Friday, August 25, 2023

SIAPAPUN BISA DITUDUH

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Shafiyyah binti Huyay RA, Rasul SAW bersabda :

إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ الْإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ وَإِنِّي خَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِي قُلُوبِكُمَا سُوءًا

Sesungguhnya setan berjalan dalam tubuh manusia melalui aliran darah. Dan Aku khawatir kalau-kalau setan membisikkan suatu kejelekan ke dalam hati kalian. [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Tiada seorangpun yang bisa terbebas dari tuduhan kejelekan. Tuduhan itu bukan semata melihat siapa objeknya, orang baik apakah orang jelek namun tuduhan itu terjadi karena orang-orang yang menuduh. Mereka menuduh karena boleh jadi mereka punya kepentingan tertentu dan boleh jadi mereka terhasud oleh manusia bahkan oleh setan dan boleh jadi karena satu hukuman karma.

 

Dalam Shahih Bukhari dikisahkan mengenai seorang yang hidup di zaman bani Isra’il yang bernama Juraij. Ia seorang ahli ibadah namun ia dituduh oleh seorang wanita yang barusan melahirkan bahwa sang bayi adalah hasil zina dengan Juraij. Orang-orang pun terhasud dengan tuduhan tersebut, mereka mencaci maki juraij bahkan mereka membakar tempat ibadahnya. Melihat fitnah ini, Juraij lalu sholat dan kemudian bertanya kepada sang bayi, siapakah ayahmu? Sang bayi menjawab : “Ayahku adalah seorang penggembala”. Mengetahui hal ini, massa kemudian sadar bahwa mereka telah salah menuduh juarij. Mereka meminta maaf dan berjanji akan membangunkan tempat ibadahnya dengan emas namun juraij meminta dikembalikan dengan batu bata dari tanah seperti semula. Ternyata Juraij terkena hukuman karma dari ibunya yang sakit hati karena juraij tidak menjawab ketika dipanggil. Ibunya berdoa :

اللَّهُمَّ لَا تُمِتْهُ حَتَّى تُرِيَهُ وُجُوهَ الْمُومِسَاتِ

Ya Allah, jangan Engau matikan ia sehingga engkau perlihatkan kepadanya wajah wanita pelacur. [HR Bukhari]

 

Nabi Yusuf juga pernah dituduh mencuri. Hal ini disinggung dalam firman Allah SWT :

قَالُوا إِنْ يَسْرِقْ فَقَدْ سَرَقَ أَخٌ لَهُ مِنْ قَبْلُ

Mereka berkata: "Jika ia mencuri, maka sesungguhnya saudaranya (yaitu Nabi Yusuf) juga pernah mencuri sebelum itu". [QS Yusuf : 77]

 

Nabi yusuf menjadi korban tuduhan akibat modus bibinya yang mengasuhnya ketika beliau masih kecil pasca sang ibunda wafat. Selang beberapa tahun kemudian, ketika Yusuf tumbuh bertambah besar, maka Ya'qub rindu dan hendak mengambil Yusuf dari bibinya. Setelah mengetahui rencana tersebut sang bibi membuat jebakan, ia mengenakan ikat pinggang warisan Nabi Ishaq di dalam baju nabi Yusuf kecil. Lalu ia berpura-pura merasa kehilangan ikat pinggang, dan ia memerintahkan kepada semua orang untuk mencari siapa orang yang mengambilnya. Dan setelah pencarian, orang-orang menemukan ikat pinggang itu ada pada Yusuf. Maka sang bibi berkata: “Demi Allah, sesungguhnya Yusuf sejak sekarang telah menjadi milikku, aku menguasainya sepenuhnya menurut apa yang aku kehendaki”. Ketika Sang Ayah, Ya'qub datang berkunjung kepada bibi Yusuf dan Sang bibi menceritakan peristiwa itu, maka Ya'qub berkata :

إِنْ كَانَ فَعَلَ ذَلِكَ فَهُوَ سَلَمٌ لَكَ

“Jika Yusuf berbuat demikian (mencuri), maka Yusuf menjadi tawananmu”.

Maka Yusuf kecil hidup bersama sang bibi lebih lama hingga sang bibi meninggal dunia. Setelah itu barulah Yusuf kembali kepada ayahnya. [Hasyiyah As-Shawy Ala Tafsir Al-Jalalain]

 

Rasul SAW sendiri merasa tidak terbebas dari tuduhan sehingga beliau mengantisipasinya. Hal ini sebagaimana dikisahkan oleh Shafiyyah binti Huyay RA. ketika Nabi SAW sedang berI'tikaf di malam hari, Shafiyyah, Istir beliau mendatangi ke masjid untuk satu keperluan. Sesudah itu beliau hendak mengantarnya pulang. Tiba-tiba lewat dua orang laki-laki Anshar dan tatkala mereka melihat beliau, mereka kemudian mempercepat langkahnya. Lalu beliau berkata kepada mereka :

عَلَى رِسْلِكُمَا إِنَّهَا صَفِيَّةُ بِنْتُ حُيَيٍّ

Berjalanlah kalian seperti biasa. Ini adalah (istriku) Shafiyah binti Huyay.

 

Mereka menjawab; “Subhanallah, ya Rasulullah!” [HR Bukhari]

Dalam Riwayat lain, Mereka berkata :

يَا رَسُوْلَ اللهِ هَلْ نَظُنُّ بِكَ إِلَّا خَيْرًا

Ya Rasulallah, Kami tidak akan menyangka kepadamu kecuali dengan persangkaan yang baik. [Fathul Bari]

 

Lalu menjelaskan alasannya, Beliau bersabda dengan hadits utama di atas yaitu : “Sesungguhnya setan berjalan dalam tubuh manusia melalui aliran darah. Dan Aku khawatir kalau-kalau setan membisikkan suatu kejelekan ke dalam hati kalian berdua.”  [HR Bukhari]

 

Mengomentari hadits ini, Syeikh ibnu Hajar al-Asqalani berkata :

إِنَّ اللهَ جَعَلَ لِلشَّيْطَانِ قُوَّةً عَلَى التَّوَصُّلِ إِلَى بَاطِنِ الْإِنْسَانِ

Sesungguhnya Allah memberikan kekuatan kepada setan untuk bisa masuk ke dalam bathin manusia. [Fathul Bari]

 

Maka dari itu Rasul SAW mengajarkan kepada kita untuk mengantisipasi agar orang lain tidak menuduh kita berbuat jelek, atau agar orang lain tidak prasangka jelek. Sayyidina Umar RA berkata :

مَنْ عَرَضَ نَفْسَهُ لِلتُّهْمَةِ فَلَا يَلُوْمَنَّ مَنْ أَسَاءَ بِهِ الظَّنَّ

Barang siapa yang menjadikan dirinya sebagai sasaran persangkaan maka janganlah ia mencela orang yang berprasangka buruk kepadanya. [Kasyful Khafa’]

 

Lihatlah siapa yang lebih baik dan suci dari Nabi SAW. Tiada yang lebih baik dan suci dari beliau namun beliau tidak membiarkan celah sedikitpun agar orang lain terhasut oleh setan sehingga mereka berprasangka jelek. Lalu siapa kita ini? Mari kita lebih berhati-hati dalam bersikap dan berucap dan lakukan antisipasi. Bukan masalah kita, namun hal ini agar kita membantu orang lain supaya tidak berprasangka jelek dan hal itu adalah kejelekan buat mereka.

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk lebih berhati-hati dalam bersikap dan berucap dan bisa melakukan antisipasi agar orang lain tidak berprasangka jelek kepada kita.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

0 komentar:

Post a Comment