Monday, September 26, 2022

HAKIKAT HARTA


 ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

يَقُولُ الْعَبْدُ مَالِي مَالِي إِنَّمَا لَهُ مِنْ مَالِهِ ثَلَاثٌ مَا أَكَلَ فَأَفْنَى أَوْ لَبِسَ فَأَبْلَى أَوْ أَعْطَى فَاقْتَنَى وَمَا سِوَى ذَلِكَ فَهُوَ ذَاهِبٌ وَتَارِكُهُ لِلنَّاسِ

"Seseorang berkata : Hartaku, hartaku, sesungguhnya hartanya hanya ada tiga bagian : harta yang dimakan akan menjadi habis, harta yang dipakai akan menjadi usang, harta yang disedekahkan itu akan menjadi miliknya, dan selain tiga bagian itu maka akan lenyap dan akan ia tinggalkan untuk orang lain”. [HR Muslim]

 

Catatan Alvers

 

Pasca wafatnya Ratu Elizabeth II pada 8 September 2022 lalu di Skotlandia pada usia 96 tahun, beredar potret gudang yang penuh dengan emas 24 karat milik ratu terlama (70 tahun) di inggris itu yang berada di ruang bawah tanah. Diketahui tumpukan emas batangan itu disimpan di ruang penyimpanan Bank Of England. Dalam foto terlihat potret sang Ratu tengah melihat ruang penyimpanan ribuan emas batangan miliknya. [Tribunnews com]

 

Begitu banyak harta sang ratu, namun ketika sang ratu meninggal dunia lantas apakah ada manfaat untuk pribadinya? Itu adalah pelajaran untuk kita bahwa memiliki harta yang banyak itu tidak akan ada artinya jika orangnya sudah meninggal karena hartanya tidak bisa dibawa mati atau mendatangkan kesenangan untuknya. Kiranya itulah yang diingatkan oleh Nabi SAW dalam hadits utama di atas. "Manusia berkata : Hartaku, hartaku, sesungguhnya hartanya hanya ada tiga bagian : harta yang dimakan akan menjadi habis, harta yang dipakai akan menjadi usang atau harta yang disedekahkan itu akan menjadi miliknya, dan selain tiga bagian itu maka akan lenyap dan akan ia tinggalkan untuk orang lain”. [HR Muslim]

 

Harta akan dinikmati di dunia sebentar saja dan ia akan segera lenyap seperti air hujan yang menggenang di atas tanah lalu dengan cepatnya ia meresap dan hilang dari permukaan tanah. Manusia dan harta dunia tidaklah bersama-sama selamanya karena hanya ada dua pilihan bagi manusia, dunia meninggalkan manusia atau manusia meninggal dunia. Allah SWT berfirman :

إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ

Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, hanyalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari arah langit.

Dalam lanjutan ayat : lalu tumbuhlah tanaman-tanaman bumi dengan subur (karena air itu), di antaranya ada yang dimakan manusia dan hewan ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan berhias, dan pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik hasilnya), datanglah kepadanya azab Kami pada waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman)nya seperti tanaman yang sudah dibabat habis, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang yang berpikir. [QS Yunus: 24]

 

Pada ayat tersebut, Allah menyerupakan harta dengan air hujan. Mengapa air hujan dan bukan air sumur?. Karena Air hujan itu didapat dengan tanpa usaha manusia sementara air sumur didapat dengan kerja kerasnya dengan menggali tanah dengan alat bor. Syeikh Muhammad bin Ahmad As-Shawy dalam tafsirnya berkata :

إِنَّ الدُّنْيَا تَأْتِي بِلَا كَسْبٍ مِنْ صَاحِبِهَا وَلَا تُعَانُ مِنْهُ كَمَاءِ السَّمَاءِ بِخِلَافِ مَاءِ الْاَرْضِ فَيُنَالُ بِالْاَلَاتِ

Harta itu diperoleh bukan dengan usaha dari pemiliknya (manusia), dan tidak didapatkan darinya seperti halnya air hujan. Hal ini berbeda dengan air sumber yang bisa didapatkan dengan alat (bor). [Hasyiyah As-Shawy]

 

Menyadari akan hakikat  ini, Nabi sulaiman AS berkata :

هٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّيْ لِيَبْلُوَنِيْٓ ءَاَشْكُرُ اَمْ اَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِه وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ رَبِّيْ غَنِيٌّ كَرِيْمٌ

“Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya, Mahamulia.” [QS An-Naml : 40]

 

Lain halnya dengan Qarun, Ia berkata :

اِنَّمَآ اُوْتِيْتُه عَلٰى عِلْمٍ عِنْدِيْ

Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku.” [QS Al-Qashash : 78]

 

Dalam sebuah quote di medsos yang viral disebutkan : “Rezeki datang bukan semata-mata karena kerja keras. Sebab, jika rezeki datang karena kerja keras, maka kulit bangunan menjadi orang paling kaya di dunia. Jika rezeki datang karena kepintaran, maka dosen, guru, dan mereka yang berilmu tinggi, menjadi orang yang paling kaya. Jika rezeki datang karena pangkat dan kedudukan, maka presiden dan raja -raja merupakan orang paling kaya dan berada pada urutan pertama terkaya di dunia. Jika rezeki datang karena lamanya waktu kerja, maka warung kopi yang buka 24 jam menjadi orang terkaya di dunia. Rezeki itu datang bukan karena semua itu, melainkan karena kasih sayang Allah. Karenanya, mengejar rezeki bukan mengejar karena banyaknya atau jumlahnya yang besar, tetapi kejarlah berkah”. [republika.co.id]

 

Maka bekerja itu adalah ikhtiyar (usaha) sementara rizki itu tetaplah merupakan anugerah dari Allah SWT. Usaha bisa ditiru namun rezeki tidak demikian. Maka untuk mendapatkan keberkahan seseorang haruslah berusaha dengan pekerjaan yang halal dan membelanjakannya dalam kebaikan. Ingat harta akan dipertanggugjawabkan di akhirat dengan dua pertanyaan, Yaitu :

عَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ

Ditanyakan perihal hartanya; Dari mana harta didapatkan dan dalam hal apa ia dibelanjakan. [HR Turmudzi]

 

Suatu ketika para sahabat bertanya kepada Sayyidina Ali KW. Wahai Abul Hasan, ceritakan kepadaku pandanganmu mengenai dunia.  Ali KW bertanya : Dengan panjang lebar ataukah dengan perkataan yang singkat? Para sahabat berkata : dengan singkat saja. Ali KW berkata :

حَلَالُهَا حِسَابٌ وَحَرَامُهَا عَذَابٌ

Halalnya dunia akan dihisab dan haramnya akan mendatangkan adzab. [Kanzul Ummal]

 

Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk terus berikhtiyar mencari rizki dengan penuh keyakinan bahwa rizki itu merupakan anugerah dari Allah SWT sehingga kita senantiasa bisa mensyukurinya.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

 

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

0 komentar:

Post a Comment