalang (sutrah) [HR. Ibnu Majah]

Catatan Alvers

Hari raya telah tiba, ekspresi kegembiraan tampat pada wajah kaum muslimin. Idul Adha adalah syiar islam, yang mana segenap Muslim menunaikan shalat id pada hari tersebut. Bagi mereka yang berhalangan seperti menstruasi pada perempuan, dianjurkan agar tetap datang meramaikannya. Sekalipun cuma hadir di sekitar lokasi shalat. Diriwayatkan dari Ummu 'Athiyah, ia berkata :
اَمَرَ رَسُوْلُ اللهِ ص اَنْ نُخْرِجَهُنَّ فيِ اْلفِطْرِ وَ اْلاَضْحَى اْلعَوَاطِقَ وَ اْلحُيَّضَ وَ ذَوَاتِ اْلخُدُوْرِ، فَاَمَّا اْلحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلاَةَ
"Rasulullah SAW memerintahkan kepada kami untuk membawa keluar anak-anak perempuan yang hampir baligh, perempuan-perempuan haidl dan anak-anak perempuan yang masih gadis, pada Hari Raya 'Iedul Fithri dan 'Iedul Adha. Adapun wanita-wanita yang haidl itu mereka tidak shalat". [HR Muslim]


Ini semua lantaran syiar di balik shalat itu sangat besar. Karena itu, sebagian ulama berpendapat hukum shalat ini wajib seperti pendapat Imam Abu Hanifah. Sedangkan Imam ahmad bin Hanbal menganggapnya fardhu kifayah. Di kalangan Mazhab Syafi'i dan Maliki, hukumnya sunnah muakkadah. [Al-Majmu’]

Sebagaimana keterangan hadits utama di atas bahwa Rasul SAW menyelenggarakan sholat id di musholla. Musholla yang dimaksud bukanlah bangunan untuk sholat seperti jamak kita ketahui namun Musholla (tempat sholat id) tersebut adalah tanah lapang dan terbuka yang disebutkan oleh sayyid sabiq, berada di pintu gerbang Madinah sebelah timur dan berjarak 1.000 Dzira’ dari masjid Nabawi [Fiqhus Sunnah] Jika 1 dzira' setara dengan 61,2 cm maka jarak musholla tersebut adalah 61.200 CM / 100 CM = 612 Meter.

Keberadaan sholat id sebagai syiar maka sudah barang tentu yang baik adalah diselenggarakan di satu tempat dalam satu daerahnya. Sulaiman bin Muhammad bin Umar Al-Bujairami berkata :
قال فى الانوار يستحب الاجتماع فى موضع واحد و يكره تعدده بلا حاجة و للامام المنع منه
Yusuf bin Ibrahim al-ardabily berkata dalam kitab al-Anwar li A’malil Abrar : Sunnah melakukan sholat id dengan cara berkumpul dalam satu tempat dan makruh jika dilakukan dalam beberapa tempat tanpa adanya hajat dan sang imam hendaknya melarangnya. [Bujairimi alal Khatib]

Namun demikian bukanlah suatu keharusan mengerjakan shalat dan khutbah hari Raya di tanah lapang karena para ulama memandang bahwa Nabi SAW mengerjakan yang demikian karena masjid saat itu tak mampu menampung jamaah dikarenakan orang-orang yang berkumpul pada hari Raya lebih banyak dari pada hari-hari yang lain. Diriwayakan dari Abu Hurairah RA bahwasanya:
اَنَّهُ اَصَابَهُمْ مَطَرٌ فيِ يَوْمِ عِيْدٍ فَصَلَّى بِهِمُ النَّبِيُّ ص صَلاَةَ الْعِيْدِ فيِ اْلمَسْجِدِ
pada suatu hari Raya, para shahabat kehujanan, maka Nabi SAW mengerjakan shalat Hari Raya bersama mereka di masjid. [HR. Abu Dawud]

Ibnu Qudamah juga menceritakan pendapat imam Syafi’i :
وحكي عن الشافعي ان كان مسجد البلد واسعا فالصلاة فيه أولى لانه خير البقاع وأطهرها ولذلك يصلي أهل مكة في المسجد الحرام
Jika masjid di daerahnya itu luas maka sholat id di sana lebih baik karena masjid itu adalah tempat terbaik dan paling suci. Oleh karena itulah penduduk mekkah melaksanakan sholat id di masjidil haram [As-Syarhul Kabir libni Qudamah]

Sulaiman Al-Bujairami berkata :
و فعلها بمسجد افضل لشرفه الا لعذر كضيقه و اذا خرج لغير المسجد استخلف ندبا من يصلى و يخطب فيه،
Melakukan sholat id di masjid lebih afdhal karena keutamaan masjid kecuali jika ada udzur seperti masjidnya sempit. Jika jamaah diselenggarakan di tempat selain masjid maka sunnah agar ada sebagian jamaah yang sholat dan khutbah di masjid. [Bujairimi alal Khatib]

