ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda :
إِنَّ اللَّهَ
عَزَّ وَجَلَّ لَيُبَاهِي الْمَلَائِكَةَ بِأَهْلِ عَرَفَاتٍ يَقُولُ انْظُرُوا إِلَى
عِبَادِي شُعْثًا غُبْرًا
"Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla
membanggakan para jamaah haji di Arafah kepada para malaikat. Allah berfirman :
Lihatlah hamba-hamba-Ku, mereka datang dalam keadaan kusut dan berdebu." [HR
Ahmad]
Catatan Alvers
Puncak ibadah haji adalah wukuf arafah. Rasulullah SAW bersabda : “Al-Hajju Arafah” (Haji
itu Arafah) [HR Tirmidzi] Prosesi wukuf dilaksanakan pada tempat tertentu yaitu
arafah dan tidak boleh pada selainnya. Arafah sendiri adalah bentuk mashdar
dari “Arafa – Ya’rifu” artinya mengetahui. Sayyid bakri berkata : Dinamakan Arafah karena
Nabi Adam dan Hawa saling mengetahui di tempat itu pasca mereka turun dari
surga. Adam turun di India, dan Hawa turun di Jeddah. Dan dikatakan pula bahwa
ketika Jibril mengenalkan kepada Ibrahim tata cara manasik haji, lalu ia sampai
di tengah lembah yang merupakan tempat imam berdiri, Jibril berkata kepadanya :
'Apakah engkau telah mengetahui?' Ibrahim menjawab: 'Ya.' Maka tempat itu
dinamakan 'Arafat'. Dan ada pula yang mengatakan (Arafah adalah tempat yang indah)
ini berasal dari ungkapan mereka : “Arraftu Al-Makan” yang artinya Aku telah memperindah
tempat itu. Sebagaimana firman Allah Ta‘ala: “Al-Jannata Arrafaha Lahum” [QS
Muhammad : 6] yang diartikan dengan Allah telah memperindah surga bagi mereka.
[I’anatut Thalibin]
Keindahan pemadangan di padang arafah adalah
ketika jamaah haji berkumpul menjadi satu dengan menanggalkan atribut pangkat
dan jabatan, semua setara menjadi hamba di hadapan Allah SWT. Maka dari itulah
dalam hadits utama diatas Rasul SAW bersabda : "Sesungguhnya
Allah ‘azza wa jalla membanggakan para jamaah haji di Arafah kepada para
malaikat. Allah berfirman : Lihatlah hamba-hamba-Ku, mereka datang dalam
keadaan kusut dan berdebu." [HR Ahmad] Dan di hari itu Allah banyak
memberikan ampunan-Nya. Rasul SAW bersabda :
مَا
مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ
مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ
“Tiada hari yang mana Allah lebih banyak membebaskan seseorang dari
neraka melebihi hari Arafah. Dia akan mendekati mereka lalu membanggakan mereka
pada para malaikat. [HR Muslim]
Wukuf itu dilakukan
dengan hadir di padang arafah “walau lahdzatan” (walau sebentar saja) meskipun
dalam keadaan tertidur atau lewat. [Fathul Mu’in] dan mengenai kapan
waktunya, Syeikh Zainuddin Al-Malibari berkata :
وَوَقْتُهُ
بَيْنَ زَوَالٍ لِلشَّمْسِ يَوْمَ عَرَفَةَ، وَهُوَ تَاسِعُ ذِي الْحِجَّةِ،
وَبَيْنَ طُلُوعِ فَجْرِ يَوْمِ النَّحْرِ.
Waktu (wukuf di
Arafah) dimulai dari tergelincirnya matahari pada hari Arafah yaitu tanggal 9 Dzulhijjah
hingga terbitnya fajar pada hari Nahr (hari raya Idul Adha). [Fathul Mu’in]
Sayyid Bakri
menjelaskan : "Barang siapa yang wukuf di Arafah sebelum tergelincir matahari
(zawāl) lalu pergi dari Arafah, maka wukufnya tidak sah. Begitu pula orang yang
wukuf setelah terbit fajar (pada hari Nahr), maka tidak sah. Adapun orang yang wukuf di antara dua waktu tersebut, maka wukufnya sah meskipun
hanya sesaat sebelum fajar karena Nabi SAW wukuf setelah zawal, sebagaimana
diriwayatkan oleh Muslim dan beliau bersabda:
'Barang siapa yang mendapati Arafah sebelum terbit fajar, maka ia telah
mendapatkan haji. [i’anatut
Thalibin]
Jika waktu wukuf
bertepatan dengan hari jumat maka wukuf tersebut memiliki keutamaan yang lebih.
