Thursday, November 1, 2018

POLITISASI AYAT



ONE DAY ONE HADITH

Diriwayatkan dari Ibnu Abbad RA, Rasul SAW bersabda :
وَمَنْ قَالَ فِي الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
Barangsiapa berkata tentang Al Qur’an dengan logikanya (semata), maka silakan ia mengambil tempat duduknya di neraka. [HR. Abu Dawud]

Catatan Alvers

Dikisahkan di zaman orde baru terdapat seorang juru kampanye yang mengutip ayat :
وَبِالنَّجْمِ هُمْ يَهْتَدُونَ
.... Dan dengan bintang itulah mereka mendapat petunjuk. [QS A-Nahl : 16]
Ayat ini dikutip bukan untuk menjelaskan makna tafsiran Al-Qur’an namun karena hendak menarik massa agar memilih dan mendukung partai berlambang bintang.


Jurkam partai politik lainnya tidak mau kalah, mereka juga mengutip ayat :
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ. تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. [QS Ibrahim: 24-25]

Ia menjelaskan pohon yang baik dalam ayat tersebut agar massa bisa mendukung partai berlambang pohon dan dia menafsirkan sendiri jenis pohon baik yang dimaksud adalah pohon yang ada dalam logo parpol yang didukungnya. Mendengar jurkam sebelah menggunakan al-Qur’an sebagai alat propagandanya, maka jurkam parpol lain mengimbanginya dengan mengutip ayat al-Qur’an:
وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ
Janganlah kamu dekati pohon ini yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. [QS al-Baqarah: 35]

Pernah terjadi di Inderamayu Jawa Barat, Bupati petahana saat itu membuat iklan di harian lokal pada 10/1/2009 dengan menyantumkan ayat :
إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ
sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya." [QS al-Qashash : 26].
Dalam iklan itu juga tertulis; “Bila tidak, sesungguhnya kita akan termasuk golongan orang yang mengkhianati Allah Swt, Rasul dan kaum muslimin serta demi terwujudnya Inderamayu yang relijius, mandiri dan sejahtera (Remaja), yang menjadi cita-cita seluruh rakyat.”

Mencermati hal ini maka MUI Jabar memberikan reaksi keras dengan menuntut pelaku dan partainya untuk meminta maaf karena dinilai telah mempolitisasi ayat suci al-quran (simbol-simbol agama) yang dapat meresahkan masyarakat. [ Republika co id]

Inilah realita politisasi ayat untuk kepentingan pribadi dan golongan. Politisasi ayat saya maksudkan sebagai upaya menjadikan ayat Al-Qur’an, hadits atau  teks keagamaan untuk mendukung kelompok politik tertentu ataupun juga untuk menjatuhkan kelompok politik lain yang berseberangan dengan cara menafsirkannya sesuai ambisi dan kepentingan pribadi kelompoknya. Politisasi Ayat seperti inilah yang termasuk kategori “berkata tentang Al Qur’an dengan logikanya (semata)” dengan ancaman neraka sebagaimana terdapat dalam hadits utama di atas.

Ternyata politisasi ayat seperti ini tidak hanya terjadi di zaman sekarang, namun sudah terjadi sejak dahulu kala. Imam As-Shaubuni mengisahkan bahwa Marwan adalah seorang amil (Gubernur) wilayah Madinah mendapat perintah dari Khalifah berkuasa saat itu yaitu Muawiyah untuk sosialisasi bahwa Yazid putera Muawiyah akan menjadi khalifah setelah kemangkatannya. Menindaklanjuti hal ini, Marwan mengumpulkan rakyat dan berpidato di hadapan mereka. “Sesungguhnya Allah telah memperlihatkan kepada Amirul Mukminin pendapat yang baik dalam diri Yazid (putera muawiyah). Jika Amirul Mu’minin mengangkatnya sebagai khalifah, sungguh (itu persis dengan apa yang dilakukan oleh) oleh Abu Bakar dan Umar dalam menunjuk penggantinya (khalifah)”.

Abdurrahman (putra Abu Bakar RA) menjawab: “(Pengangkatan Yazid sebagai Khalifah) tiada lain melainkan sistim kerajaan?” Marwan menjawab: Itu sama dengan sunnah (perilaku) Abu Bakar dan Umar. Abdurrahman menjawab lagi “Tidak, sebab Abu Bakar dan Umar tidak mengangkat anak atau familinya sebagai khalifah sedangkan Muawiyah bertindak semata-mata untuk kehormatan anaknya.  Mendengar hal ini Marwan ingin menangkap Abdrurrahman namun ia lari dan masuk ke rumah Sayyidah Aisyah RA (adiknya), karena prajuritnya tidak dapat menangkapnya karena tidak berani masuk ke rumah Istri Nabi SAW.
Marwan mencari justifikasi penangkapan Abdurrahman dengan mempolitisasi ayat. Ia berkata “Tangkap dia sebab dialah orang yang dimaksud dengan ayat: “Dan orang yang berkata kepada kedua ibu bapaknya “cis” bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku?” [QS Al-Ahqaf : 17]

Dari balik tabir Aisyah RA menolak politisasi ayat tersebut dengan berkata :
مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فِينَا شَيْئًا مِنْ الْقُرْآنِ إِلَّا أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ عُذْرِي وَلَوْ شِئْتُ أَنْ أُسَمِّيَ الَّذِي أُنْزِلَتْ فِيْهِ لَسَمَّيْتُهُ
“Allah tidak pernah menurunkan ayat Al-Qur’an tentang kasus seseorang tertentu di antara kita kecuali ayat yang melepaskan aku dari tuduhan berbuat jahat, andaikata aku mau menjelaskan orang yang menjadi kasus turunnya ayat tesebut niscaya akan kujelaskan (dan itu bukan Abdurrahman)”. [At-Tibyan Fi Ulumil Qur’an]
Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan memberi hidayah kepada kita semua untuk tidak menjadikan Ayat- Ayat Al-Qur’an sebagai alat politik namun menjadikannya sebagai landasan dan pedoman berpolitik yang santun, damai dan tidak mencaci-maki kelompok yang berseberangan.

Salam Satu Hadits,
Dr. H. Fathul Bari Alvers

NB.
Hak Cipta berupa Karya Ilmiyah ini dilindungi oleh Allah SWT. Mengubah dan menjiplaknya akan terkena hisab di akhirat kelak. *Silahkan Share tanpa mengedit artikel ini*. Sesungguhnya orang yang copas perkataan orang  lain tanpa menisbatkan kepadanya maka ia adalah seorang pencuri atau peng-ghosob dan keduanya adalah tercela [Imam Abdullah Alhaddad]

Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani
Ayo Mondok! Nggak Mondok Nggak Keren!

0 komentar:

Post a Comment