ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, Rasul SAW bersabda
:
أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا
وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ
Orang yang paling banyak mengingat kematian dan
yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, mereka itulah
orang yang paling cerdas.” [HR Ibnu Majah]
Catatan Alvers
Orang yang paling cerdas menurut Nabi SAW bukanlah
orang yang juara olimpiade sains tingkat nasional bahkan dunia tetapi orang
yang paling cerdas sebagaimana hadits utama itu adalah orang yang paling banyak
mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam
berikutnya.” [HR Ibnu Majah] dan Rasul SAW memerintahkan kita untuk banyak
mengingat kematian. Beliau bersabda :
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ:
الْمَوْتَ
“Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu
kematian. [HR Thabrani]
Mengingat kematian itu akan mendatangkan berbagai
manfaat di antaranya Nabi SAW bersabda : Tidaklah mengingat kematian, orang
yang sedang berada dalam kesusahan hidup, kecuali hal itu akan bisa meringankan
kesusahannya. Dan tidaklah mengingat kematian, orang yang sedang berada dalam
kelapangan (senang), kecuali ia akan bisa membatasi kebahagiaannya itu
(sehingga tidak membuatnya lalai).” [HR Thabrani]
Dalam tradisi NU, memperingati wafatnya seorang
ulama atau tokoh lazimnya disebut dengan Haul. Kata “Haul” itu sendiri terdapat
dalam hadits riwayat Imam Baihaqi. Beliau menulis dalam kitab Dala’ilun
Nubuwwah, satu bab mengenai keutamaan Syuhada Uhud dan menziarahi kuburannya.
Beliau meriwayatkan hadits :
قَدْ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزُورُهُمْ فِي كُلِّ حَوْلٍ
Sungguh Rasul SAW mengunjungi mereka (Syuhada Uhud)
setiap tahun. [HR Baihaqi]
Dalam lanjutannya disebutkan :
Lalu Abu Bakar melakukan hal itu setiap tahun, Lalu
Umar bin Khattab, Lalu utsman. Dan Fathimah putri Rasul SAW mendatangi mereka
(kubur Syuhada Uhud). [HR Baihaqi]
Secara bahasa haul itu sendiri artinya setahun
sehingga acara peringatan wafatnya seseorang atau haul itu diadakan setiap
setahun sekali. Acara haul biasanya berisi beberapa kegiatan diantaranya: (1)
ziarah kubur, (2) pembacaan quran atau sekedar surat yasin, dzikir dan tahlil, (3) Tausiyah memuat
kisah-kisah jasa dan kebaikan tokoh yang diperingati haulnya dan (4) sedekah
makanan atau lainnya. Berikut perincian dasar hukumnya.
Pertama, Ziarah kubur. Hal ini diperintahkan oleh
Rasul SAW karena beliau bersabda:
نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ
الْقُبُورِ فَزُورُوهَا
“Dahulu aku melarang kalian berziarah kubur, tapi
(sekarang) berziarahlah kalian”. [HR Muslim]
Dan Rasul SAW menjelaskan manfaatnya dalam sabdanya
:
فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ
karena ziarah kubur itu dapat mengingatkan kalian
kepada kematian. [HR Muslim]
Dan beliau juga bersabda :
أَنَّهَا تُرِقُّ الْقُلُوبَ وَتُدْمِعُ
الْعَيْنَ فَزُورُوهَا
Karena ziarah kubur itu bisa melembutkan hati,
menjadikan mata berlinang air mata maka lakukanlah ziarah kubur. [HR Ahmad]
Kedua, pembacaan quran atau surat yasin, dzikir dan
tahlil. Terdapat perbedaan pendapat di kalangan Ulama, namun Ibnu Hajar
Al-Haitami menukil pendapat yang menyatakan :
مَذْهَبُ أَهْلِ السُّنَّةِ
وَالْجَمَاعَةِ أَنَّ لِلْإِنْسَانِ أَنْ يَجْعَلَ ثَوَابَ عَمَلِهِ وَصَلَاتَهُ
لِغَيْرِهِ وَيَصِلُهُ وَعَلَيْهِ
Menurut madzhab ahlus sunnah wal jama’ah bahwasannya
seseorang boleh memberikan pahala amal baiknya dan shalatnya kepada orang lain
dan akan sampai kepadanya. [tuhfatul Muhtaj]
