إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Tuesday, August 12, 2025

NABI DARI YAMAN?

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW Bersabda :

الْإِيمَانُ يَمَانٍ وَالْحِكْمَةُ يَمَانِيَةٌ

“Iman itu Yamani dan Hikmah itu Yamaniyah.” [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Beredar potongan video di medsos dengan caption “Sholawat Yamani tidak sesuai syariat”, terdapat seorang muballigh berkata: “Ada shalawat yang sampai sekarang saya berpikir ini bagaimana, yaitu :

صَـــلاَةُ  اللهْ عَلـَى طَهَ اليَمَانِي      شَفِيْعِ الخَـْلِق فِيْ يَوْمِ القِـيَامَة

Semoga shalawat takdzim Allah selalu tercurah kepada Thaha Al-yamani, pemberi syafaat makhluq pada hari kiamat. Kenapa disebutkan dengan redaksi Al-Yamani (Nabi sebagai orang Yaman), kenapa bukan Al-Makky (orang Mekkah)? Coba Anda pikir! Mulai dari dulu dinyatakan bahwa “lahirnya nabi di Mekkah dan hijrahnya ke Madinah” dimanapun keterangan, baik itu di kitab Taurat maupun kitab lainnya demikian. Tapi kenapa pada redaksi shalawat itu disebut Thaha Al-Yamani (Nabi Muhammad SAW adalah orang yaman)? Yang benar kan (Al-Makky, orang Mekkah)? Loh Anda kok bingung? Apakah Anda baru menyadari kejanggalan ini? Wah... ini akan menjadi viral lagi ini! Kenapa para kyai diam (tidak meluruskan hal ini?)”.

 

Begitu mendegar potongan videonya, saya langsung berpikir mengenai motivasinya apakah ini startegi menjadi viral seperti yang dikatakan oleh peribahasa “Khalif Tu’raf” (Nyeleneh-lah niscaya kau menjadi viral) ataukah merupakan gambaran dari gegabahnya sang muballigh karena ia tidak mempelajari secara mendalam apa yang akan disampaikannya? Ataukah ada motif lain? Yang jelas apapun motifnya, jika statement tersebut tidak diluruskan maka akan banyak yang salah paham sehingga akan menuduh bahwa shalawat tersebut adalah sesat sebagaimana ditulis dalam caption atau bahkan bisa memperuncing perdebatan yang ada selama ini.

 

Perkataan “Thaha Al-yamani”, itu jelas yang dimaksudkan dari kata “Thaha” pada redaksi shalawat itu adalah Nabi Muhammad SAW, terlepas dari perdebatan mengenai maksud dari Thaha itu sendiri. Lantas bagaimana maksud dari kata Yamani? Kata yamani itu merupakan nisbat kepada Yaman dan yang dimaksudkan dengan Yamani adalah Makkah dan Madinah itu sendiri. Mengapa demikian? Boleh jadi penulis shalawat tersebut berpendapat demikian dengan mengikuti pendapat yang mengatakan bahwa kata “Yamani” sebagaimana dalam hadits diatas berarti Mekkah Madinah. Imam Nawawi mengutip alasan dari pendapat tersebut, yaitu :

وَنَسَبَهُمَا إِلَى الْيَمَنِ لِكَوْنِهِمَا حِينَئِذٍ مِنْ نَاحِيَة الْيَمَنِ ، كَمَا قَالُوا الرُّكْنُ الْيَمَانِيُّ وَهُوَ بِمَكَّة لِكَوْنِهِ إِلَى نَاحِيَة الْيَمَنِ

Rasul SAW menisbatkan Mekkah dan madinah kepada Yaman karena saat itu (ketika Nabi SAW bersabda) Mekkah dan Madinah berada pada arah Yaman. Hal ini sebagaimana orang-orang menamakan salah satu rukun atau pojok dari bangunan ka’bah dengan nama “Rukun Yamani” padahal ia ada di Mekkah, Hal itu dikarenakan rukun Yamani itu berada pada posisi arah Yaman. [Syarah An-Nawawi]

 

Yaqut Al-Hamawy mengutip perkataan Al-Mada’iny yang berkata :

تِهَامَةُ مِنَ الْيَمَنِ .... وَمَكَّةُ مِنْ تِهَامَةَ

"Tihamah termasuk wilayah Yaman, ... dan Makkah termasuk wilayah Tihamah." [Mu’jamul Buldan]

 

Maka dengan demikian, sah-sah saja mengatakan Rasulullah Al-Yamani (dari Yaman) atau Rasulullah At-tihami (dari tihamah) sebagaimana qashidah “ Shallu Alal Mab’uts min Tihamah”. (Bershalawatlah kepada Nabi, utusan yang berasal dari Tihamah).

 

Jadi dari keterangan ini menjadi jelas bahwa pengarang shalawat tersebut tidak ingin memalsukan asal muasal Nabi Muhammad SAW yang berasal dari Mekkah kemudian menjadi dari Yaman. Karena mengerti makna yang seperti ini maka para kyai diam diam saja dan tidak memprotes redaksi shalawat ini sebagaimana dipertanyakan oileh muballigh diatas.

