Tuesday, March 31, 2020

“SUNGGUH SWEET” RUMAH NABI



ONE DAY ONE HADITH

Diriwayatkan dari Aisyah RA, ketika ditanya tentang aktifitas Rasul SAW di rumah. Ia menjawab :
كَانَ يَكُونُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ فَإِذَا سَمِعَ الْأَذَانَ خَرَجَ
Beliau mengerjakan pekerjaan rumah hingga tatkala mendengar adzan dikumandangkan maka beliau keluar (rumah menuju masjid). [HR Bukhari]

Catatan Alvers

Siapa sangka orang yang disegani di depan khalayak namun begitu romantis tatkala bersama istri dan harmonis di dalam kehidupan keluarganya. Pemimpin di luar juga pemimpin di dalam dalam rumah keluarga yang jauh dari kata kaku dan protokoler. Kemuliaan yang begitu tinggi tidak menghalanginya untuk bermain-main bersama istri dan anaknya serta mengerjakan pekerjaan rumahnya sendiri. Dialah Rasul SAW.

Ibnu Katsir berkata :
 وَكَانَ مِنْ أَخْلَاقِهِ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ جَمِيْلُ الْعِشْرَةِ دَائِمُ الْبِشْرِ، يُدَاعِبُ أَهْلَهُ، وَيَتَلَطَّفُ بِهِمْ، وَيُوسِّعُهُم نَفَقَتَهُ، وَيُضَاحِكُ نِسَاءَهُ، حَتَّى إنَّهُ كَانَ يُسَابِقُ عَائِشَةَ أُمَّ الْمُؤْمِنِيْنَ يَتَوَدَّدُ إِلَيْهَا بِذَلِكَ.
Termasuk akhlak Nabi SAW, beliau sangat baik dalam mempergauli istri, selalu berseri-seri, suka bersenda gurau dan bercumbu rayu dengan keluarga, bersikap lembut dan melapangkan nafkahnya serta tertawa bersama istrinya. Sampai-sampai, beliau pernah mengajak ‘Aisyah Ummul Mukminin berlomba lari untuk menambah kasih sayang. [Tafsir Ibnu Katsir]


Maka Rasul menetapkan barometer kebaikan dengan sabda-Nya :
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي
Lelaki terbaik di antara kalian adalah lelaki yang terbaik (prilakunya) kepada keluarganya. Dan aku adalah lelaki yang terbaik (prilakunya) kepada keluargaku. [HR Turmudzi]

Al-mubarakfuri berkata :
أي لِعِيَالِهِ وَذَوِي رَحِمِهِ وَقِيْلَ لِأَزْوَاجِهِ وَأَقَارِبِهِ
Maksudnya (“Ahlihi” adalah) keluarga dan sanak kerabat. Ada yang mengatakan istri dan kerabat. [Tuhfatul Ahwadzi]

Suatu ketika Aisyah ditanya mengenai hal apa saja yang dilakukan Rasulullah SAW waktu berada di rumahnya. Senada dengan hadits utama, Aisyah menjawab :
كَمَا يَصْنَعُ أَحَدُكُمْ يَخْصِفُ نَعْلَهُ وَيُرَقِّعُ ثَوْبَهُ
Rasul SAW sebagaimana (keadaan) salah seorang diantara kalian, beliau menjahis sandalnya dna menambal bajunya. [HR Ahmad]

Dalam riwayat lain, Aisyah menjawab :
كَانَ بَشَرًا مِنْ الْبَشَرِ يَفْلِي ثَوْبَهُ وَيَحْلُبُ شَاتَهُ وَيَخْدُمُ نَفْسَهُ
Beliau (ketika berada di rumah) seperti orang lain, beliau menjahit pakaiannya, memeras susu kambingnya, dan melakukan keperluannya sendiri (tanpa menyuruh orang lain). [HR Ahmad]

Begitulah Rasul SAW dan begitu pula beliau mengajarkan puterinya untuk mandiri dan tidak berpangku tangan dengan menyuruh-nyuruh suami atau orang lain. Suatu ketika Fatimah RA mengeluhkan (kapalan) yang ia dapati di tangannya karena (sering memegang) alat penggilingan, lalu ia mendatangi Nabi SAW untuk meminta pembantu namun ia tidak mendapati beliau. Lalu apa jawaban Rasul SAW? Apakah beliau memberikan pembantu layaknya staf khusus? Tidak, Beliau bersabda :
أَلَا أَدُلُّكُمَا عَلَى مَا هُوَ خَيْرٌ لَكُمَا مِنْ خَادِمٍ
“Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang lebih baik bagi kalian dari pada seorang pembantu?
Apabila kalian sudah bersiap-siap hendak tidur maka bacalah takbir sebanyak 33 kali, tasbih sebanyak 33 kali dan tahmid sebanyak 33 kali. Ini lebih baik bagi kalian dari pada pembantu.” [HR Bukhari]