Di antara ulama yang mengatakan tidak sampainya
pahala amal kebaikan kepada mayit adalah Ibnu Abdis salam. Dan Imam Qurtubi dalam kitabnya “At-Tadzkirah (Bi
Ahwalil Mauta wal Akhirah)” menceritakan bahwa setelah wafatnya, Ibnu Abdis
salam di dalam satu mimpi menyatakan : “Memang hal itu saya katakan ketika
(semasa hidup) di dunia,
وَالآنَ بَانَ لِي أَنَّ ثَوَابَ
الْقِرَاءَةِ يَصِلُ إِلَى الْمَيِّتِ
Dan sekarang telah jelas bagiku bahwa pahala bacaan
qur’an itu sampai kepada orang yang sudah meninggal. [I’anatut Thalibin]
(3) Tausiyah yang di dalamnya menceritakan kebaikan
dan jasa-jasa dari tokoh yang diperingati haulnya dan pengetahuan agama islam
lainnya. Nabi SAW bersabda :
اُذْكُرُوا مَحَاسِنَ مَوْتَاكُمْ
وَكُفُّوا عَنْ مَسَاوِئِهِمْ
“Ceritakanlah kebaikan orang-orang yang telah wafat
di antara kalian dan tahanlah diri kalian untuk menyebut keburukan mereka” [HR
Tirmidzi]
Qadli Iyadl menukil perkataan Imam Abu Hanifah :
الْحِكَايَاتُ عَنِ الْعُلَمَاءِ
وَمَحَاسِنُهُمْ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنَ الْفِقْهِ، لِأَنَّهَا آدَابُ الْقَوْمِ
Kisah-kisah tentang ulama dan kebaikan-kebaikan
mereka lebih aku sukai daripada (kebanyakan membahas) fiqh, karena itu adalah
adab-adab kaum (salafus shalih). [Tartibul Madarik wa Taqribul Masalik]
Dan Al-Junaid Al-Baghdadi berkata : “Cerita-cerita
(Ulama) adalah bala tentara dari bala tentaranya Allah yang bisa menguatkan
fisik para murid”. [Azharur Riyadl] Dan Sufyan Ibnu Uyainah berkata :
عِنْدَ ذِكْرِ الصَّالِحِيْنَ تَنْزِلُ
الرَّحْمَةُ
Tatkala diceritakan orang-orang shalih maka
turunlah rahmat. [Hilyatul Awliya’]
Tentunya kisah-kisah itu bisa menjadi teladan dan
motivasi bagi para jamaah yang hadir untuk meneladani kebaikan-kebaikan sang
tokoh atau orang shalih yang diperingati haulnya.
(4) sedekah makanan atau lainnya yang diatas
namakan untuk orang yang meninggal. Itu semua akan sampai pahalanya. Syeikh Said
Al-Hadlrami As-Syafi’i berkata :
اَلصَّدَقَةُ يَصِلُ نَفْسُ ثَوَابِهَا
لِلْمُتَصَدَّقِ عَنْهُ إِجْمَاعًا، وَكَأَنَّهُ هُوَ الْمُتَصَدِّقُ، وَيُثَابُ
الْمُتَصَدِّقُ ثَوَابَ الْبِرِّ، لَا عَلَى الصَّدَقَةِ.
“Sedekah itu pahalanya sendiri sampai kepada orang
yang diniatkan sedekah untuknya menurut ijmā‘ (kesepakatan ulama), seakan-akan
dialah yang bersedekah. Sedangkan orang yang mengeluarkan sedekah mendapat
pahala birr (berbuat baik/berbakti), bukan pahala sedekah itu sendiri.”
[Busyral Karim]
Dalam hadits diriwayatkan bahwa dahulu terdapat
seorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW :
إِنَّ أُمِّي افْتُلِتَتْ نَفْسُهَا
وَأَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ فَهَلْ لَهَا أَجْرٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ
عَنْهَا
“Sesunguhnya Ibuku telah meninggal dunia secara mendadak
dan aku menduga seandainya ia dapat berwasiat, tentu ia akan bersedekah. Apakah
ia akan mendapat pahala jika aku bersedekah atas namanya?”
Maka beliau menjawab, “Iya” [HR Muslim]
Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati
dan fikiran kita untuk senantiasa mengingat kematian dan saat menghadiri acara
peringatan haul maka kita tersadar bahwa kalau sekarang mereka para tokoh dan
ulama yang mulia wafat maka satu saat nanti kita juga akan wafat sehingga kita
mempersiapkan bekal wafat kita.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani
Ayo Mondok! Mondok itu Keren!
WA Auto Respon :
0858-2222-1979
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata :
_Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka
sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]
0 komentar:
Post a Comment