 

Hadits utama di atas merupakan hadits shahih. Hadits tersebut tercantum dalam Shahih bukhari dalam Bab Firman Allah yang menjelaskan bahwa manusia itu tercipta dengan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Dan pada Bab kedatangan Asy’ariyyin dan penduduk Yaman. Hadits tersebut juga tercantum dalam Shahih Muslim dalam Bab Keutamaan yang Berbeda-beda di Antara Orang-Orang Beriman dan Keunggulan Penduduk Yaman dalam Hal Itu. Dan juga dalam Sunan Turmudzi dalam Bab Keutamaan Yaman.

 

Redaksi lengkapnya dari hadits utama di atas adalah:

أَتَاكُمْ أَهْلُ الْيَمَنِ هُمْ أَرَقُّ أَفْئِدَةً وَأَلْيَنُ قُلُوبًا الْإِيمَانُ يَمَانٍ وَالْحِكْمَةُ يَمَانِيَةٌ وَالْفَخْرُ وَالْخُيَلَاءُ فِي أَصْحَابِ الْإِبِلِ وَالسَّكِينَةُ وَالْوَقَارُ فِي أَهْلِ الْغَنَمِ

“Telah datang penduduk Yaman kepada kalian, mereka adalah kaum yang paling lembut hatinya. Iman itu ada pada orang Yaman. Hikmah itu juga ada pada orang Yaman. Sedangkan kesombongan itu berada pada para pemilik unta sedangkan ketenangan dan kewibawaan berada pada pemilik kambing.” [HR Bukhari]

 

Ketika mensyarahi hadits tersebut, Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata : Ada tiga pendapat dalam menafsiri kata Yamani ini, yaitu (1): adalah

أَنَّ مَبْدَأَ الْإِيمَانِ مِنْ مَكَّةَ لِأَنَّ مَكَّةَ مِنْ تِهَامَةَ وَتِهَامَةُ مِنَ الْيَمَنِ

bahwa asal mula iman berasal dari Makkah, karena Makkah termasuk wilayah Tihāmah, dan Tihāmah termasuk bagian dari Yaman.

 

(2) Yang dimaksud dengan Yaman adalah (arah) Yaman yaitu Makkah dan Madinah, karena ucapan ini disampaikan ketika beliau berada di Tabuk. Maka pada saat itu, Madinah, jika dibandingkan dengan tempat beliau berada, berada di arah Yaman. [Fathul Bari]

 

Imam Nawawi juga mendatangkan keterangan yang sama dan beliau menambahkan pada pendapat keduan ini  “Diriwayatkan dalam hadis bahwa Nabi mengucapkan perkataan ini ketika beliau berada di Tabuk, sedangkan Makkah dan Madinah ketika itu berada di antara beliau dan Yaman. Maka beliau menunjuk ke arah Yaman, sementara yang beliau maksud adalah Makkah dan Madinah. Beliau bersabda, "Iman itu dari Yaman", dan beliau menisbatkan keduanya kepada Yaman karena pada saat itu keduanya berada di arah Yaman. {Syarah An-Nawawi]

 

(3) Pendapat ini dipilih oleh Abu ‘Ubayd (W 224 H) — bahwa yang dimaksud dengan sabda itu adalah kaum Anshar, karena mereka pada asalnya berasal dari Yaman, maka iman dinisbatkan kepada mereka karena mereka adalah para penolong Nabi. [Fathul Bari]

 

Ibnus Shalah (W 642 H) berkata: “Seandainya mereka memperhatikan lafadh hadits tersebut, tentu mereka tidak memerlukan takwil seperti itu sebab sabda beliau ‘Telah datang kepada kalian penduduk Yaman’ adalah khithab (seruan) kepada orang-orang yang hadir, dan di antara mereka ada kaum Anṣār. Maka sudah pasti bahwa yang datang itu adalah selain mereka (orang anshar). Makna hadits tersebut adalah memuji orang-orang yang datang itu dengan sifat kekuatan iman dan kesempurnaannya, dan tidak memiliki pengertian pembatasan.

 

ثُمَّ الْمُرَاد الْمَوْجُودُونَ حِينَئِذٍ مِنْهُمْ لَا كُلُّ أَهْلِ الْيَمَنِ فِي كُلّ زَمَانٍ

Selanjutnya, yang dimaksud adalah orang-orang dari Yaman yang hadir saat itu, bukan semua penduduk Yaman pada setiap zaman.” [Fathul Bari]

 

Ibn Ḥajar sendiri setelah itu menjelaskan bahwa tidak ada halangan untuk memahami sabda Nabi iman itu dari Yaman dengan makna yang lebih luas daripada penjelasan Abu ‘Ubaid dan Ibnus Shalah di atas. Kata Yaman mencakup kepada orang yang dinisbatkan ke Yaman baik karena tempat tinggal (bis sukna) maupun karena keturunan/suku (bil qabilah). Akan tetapi makna yang lebih kuat (adzhar) adalah mereka yang dinisbatkan ke Yaman karena bertempat tinggal di sana. [Fathul Bari]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita agar mendalami ilmu pengetahuan agama sehingga tidak mudah terprofokasi dengan retorika yang menjerumuskan dalam perpecahan.

 

Salam Satu Hadits,

Dr. H. Fathul Bari, SS., M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani

Ayo Mondok! Mondok itu Keren!

WA Auto Respon :  0858-2222-1979

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]