Monday, September 8, 2025

NABI JUGA MARAH

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr RA, Rasul SAW bersabda :

اكْتُبْ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا خَرَجَ مِنِّي إِلَّا حَقٌّ

“Tulislah, dan demi Dzat Yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, tidak ada yang keluar dari (mulut) ku kecuali kebenaran.” [HR Ahmad]

 

Catatan Alvers

 

Ketika melihat di medsos berita banyak orang marah hingga hingga membakar fasilitas umum dan ada juga yang marah lalu membunuh dan memutilasi maka terbesit dibenak saya, Apakah Rasul SAW juga marah? Bukankah marah itu dari setan? Kalau demikian, masak iya rasul marah?. Ya benar, memang marah itu dari setan. Rasul SAW bersabda :

إِنَّ الْغَضَبَ مِنْ الشَّيْطَانِ

Sesungguhnya marah itu dari setan. [HR Ahmad]

Dan beliau juga bersabda :

إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ الْإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ

Sesungguhnya setan itu berjalan lewat aliran darah  manusia. [HR Bukhari]

 

Kalau demikian, masak iya rasul marah?. Ya, Rasul SAW juga marah. Beliau sendiri mengakui hal itu. Abdullah bin Amr berkata : Aku selalu menulis segala sesuatu yang aku dengar dari Rasul SAW untuk aku hafalkan, namun orang-orang quraisy melarangnya dan berkata :Akankah kau menulis segala sesuatu dari Rasul SAW dalam kondisi beliau marah dan ridla?.” Maka akupun berhenti menulis sampai aku ceritakan hal itu langsung kepada beliau, dan Rasul SAW bersabda pada hadits utama di atas :  “Tulislah, dan demi Dzat Yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, tidak ada yang keluar dari (mulut)ku kecuali kebenaran.” [HR Ahmad]

 

Jadi dalam hadits tersebut Rasul tidak menolak kalau diri beliau juga marah namun beliau menegaskan bahwa meskipun dalam kondisi marah, beliau tetap dapat menguasai diri sehingga tetap mengucapkan kebenaran dan layak untuk ditulis.

 

Lantas bagaimana dengan kedatangan setan? Apa beliau juga didatangi setan karena marah itu dari setan?. Begini, Siti Aisyah RA pernah cemburu karena menemui Rasul SAW keluar dari kediamannya pada suatu malam. Melihat kecemburuan Aisyah maka Rasul bertanya : "Apa setanmu mendatangimu?" Aisyah balik bertanya: Wahai Rasulullah, apakah ada setan mendatangiku ? Beliau menjawab: "Ya." Aisyah bertanya: Apakah setan juga mendatangi semua manusia? Beliau menjawab: "Ya." Aisyah bertanya: Apakah setan juga mendatangimu? Beliau menjawab:

نَعَمْ وَلَكِنْ رَبِّي أَعَانَنِي عَلَيْهِ حَتَّى أَسْلَمَ

"Ya, hanya saja tuhanku menolongku mengalahkannya hingga ia masuk Islam." [HR Muslim]

 

Rasul SAW tahu kapan Siti Aisyah marah. Rasul SAW pernah memberitahukan hal itu kepada Aisyah : "Sesungguhnya aku tahu kapan kau ridla kepadaku dan kapan kau marah kepadaku." 'Aisyah bertanya: "Dari mana Anda mengetahui hal itu?" Maka beliau menjawab:

أَمَّا إِذَا كُنْتِ عَنِّي رَاضِيَةً فَإِنَّكِ تَقُولِينَ لَا وَرَبِّ مُحَمَّدٍ وَإِذَا كُنْتِ عَلَيَّ غَضْبَى قُلْتِ لَا وَرَبِّ إِبْرَاهِيمَ

"Jika kau ridla kepadaku maka kau berkata: 'Tidak, demi Rabb Muhammad' namun bila kau sedang marah kepadaku, maka kau berkata: 'Tidak, demi Rabb Ibrahim."

