Monday, December 25, 2017

ILMU MINUS AKHLAK



ONE DAY ONE HADITH

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ صَالِحَ الأَخْلاَقِ
Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan baiknya akhlaq [HR Ahmad]

Catatan Alvers

Misi utama diutusnya Rasul SAW ke dunia bukanlah untuk memajukan ilmu, pengetahuan dan teknologi melainkan menyempurnakan Akhlak. Maka barometer kemuliaan itu bukan hanya faktor ilmu yang mumpuni ansich melainkan kemuliaan itu dinilai dari keagungan akhlak seseorang karena akhlak adalah cerminan dari kesempurnaan iman dan taqwa. Rasulullah SAW Bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
Orang Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya [HR Tirmidzi]

Bahkan dengan akhlak mulia seseorang akan selevel dengan orang yang senantiasa berpuasa dan shalat malam. Rasul SAW bersabda :
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ
Sesungguhnya dengan akhlak mulia seorang mukmin akan sampai ke derajat orang yang mengerjakan puasa dan shalat malam.”’ [HR Abu Daud]


Hal inilah yang banyak dilupakan oleh orang zaman now. Gunung didaki, lautan diseberangi namun masjid dilewati. Sehingga masalah terbesar bangsa ini bukanlah minimnya ilmu pengetahuan namun dekadensi akhlak dan moral. Setiap tahunnya ribuan sarjana dari berbagai universitas dan jurusan diwisuda sehingga semakin banyak orang yang berilmu namun masalah yang dihadapi bangsa ini bukannya berkurang namun malah bertambah pelik dan rumit.

Urusan ilmu pengetahuan bangsa kita tidak kalah dengan bangsa lain bahkan ada anak bangsa yang memiliki gelar akademik terpanjang hingga memecahkan rekor MURI. Tak tanggung-tanggung si empunya yang berasal dari makassar memiliki 27 gelar akademis Asal dari Makassar yaitu Welin Kusuma, ST, SE, S.Sos, SH, S.Kom, SS, SAP, S.Stat, S.Akt, S.Ikom, MT, MSM, MKn, RFP-I, CPBD, CFP, Aff.WM, BKP, QWP, CPHR, ICPM, AEPP, CBA, CMA, CPMA, CIBA. Sungguh Gelar yang sambung menyambung menjadi satu hingga susah menuliskannya bahkan menyebutkannya.

Namun sekali lagi masalahnya bukan itu, namun masalah terletak pada kwalitas akhlak bangsa ini. Betapa banyak orang yang bergelar dan menduduki jabatan terhormat namun berani melakukan korupsi, baik yang tertangkap ataupun belum tertangkap KPK. Berilmu tinggi namun tinggi hati dan dengan mudahnya merendahkan, mencemooh bahkan mengumpat orang lain dengan tanpa merasa bersalah.

Secara etimologi akhlak berarti watak dan tabi’at. Imam Ghazali mendefinikan akhlak dengan :
عبارة عن هيئة في النفس راسخة، عنها تَصدُر الأفعال بسهولة ويُسرٍ من غير حاجة إلى فِكْر ورويَّة
Istilah yang menunjuk kepada suatu keadaan yang tertanam di dalam jiwa yang menampilkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa perlu berfikir. [Ihya’ Ulumuddin]

Imam Syaf’i tidaklah hanya ber-ilmu namun beliau mempunyai akhlak yang mulia dan inilah kiranya yang menjadikan beliau sebagai imam besar. Beliau selalu memegangi nasehat gurunya, Imam Malik yang berkata :
 يا محمد ، إجعل علمك ملحا وأدبك دقيقا
Wahai Muhammad, jadikanlah Ilmu-mu itu seperti garam dan jadikanlah adab-mu seperti tepung. [Al-Manhaj As-Sawi : 198]

Ibnul Mubarak, seorang ulama besar yang lahir pada 118 H dengan memiliki banyak karya kitab dan mengembara menuntut ilmu mulai dari Yaman, Mesir, Syiria hingga Bashrah dan Kufah. Beliau berkata :

طلبت الأدب ثلاثين سنةً, وطلبت العلم عشرين سنةً, وكانوا يطلبون الأدب قبل العلم
Aku belajar adab selama 30 tahun dan mencari ilmu selama 20 tahun. Dan para Ulama (saat itu) belajar adab sebelum menuntut ilmu [Ghayatun Nihayah Fi Thabaqatil Qurra’ I:446]

Kemudian beliau berkesimpulan :
 نحن إلي قليل من الأدب أحوج منّا إلي كثير من العلم.
Kami lebih membutuhkan sedikitnya adab dibandingkan banyak nya ilmu. [Madarijus Salikin II, 356]


Hal yang sama dikatakan oleh Abdurrahman ibnul Qasim:
خدمت الإمام مالكا رضي الله عنه عشرين سنة، فكان منها سنتان في العلم وثماني عشرة سنة في تعلّم الأدب، فيا ليتني جعلت المــــدة كلهـا أدبا
Aku pernah ber-khidmat kepada imam Malik selama 20 tahun, dan dari 20 tahun itu hanya 2 tahun aku belajar ilmu dan 18 tahunnya aku belajar adab, setelah saya mengetahui ilmu adab (akhlaq),
saya berangan-angan semua waktuku aku gunakan untuk belajar adab darinya. [Al-Manhaj As-Sawi]

Imam Abu Hanifah berkata,
الْحِكَايَاتُ عَنْ الْعُلَمَاءِ وَمُجَالَسَتِهِمْ أَحَبُّ إلَيَّ مِنْ كَثِيرٍ مِنْ الْفِقْهِ لِأَنَّهَا آدَابُ الْقَوْمِ وَأَخْلَاقُهُمْ
“Kisah-kisah para ulama dan duduk bersama mereka lebih aku sukai daripada menguasai beberapa bab fiqih. Karena dalam kisah mereka diajarkan berbagai adab dan akhlak luhur mereka.” [Al Madkhal, 1: 164]

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani menulis kitab “Bulughul Maram min Adillatil Ahkam” sebuah kitab yang memuat dalil-dalil hukum (fikih). Menariknya pada bab terakhir beliau menulis bab berjudul kitabul Jami’ yang mana bab ini bukan membahas masalah fikih namun masalah adab. Rupanya secara implisit beliau mengingatkan para thalibul Ilm bahwa ilmu minus akhlak tidak akan banyak bermanfaat maka merupakan keniscayaan untuk menyempurnakan ilmu dengan akhlak sebagaimana misi Rasul SAW.

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari tidak menjadikan kita sebagai orang congkak, sombong dan mudah meremehkan orang lain sebab “sedikit“ ilmu yang telah kita dapatkan. Ya Allah, Jadikanlah kami orang-orang yang tawadlu dan semakin ber-akhlak seiring bertambahnya ilmu kami.

Salam Satu Hadith,
DR.H.Fathul Bari Bin Badruddin
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jawa Timur Indonesia

DAPATKAN BUKUNYA

BISA KIRIM KE SULURUH DUNIA

HUBUNGI ANNUR 2 STORE 

+62-858 5895 9765


0 komentar:

Post a Comment