Ini semua dikarenakan semata-mata Rasul ingin mengajarkan hidup mandiri dalam melayani suami dan tidak bermalas-malasan meskipun di sisi lain, Fatimah adalah putri yang beliau sayangi. Lihat bagaimana Beliau memuliakannya. Rasul SAW menyambut kedatangan fatimah dengan ucapan “Marhaba bibnaty” (selamat datang puteriku) lalu beliau mendudukkannya di sisi kanan atau kirinya beliau [HR Bukhari]

Dan Sayyidah Aisyah RA berkata :
كَانَتْ إِذَا دَخَلَتْ عَلَيْهِ قَامَ إِلَيْهَا فَأَخَذَ بِيَدِهَا وَقَبَّلَهَا وَأَجْلَسَهَا فِي مَجْلِسِهِ
Jika Fatimah datang (ke rumah) Nabi SAW, maka beliau berdiri, meraih tangan fatimah, mencium tangannya dan mendudukkannya di tempat duduk beliau. [HR Abu Dawud]

Memang demikianlah Rasul menyayangi anak-cucunya. Ibnu Abbas RA menceritakan bahwa Rasulullah SAW membawa Husain bin Ali di atas pundaknya, maka seorang laki-laki berkata;
نِعْمَ الْمَرْكَبُ رَكِبْتَ يَا غُلَامُ
"Alangkah baiknya kendaraan yang kamu kendarai wahai anak kecil (Husain)." Maka Nabi SAW menjawabnya:
وَنِعْمَ الرَّاكِبُ هُوَ
"Penumpang terbaik adalah dia (Husain)." [HR Turmudzi]

Suatu ketika beliau sedang berkhutbah di hadapan para sahabat, lalu datanglah Hasan dan Husein dengan mengenakan baju merah berjalan dan terjatuh. Beliau langsung turun dari mimbarnya lalu membawa keduanya dan meletakkannya di depan beliau. [HR Turmudzi]

Dalam lain kesempatan, Rasul sedang menjadi imam shalat berjamaah dan beliau bersujud dalam waktu yang lama sehingga setelah usai shalat para sahabat bertanya : “Ya Rasulullah, kenapa baginda sujud lama sekali, sampai kami khawatir terjadi sesuatu, atau ada wahyu yang turun pada baginda”. Nabi SAW menjawab :
كُلُّ ذَلِكَ لَمْ يَكُنْ وَلَكِنَّ ابْنِى ارْتَحَلَنِى فَكَرِهْتُ أَنْ أُعَجِّلَهُ حَتَّى يَقْضِىَ حَاجَتَهُ
“Bukan karena hal itu, tetapi anakku (Hasan atau Husein) tadi menaiki (punggung)-ku, jadi aku enggan mempercepat (sujud) hingga ia menyelesaikan keinginannya”. [HR Nasa’i]

Urusan makanan, Rasul tidak pernah rewel. Abu Hurairah RA berkata :              
مَا عَابَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا قَطُّ كَانَ إِذَا اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَإِلَّا تَرَكَهُ
Rasul SAW tidak pernah mencela makanan sama sekali, apabila suka maka beliau memakannya dan apabila tidak menyukai maka beliau meninggalkannya. [HR Turmudzi]

Bahkan ada makanan di rumah atau tidak, beliau tidak mempermasalahkannya. Di suatu pagi, Nabi SAW bertanya, "Apakah kamu mempunyai makanan?".  Aisyah menjawab: "Tidak." Beliau bersabda:
فَإِنِّي إِذَنْ صَائِمٌ
"Kalau begitu, saya akan berpuasa."
Kemudian di lain hari, kami berkata, "Wahai Rasulullah, kita telah dihadiahi makanan “Hais”. Maka beliau bersabda:
أَرِينِيهِ فَلَقَدْ أَصْبَحْتُ صَائِمًا فَأَكَلَ
"Bawalah kemari, sungguhnya dari tadi pagi tadi aku berpuasa." [HR Muslim]

Subhanallah, "sungguh sweet" keluarga Nabi. Keluarga mandiri namun penuh dengan kebahagiaan. Diksi "sungguh sweet" ini diambil dari lirik lagu Asiyah yang mana ini menandakan artikel ini adalah berkaitan dengan artikel sebelumnya, Romantisme Aisyah. Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati kita untuk terus meneladani kehidupan nabi tidak hanya dalam ibadah namun juga dalam rumah sehingga kita bisa mewujudkan “home sweet home”

Salam Satu Hadits,
Dr. H. Fathul Bari Alvers

Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren Lho!

NB.
Hak Cipta berupa Karya Ilmiyah ini dilindungi oleh Allah SWT. Mengubah dan menjiplaknya akan terkena hisab di akhirat kelak. *Silahkan Share tanpa mengedit artikel ini*. Sesungguhnya orang yang copas perkataan orang  lain tanpa menisbatkan kepadanya maka ia adalah seorang pencuri atau peng-ghosob dan keduanya adalah tercela [Imam Alhaddad]

0 komentar:

Post a Comment