Friday, April 22, 2016

PERANAN ISTRI

ONE DAY ONE HADITH

Diriwayatkan oleh Said al-Khudri bahwa Rasul SAW berpapasan dengan segolongan wanita
di jalan menuju mushalla sholat id. Lalu beliau bersabda :
مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الْحَازِمِ مِنْ إِحْدَاكُنَّ قُلْنَ وَمَا نُقْصَانُ دِينِنَا وَعَقْلِنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أَلَيْسَ شَهَادَةُ الْمَرْأَةِ مِثْلَ نِصْفِ شَهَادَةِ الرَّجُلِ قُلْنَ بَلَى قَالَ فَذَلِكِ مِنْ نُقْصَانِ عَقْلِهَا أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ قُلْنَ بَلَى قَالَ فَذَلِكِ مِنْ نُقْصَانِ دِينِهَا
Tidaklah aku pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya namun dapat menggoyahkan laki-laki yang teguh selain salah satu di antara kalian wahai wanita.” Lalu para wanita bertanya: ”Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud kurang akal dan agama kami?” Beliau SAW menjawab, ”Bukankah persaksian dua wanita sama dengan satu pria?” Mereka menjawab : iya. Nabi : Itulah kekurangan akal mereka. ”Bukankah ketika seorang wanita mengalami haidh, dia tidak melaksanakan shalat dan tidak berpuasa?” Mereka menjawab : iya. Nabi : Itulah kekurangan agama mereka. [HR. Bukhari]

Catatan Alvers

Wanita adalah makhluk yang lemah namun justru dengan kelemahannya ini ia bisa mengalahkan lelaki, sebagaimana di isyaratkan pada hadits di atas. Peranan seorang wanita dalam kehidupan suaminya adalah teman berbagi, baik suka maupun duka. Ketika seorang laki-laki mengalami kesulitan, maka sang istri lah yang bisa membantunya. Ketika seorang laki-laki mengalami kegundahan, sang istri lah yang dapat menenangkannya.
Dan ketika sang laki-laki mengalami keterpurukan, sang istri lah yang dapat menyemangatinya. Maka tidak ada yang mempunyai pengaruh terbesar bagi seorang suami melainkan sang istri yang dicintainya. Istri yang bisa membuat suaminya bahagia adalah kunci utama dalam kesuksesan sang suami. Ketika rumah tangga bahagia, pikiran akan menjadi tenang dan selanjutnya akan muncul inspirasi dan motivasi suami untuk menjadi lebih baik dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Dari sinilah muncul kata-kata bijak “Di balik kesuksesan suami ada istri yang hebat di belakangnya”.
Hal itulah yang dilakukan oleh siti Khadijah RA kepada Rasulullah di masa awal kenabian. Ketika Rasulullah merasa ketakutan terhadap wahyu yang turun kepada beliau dan merasa kesulitan maka Khadijah menenangkan dan memotivasi beliau. Ia berkata :
كَلَّا وَاللَّهِ مَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ وَتَحْمِلُ الْكَلَّ وَتَكْسِبُ الْمَعْدُومَ وَتَقْرِي الضَّيْفَ وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ
Tidaklah demikian, Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya karena sungguh engkau menyambung silaturahmi, menanggung kebutuhan orang yang lemah, menutup kebutuhan orang yang tidak punya, menjamu tamu dan engkau menolong setiap upaya menegakkan kebenaran.” [HR Bukhari]

Selanjutnya, peranan seorang istri tidak berhenti sampai disini namun lebih jauh dari itu seorang istri banyak meringankan pekerjaan suami dengan membantu semua perkerjaan di rumah alvers sebagaimana diakui oleh Sayyidina Umar RA. Ia berkata :
 أولها: أنها سترت بيني وبين النار، وثانيها: أنها خازنة مالي إذا خرجت حفظته،  والثالث: أنها قصارة لي تغسل ثيابي، والرابع: أنها ظئر ولدي،  والخامس: أنها خبازة وطباخة لي.
Pertama, istriku adalah penghalang antara aku dan neraka. Kedua, ia menjaga hartaku ketika aku pergi. Ketiga, ia selalu mencuci pakaianku. Keempat, ia menyusui anakku. Kelima, ia selalu memasak untukku.[Tanbihul Ghafilin]

Namun di sisi lain, istri juga bisa menjadi sumber masalah. Tentunya jika sang istri tidak shalihah. Banyak kasus korupsi yang dilakukan pejabat karena istrinya. Gaya hidup istrinya yang glamour dan hedonisme menuntut suami memberikan lebih dan lebih bahkan melebihi kemampuan finansial suaminya. Itulah kenapa Rasul memerintahkan kita untuk menitik beratkan dalam memilih istri kepada faktor agamanya. “Fadhfar bidatid din taribat yadak”.

Hasan al-Bashri berkata: Aku datang kepada seorang pedagang kain di Mekkah untuk membeli baju, lalu si pedagang mulai memuji-muji dagangannya dan bersumpah, lalu akupun meninggalkannya dan aku katakan tidaklah layak beli dari orang semacam itu, lalu akupun beli dari pedagang lain. Dua tahun setelah itu aku berhaji dan aku bertemu lagi dengan orang itu, tapi aku tidak lagi mendengarnya memuji-muji dagangannya dan bersumpah, Lalu aku tanya kepadanya:
ألستَ الرجل الذي وقفتُ عليه منذ سنوات ؟
”Bukankah engkau orang yang dulu pernah berjumpa denganku beberapa tahun lalu?”Ia menjawab : “Iya benar”Aku bertanya lagi:”Apa yang membuatmu berubah seperti sekarang? Aku tidak lagi melihatmu memuji-muji dagangan dan bersumpah!”Ia pun bercerita:”Dulu aku punya istri yang jika aku datang kepadanya dengan sedikit rizki, ia meremehkannya dan jika aku datang dengan rizki yang banyak ia menganggapnya sedikit. Lalu Allah mewafatkan istriku tersebut, dan akupun menikah lagi dengan seorang wanita. Jika aku hendak pergi ke pasar, ia memegang bajuku lalu berkata:
يا فلان ! اتَّقِ الله ولا تطعمنا إلاّ طيّباً، إن جئتنا بقليلٍ كثّرناه، وإن لم تأتنا بشيءٍ أعنّاك بمغزلنا .
’Wahai suamiku, bertaqwalah kepada Allah, jangan engkau beri makan aku kecuali dengan yang thayyib (halal). Jika engkau datang dengan sedikit rezeki, aku akan menganggapnya banyak, dan jika kau tidak dapat apa-apa aku akan membantumu memintal (kain)’. [al-Mujaalasah wa Jawaahirul ‘Ilm] Wallahu A’lam. Semoga Allah menjadikan Istri kita shalihah yang mendukung dakwah kita dan menjadi faktor penunjang keberhasilan kita dalam urusan dunia maupun akhirat. Sudahkah anda mengucapkan terimakasih kepada istri?

0 komentar:

Post a Comment