Aisyah berkata : "Iya benar, Demi Allah wahai Rasulullah, aku tidak meninggalkan dirimu melainkan hanya namamu saja." [HR Bukhari]

 

Dan sebaliknya, Aisyah juga tahu kapan Rasul SAW itu marah. Aisyah berkata :

وَاللَّهِ مَا انْتَقَمَ لِنَفْسِهِ فِي شَيْءٍ يُؤْتَى إِلَيْهِ قَطُّ حَتَّى تُنْتَهَكَ حُرُمَاتُ اللَّهِ فَيَنْتَقِمُ لِلَّهِ

"Demi Allah, beliau tidak pernah marah karena urusan pribadi yang menimpanya, tapi jika larangan Allah dilanggar maka beliau menjadi marah karena Allah. [HR Bukhari]

Dan dalam kitab As-Syama’il Al-Muhammadiyah, Aisyah berkata :

فَإِذَا انْتُهِكَ مِنْ مَحَارِمِ اللهِ شَيْءٌ كَانَ مِنْ أَشَدِّهِمْ فِي ذَلِكَ غَضَبًا

“Maka apabila sesuatu dari larangan-larangan Allah dilanggar, beliau adalah orang yang paling keras kemarahannya dalam hal itu. [HR Tirmidzi]

 

Satu contoh ketika orang-orang Quraisy melobi Rasul SAW agar wanita Makhzumiyah yang ketahuan mencuri tidak dijatuhi hukuman, maka beliau berdiri dan berkhutbah : "Orang-orang dahulu sebelum kalian mereka itu rusak karena (tidak menegakkan humu) kika orang terpandang mereka mencuri, mereka tidak menghukumnya, namun jika orang lemah mencuri maka mereka menegakkan hukum (potong tangan).

وَايْمُ اللَّهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا

Demi Allah, sekiranya Fatimah putri Muhammad mencuri, sungguh aku akan memotong tangannya." [HR Bukhari]

 

Meskipun demikian, Allah mendidik agar semarah apapun beliau tetap menghadapi masalah dengan sabar dan tidak hilang kendali. Beliau pernah khilaf dengan menghukumi celaka orang-orang yang melukainya. Imam Muslim meriwayatkan bahwa ketika perang uhud gigi geraham Nabi SAW patah dan beliau mengalami luka di kepala, lalu beliau mengusap darah dari wajahnya sambil berdoa : “Bagaimana bisa beruntung suatu kaum yang telah melukai Nabi mereka dan mematahkan gigi serinya, padahal ia mengajak mereka kepada Allah?” Lalu Allah menurunkan ayat :

لَيْسَ لَكَ مِنْ الْأَمْرِ شَيْءٌ

Itu sama sekali bukan urusanmu. [QS Ali Imran : 128]

 

Allah memberikan teguran kepada beliau agar tidak menghakimi mereka ke depannya dengan tidak beruntung. Di kemudian hari mereka masuk Islam dan bertaubat ataukah mereka diadzab karena kedzaliman mereka, itu semua urusan Allah. Dengan ini Allah memerintah beliau untuk bersabar atas apa yang mereka lakukan dengan tidak menghakimi mereka atau mendoakan celaka. Dalam Tafsir jalalain disebutkan : maka bersabarlah!.

 

Beliau juga pernah dituduh berbuat tidak adil. Pada waktu perang Hunain, Rasul membagi-bagikan harta ghanimah lalu ada orang berkata : Demi Allah ini adalah pembagian yang tidak adil dan tidak karena Allah. Mendengar hal ini maka Rasul SAW marah (namun tetap terkendali) lalu bersabda : Siapakah yang bisa berbuat adil jika Allah dan Rasul-Nya tidak adil.

رَحِمَ اللَّهُ مُوسَى قَدْ أُوذِيَ بِأَكْثَرَ مِنْ هَذَا فَصَبَرَ

Semoga Allah merahmati Musa karena ia lebih banyak disakiti dari pada ucapan ini namun ia bersabar. [HR Bukhari]

 

Maka semarah apapun, beliau tidak sampai marah membabi buta dengan memukul orang yang dimarahi. Aisyah berkata : “Rasul SAW tidak pernah memukul sesuatu pun dengan tangannya, tidak pula seorang wanita, dan tidak pula seorang pelayan, kecuali dalam berjihad di jalan Allah.” [HR Muslim]

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk tetap berkepala dingin saat marah sehingga tidak sampai menyerang secara membabi buta dengan meniru akhlak indah Nabi SAW.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani

Ayo Mondok! Mondok itu Keren!

WA Auto Respon :  0858-2222-1979

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

0 komentar:

Post a Comment