Syeikh As-Syarbiny berkata : Dikatakan “Jika Hari Arafah jatuh pada hari Jum’at
maka seluruh jamaah haji yang wukuf di padang Arafah akan mendapat ampunan dari
Allah secara langsung dengan tanpa perantara dan bila Hari Arafah di selain
hari jum’at maka ampunan dari Allah itu diberikan dengan perantara”. [Mughnil
Muhtaj].
Dalam satu hadits diriwayatkan
bahwa ada orang Yahudi berkata kepada ‘Umar : "Sesungguhnya kalian membaca
satu ayat (yaitu QS Al-Maidah : 3) seandainya ayat itu diturunkan kepada kami,
niscaya kami akan menjadikannya sebagai hari raya." Maka ‘Umar berkata : "Sesungguhnya
aku benar-benar mengetahui kapan ayat itu diturunkan, di mana ia diturunkan,
dan di mana Rasulullah SAW berada saat ayat itu diturunkan, yaitu pada hari
Arafah, dan demi Allah, kami saat itu berada di Arafah." Sufyan berkata:
"Aku ragu,
apakah itu terjadi pada hari Jumat atau bukan. [HR Bukhari] dan dalam riwayat
Qays bin Muslim terdapat penegasan bahwa hari itu adalah hari jumat. [Fathul Bari]
Ibnu Hajar
Al-Asqalani berkata :
وَاسْتُدِلَّ بِهَذَا الْحَدِيث
عَلَى مَزِيَّة الْوُقُوف بِعَرَفَة يَوْم الْجُمُعَة عَلَى غَيْره مِنْ الْأَيَّام
“Hadits tersebut dibuat
dalil atas keistimewaan wuquf di arafah pada hari jumat melebihi hari-hari
lainnya”
Hal itu karena Allah
ta’ala memilihkan yang terbaik untuk rasul-Nya sedangkan amalan itu akan
menjadi bertambah kemuliaannya sebab mulianya waktu sebagaimana menjadi mulia
sebab mulianya tempat. Sedangkan hari jum’at adalah hari paling utama dalam
seminggu... dan di hari jumat terdapat waktu mustajab untuk berdoa... [Fathul Bari]
Al-Mubarakfury berkata : Telah mashur di kalangan orang
awam jika hari arafah bertepatan dengan hari jum’at maka hajinya dikatakan haji
akbar namun hal itu tidak ada dasarnya. Iya memang demikian namun terdapat hadits
riwayat dari Razin ... dalam bentuk hadits mursal “Lebih utamanya hari adalah
hari arafah dan bila bertepatan dengan hari jumah, ia lebih utama ketimbang tujuh
puluh haji di hari selainnya”... ini adalah Hadits Mursal. [Tuhfatul Ahwadzi]
Hadits riwayat dari
Razin tersebut meskipun berstatus mursal (yakni hadits yang dalam periwayatannya
berhenti pada tabi’in, tanpa menyebutkan sahabat nabi yang mendengar langsung
dari Nabi SAW) namun hadits seperti itu tetap bisa dipakai untuk sekedar motivasi.
Ibnu Hajar al-Haitami (w. 974 H) berkata :
وَقَدْ
تَقَرَّرَ أَنَّ الْحَدِيثَ الضَّعِيفَ وَالْمُرْسَلَ وَالْمُنْقَطِعَ
وَالْمُعْضِلَ ، وَالْمَوْقُوفَ يُعْمَلُ بِهَا فِي فَضَائِلِ الْأَعْمَالِ
إجْمَاعًا... وَلَا يُنْكِرُ ذَلِكَ إلَّا جَاهِلٌ مَغْرُورٌ
Telah menjadi
ketetapan bahwa hadits dha’if, mursal, munqathi’, mu’dhal, dan mauquf, dapat
diamalkan pada ranah “fadhail al-a’mal” (motivasi) dan tidaklah mengingkarinya
kecuali orang bodoh lagi tertipu. [al-Fatawa al-Fiqhiyyah al-Kubra]
Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan
pikiran kita untuk memenuhi panggilan Allah dengan berhaji yang puncaknya adalah
wukuf di padang Arafah sehingga kita dibanggakan Allah di hadapan para malaikat-Nya.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi SAW
menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah kita semua.
0 komentar:
Post a Comment