Dalam momen idul adha, disunnahkan bertakbir (mursal) pada malamnya mulai dari terbelamnya matahari sampai Imam memulai sholat dengan takbiratul Ihram, dilaksanakan dengan suara keras dan sunnah pula berktakbir (Muqayyad) setiap sehabis shalat meskipun shalat jenazah, yang berlaku mulai subuh hari arafah (9 Dzulhijjah) sampai ashar hari tasyriq terakhir. Sunnah pula bertakbir mulai tanggal 1 sampai 10 Dzulhijjah ketika melihat binatang ternak atau mendengar suaranya. [I’anatut Thalibin]

Dsiebutkan dalam kitab al-Bujairami, Bacaan takbir pada hari raya adalah
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Sebagaimana keterangan kitab Al-Umm, baik jika dilanjutkan setelah 3 x takbir dengan bacaan :
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بَكْرَةً وَأَصِيلًا لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَلَا نَعْبُدُ إلَّا إيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ
[al-Bujairami]

Menurut keterangan Al-Barmawi, Disunnahkan pula bershalawat kepada Nabi dan keluarga serta para sahabatnya dengan bacaan berikut :
اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَصْحَابِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وعلى أزواج سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وعلى ذرية سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا كَثيِرْاً.
[Hasyiyah Al-Jamal]

Khusus takbir Idul Adha dimulai dari subuh hari Arafah (9 Dzulhijjah, sehari sebelum hari raya) dan berakhir setelah terbenam matahari pada hari ketiga dari pada hari-hari Tasyriq. Berikut keterangannya :

وَيُكَبِّرُ مِنْ غُرُوْبِ الشَّمْسِ لَيْلَةَ العِيْدِ إِلىَ أَنْ يَدْخُلَ الإِمَامُ فيِ الصَّلاَةِ وَفيِ الأَضْحَى خَلْفَ الصَّلَوَاتِ الفَرَائِضِ مِنْ صُبْحِ يَوْمِ عَرَفَةَ إِلىَ العَصْرِ مِنْ آخِرِ أَياَّمِ التَّشْرِيْقِ
Bertakbir dimulai semenjak terbenam Matahari di malam Id sampai dengan Imam sholat Id masuk (mulai) dalam shalatnya. Dan takbir Idul-Adha (selain malamnya) adalah setelah shalat fardu, Mulai subuh hari ‘Arafah (yaitu sehari sebelum hari raya tepatnya tanggal 9 Dzulhijjah) sampai dengan Ashar akhir hari Tasyriq. (tanggal 11 13 Dzulhijjah) [Kifayatul-Akhyar]

Takbir-takbir tersebut hanya untuk selain orang yang berhaji, Sayyid bakri berkata :
وما ذكر لغير الحاج، أما هو فلا يكبر هذا التكبير لأن التلبية شعاره.
Takbir tersebut berlaku untuk selain orang yang menunaikan haji, Adapun bagi yang menunaikan haji maka tidak usah bertakbir karena syiar mereka adalah talbiyah. [I’anatut Thalibin]

Pada dasarnya, hal-ihwal idul adha itu sama dengan sholat idul fitri kecuali dalam beberapa hal, diantaranya sebaiknya seseorang tidak makan pada hari idul adha kecuali setelah selesai pelaksanaan sholat id. Dari ‘Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, ia berkata,
كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم لاَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَطْعَمَ وَ لاَ يَطْعَمُ يَوْمَ اْلاَضْحَى حَتَّى يُصَلّيَ
"Dahulu Rasulullah SAW tidak pergi Shalat Hari Raya 'Iedul Fithri melainkan sesudah makan. Dan tidak makan pada Hari Raya 'Iedul Adlha melainkan sesudah kembali dari shalat". [HR. Tirmidzi]

Selanjutnya dalam waktu pelaksanaan sholat. Sayyid Bakri berkata:
ويسن أن يعجل الحضور في الاضحى ليتسع وقت التضحية، ويؤخره قليلا في الفطر ليتسع وقت صدقة الفطر قبل الصلاة.
Sunnah menyegerakan berangkat sholat idul adha supaya waktu penyembelihan lebih panjang (lama). Adapun untuk sholat idul fitri sunnahnya agak diakhirkan supaya lebih panjang (lama) waktu untuk menunaikan zakat fitrah sebelum melaksanakan sholat Id. [I’anatut Thalibin] Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk menyemarakkan momen hari raya idul adha ini sesuai tuntunannya.

Salam Satu Hadith,
DR.H.Fathul Bari, Malang, Ind

------------------------
Kajian Hadits ODOH
Sistem SPA (Singkat, Padat, Akurat)
Buku ODOH Bisa pesan online,
Inbox 081-2521-4321

0 komentar:

Post a Comment