ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Abdullah
bin Amr RA, Rasul SAW bersabda :
اكْتُبْ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا خَرَجَ
مِنِّي إِلَّا حَقٌّ
“Tulislah, dan demi Dzat Yang jiwaku berada
dalam kekuasaan-Nya, tidak ada yang keluar dari (mulut) ku kecuali kebenaran.” [HR Ahmad]
Catatan Alvers
Ketika melihat di medsos berita banyak orang marah hingga hingga membakar fasilitas umum dan ada juga yang marah lalu membunuh dan memutilasi
maka
terbesit dibenak saya, Apakah Rasul SAW juga marah? Bukankah marah itu dari
setan? Kalau demikian, masak iya rasul marah?. Ya benar, memang marah itu dari
setan. Rasul SAW bersabda :
إِنَّ الْغَضَبَ مِنْ الشَّيْطَانِ
Sesungguhnya marah
itu dari setan. [HR Ahmad]
Dan beliau juga
bersabda :
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ الْإِنْسَانِ
مَجْرَى الدَّمِ
Sesungguhnya setan
itu berjalan lewat aliran darah
manusia. [HR Bukhari]
Kalau demikian, masak
iya rasul marah?. Ya, Rasul SAW juga marah. Beliau sendiri mengakui hal itu. Abdullah
bin Amr berkata : Aku
selalu menulis segala sesuatu yang aku dengar dari Rasul SAW untuk aku hafalkan, namun orang-orang quraisy melarangnya dan berkata :
“Akankah kau menulis segala sesuatu dari Rasul SAW dalam kondisi beliau marah dan ridla?.” Maka akupun berhenti menulis sampai aku ceritakan hal itu langsung kepada beliau,
dan Rasul SAW bersabda pada hadits utama di atas : “Tulislah,
dan demi Dzat Yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, tidak ada yang keluar dari
(mulut)ku kecuali kebenaran.” [HR
Ahmad]
Jadi dalam hadits tersebut Rasul tidak menolak kalau diri
beliau juga marah namun beliau menegaskan bahwa meskipun dalam kondisi marah,
beliau tetap dapat menguasai diri sehingga tetap mengucapkan kebenaran dan layak
untuk ditulis.
Lantas bagaimana dengan kedatangan setan? Apa beliau
juga didatangi setan karena marah itu dari setan?. Begini, Siti Aisyah RA pernah cemburu karena menemui Rasul SAW keluar
dari kediamannya pada suatu malam. Melihat kecemburuan Aisyah maka Rasul bertanya
: "Apa setanmu mendatangimu?" Aisyah balik bertanya: Wahai
Rasulullah, apakah ada setan mendatangiku ? Beliau menjawab: "Ya."
Aisyah bertanya: Apakah setan juga mendatangi semua manusia? Beliau menjawab:
"Ya." Aisyah bertanya: Apakah setan juga mendatangimu? Beliau
menjawab:
نَعَمْ وَلَكِنْ رَبِّي أَعَانَنِي عَلَيْهِ
حَتَّى أَسْلَمَ
"Ya, hanya
saja tuhanku menolongku mengalahkannya hingga ia masuk Islam." [HR Muslim]
Rasul SAW tahu kapan
Siti Aisyah marah. Rasul SAW pernah memberitahukan hal itu kepada Aisyah :
"Sesungguhnya aku tahu kapan kau ridla kepadaku dan kapan kau marah kepadaku."
'Aisyah bertanya: "Dari mana Anda mengetahui hal itu?" Maka beliau menjawab:
أَمَّا إِذَا كُنْتِ عَنِّي رَاضِيَةً فَإِنَّكِ تَقُولِينَ
لَا وَرَبِّ مُحَمَّدٍ وَإِذَا كُنْتِ عَلَيَّ غَضْبَى قُلْتِ لَا وَرَبِّ إِبْرَاهِيمَ
"Jika kau
ridla kepadaku maka kau berkata: 'Tidak, demi Rabb Muhammad' namun bila kau
sedang marah kepadaku, maka kau berkata: 'Tidak, demi Rabb Ibrahim."
Aisyah berkata :
"Iya benar, Demi Allah wahai Rasulullah, aku tidak meninggalkan dirimu
melainkan hanya namamu saja." [HR Bukhari]
Dan sebaliknya, Aisyah
juga tahu kapan Rasul SAW itu marah. Aisyah berkata :
وَاللَّهِ مَا انْتَقَمَ لِنَفْسِهِ فِي شَيْءٍ يُؤْتَى إِلَيْهِ
قَطُّ حَتَّى تُنْتَهَكَ حُرُمَاتُ اللَّهِ فَيَنْتَقِمُ لِلَّهِ
"Demi Allah, beliau tidak pernah marah karena urusan
pribadi yang menimpanya, tapi jika larangan
Allah dilanggar maka beliau
menjadi marah karena Allah. [HR Bukhari]
Dan dalam kitab As-Syama’il Al-Muhammadiyah, Aisyah berkata :
فَإِذَا انْتُهِكَ مِنْ مَحَارِمِ اللهِ
شَيْءٌ كَانَ مِنْ أَشَدِّهِمْ فِي ذَلِكَ غَضَبًا
“Maka apabila sesuatu dari larangan-larangan Allah dilanggar, beliau adalah
orang yang paling keras kemarahannya dalam hal itu. [HR Tirmidzi]
Satu contoh ketika orang-orang Quraisy melobi Rasul SAW agar wanita
Makhzumiyah yang ketahuan mencuri tidak dijatuhi hukuman, maka beliau berdiri
dan berkhutbah : "Orang-orang dahulu sebelum kalian mereka itu rusak
karena (tidak menegakkan humu) kika orang terpandang mereka mencuri, mereka tidak
menghukumnya, namun jika orang lemah mencuri maka mereka menegakkan hukum (potong
tangan).
وَايْمُ اللَّهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ
لَقَطَعْتُ يَدَهَا
Demi Allah, sekiranya Fatimah putri Muhammad mencuri, sungguh aku akan
memotong tangannya." [HR Bukhari]
Meskipun demikian, Allah mendidik agar semarah apapun beliau
tetap menghadapi masalah dengan sabar dan tidak hilang kendali. Beliau pernah
khilaf dengan menghukumi celaka orang-orang yang melukainya. Imam Muslim meriwayatkan
bahwa ketika perang uhud gigi geraham Nabi SAW patah dan beliau mengalami luka
di kepala, lalu beliau mengusap darah dari wajahnya sambil berdoa : “Bagaimana bisa beruntung suatu kaum yang
telah melukai Nabi mereka dan mematahkan gigi
serinya, padahal ia
mengajak
mereka kepada Allah?” Lalu Allah menurunkan ayat :
لَيْسَ لَكَ مِنْ الْأَمْرِ شَيْءٌ
Itu sama sekali bukan urusanmu. [QS Ali Imran : 128]
Allah memberikan teguran kepada beliau agar tidak menghakimi mereka ke
depannya dengan tidak beruntung. Di kemudian hari mereka
masuk Islam dan bertaubat ataukah
mereka diadzab karena kedzaliman mereka, itu semua urusan Allah. Dengan ini
Allah memerintah beliau untuk bersabar atas apa yang mereka lakukan dengan tidak menghakimi mereka atau mendoakan
celaka. Dalam Tafsir jalalain
disebutkan : maka bersabarlah!.
Beliau juga
pernah dituduh berbuat tidak adil. Pada waktu perang
Hunain, Rasul membagi-bagikan harta ghanimah lalu ada orang berkata : Demi
Allah ini adalah pembagian yang tidak adil dan tidak karena Allah. Mendengar
hal ini maka Rasul SAW marah (namun
tetap terkendali) lalu bersabda : Siapakah
yang bisa berbuat adil jika Allah dan Rasul-Nya tidak adil.
رَحِمَ اللَّهُ مُوسَى قَدْ أُوذِيَ بِأَكْثَرَ مِنْ هَذَا
فَصَبَرَ
Semoga Allah merahmati Musa karena ia lebih banyak disakiti dari pada
ucapan ini namun ia bersabar. [HR Bukhari]
Maka semarah apapun, beliau tidak sampai marah membabi buta dengan
memukul orang yang dimarahi. Aisyah berkata : “Rasul SAW tidak pernah memukul
sesuatu pun dengan tangannya, tidak pula seorang wanita, dan tidak pula seorang
pelayan, kecuali dalam berjihad di jalan Allah.” [HR Muslim]
Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati
dan fikiran kita untuk tetap berkepala dingin saat marah sehingga tidak sampai
menyerang secara membabi buta dengan meniru akhlak indah Nabi SAW.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani
Ayo Mondok! Mondok itu Keren!
WA Auto Respon :
0858-2222-1979
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata :
_Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka
sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]
0 komentar:
Post a Comment