إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Monday, September 26, 2022

HAKIKAT HARTA


 ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

يَقُولُ الْعَبْدُ مَالِي مَالِي إِنَّمَا لَهُ مِنْ مَالِهِ ثَلَاثٌ مَا أَكَلَ فَأَفْنَى أَوْ لَبِسَ فَأَبْلَى أَوْ أَعْطَى فَاقْتَنَى وَمَا سِوَى ذَلِكَ فَهُوَ ذَاهِبٌ وَتَارِكُهُ لِلنَّاسِ

"Seseorang berkata : Hartaku, hartaku, sesungguhnya hartanya hanya ada tiga bagian : harta yang dimakan akan menjadi habis, harta yang dipakai akan menjadi usang, harta yang disedekahkan itu akan menjadi miliknya, dan selain tiga bagian itu maka akan lenyap dan akan ia tinggalkan untuk orang lain”. [HR Muslim]

 

Catatan Alvers

 

Pasca wafatnya Ratu Elizabeth II pada 8 September 2022 lalu di Skotlandia pada usia 96 tahun, beredar potret gudang yang penuh dengan emas 24 karat milik ratu terlama (70 tahun) di inggris itu yang berada di ruang bawah tanah. Diketahui tumpukan emas batangan itu disimpan di ruang penyimpanan Bank Of England. Dalam foto terlihat potret sang Ratu tengah melihat ruang penyimpanan ribuan emas batangan miliknya. [Tribunnews com]

 

Begitu banyak harta sang ratu, namun ketika sang ratu meninggal dunia lantas apakah ada manfaat untuk pribadinya? Itu adalah pelajaran untuk kita bahwa memiliki harta yang banyak itu tidak akan ada artinya jika orangnya sudah meninggal karena hartanya tidak bisa dibawa mati atau mendatangkan kesenangan untuknya. Kiranya itulah yang diingatkan oleh Nabi SAW dalam hadits utama di atas. "Manusia berkata : Hartaku, hartaku, sesungguhnya hartanya hanya ada tiga bagian : harta yang dimakan akan menjadi habis, harta yang dipakai akan menjadi usang atau harta yang disedekahkan itu akan menjadi miliknya, dan selain tiga bagian itu maka akan lenyap dan akan ia tinggalkan untuk orang lain”. [HR Muslim]

 

Harta akan dinikmati di dunia sebentar saja dan ia akan segera lenyap seperti air hujan yang menggenang di atas tanah lalu dengan cepatnya ia meresap dan hilang dari permukaan tanah. Manusia dan harta dunia tidaklah bersama-sama selamanya karena hanya ada dua pilihan bagi manusia, dunia meninggalkan manusia atau manusia meninggal dunia. Allah SWT berfirman :

إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ

Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, hanyalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari arah langit.

Dalam lanjutan ayat : lalu tumbuhlah tanaman-tanaman bumi dengan subur (karena air itu), di antaranya ada yang dimakan manusia dan hewan ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan berhias, dan pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik hasilnya), datanglah kepadanya azab Kami pada waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman)nya seperti tanaman yang sudah dibabat habis, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang yang berpikir. [QS Yunus: 24]

 

Pada ayat tersebut, Allah menyerupakan harta dengan air hujan. Mengapa air hujan dan bukan air sumur?. Karena Air hujan itu didapat dengan tanpa usaha manusia sementara air sumur didapat dengan kerja kerasnya dengan menggali tanah dengan alat bor. Syeikh Muhammad bin Ahmad As-Shawy dalam tafsirnya berkata :

إِنَّ الدُّنْيَا تَأْتِي بِلَا كَسْبٍ مِنْ صَاحِبِهَا وَلَا تُعَانُ مِنْهُ كَمَاءِ السَّمَاءِ بِخِلَافِ مَاءِ الْاَرْضِ فَيُنَالُ بِالْاَلَاتِ

Harta itu diperoleh bukan dengan usaha dari pemiliknya (manusia), dan tidak didapatkan darinya seperti halnya air hujan. Hal ini berbeda dengan air sumber yang bisa didapatkan dengan alat (bor). [Hasyiyah As-Shawy]

 

Menyadari akan hakikat  ini, Nabi sulaiman AS berkata :

هٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّيْ لِيَبْلُوَنِيْٓ ءَاَشْكُرُ اَمْ اَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِه وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ رَبِّيْ غَنِيٌّ كَرِيْمٌ

“Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya, Mahamulia.” [QS An-Naml : 40]

 

Lain halnya dengan Qarun, Ia berkata :

اِنَّمَآ اُوْتِيْتُه عَلٰى عِلْمٍ عِنْدِيْ

Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku.” [QS Al-Qashash : 78]

 

Dalam sebuah quote di medsos yang viral disebutkan : “Rezeki datang bukan semata-mata karena kerja keras. Sebab, jika rezeki datang karena kerja keras, maka kulit bangunan menjadi orang paling kaya di dunia. Jika rezeki datang karena kepintaran, maka dosen, guru, dan mereka yang berilmu tinggi, menjadi orang yang paling kaya. Jika rezeki datang karena pangkat dan kedudukan, maka presiden dan raja -raja merupakan orang paling kaya dan berada pada urutan pertama terkaya di dunia. Jika rezeki datang karena lamanya waktu kerja, maka warung kopi yang buka 24 jam menjadi orang terkaya di dunia. Rezeki itu datang bukan karena semua itu, melainkan karena kasih sayang Allah. Karenanya, mengejar rezeki bukan mengejar karena banyaknya atau jumlahnya yang besar, tetapi kejarlah berkah”. [republika.co.id]

 

Maka bekerja itu adalah ikhtiyar (usaha) sementara rizki itu tetaplah merupakan anugerah dari Allah SWT. Usaha bisa ditiru namun rezeki tidak demikian. Maka untuk mendapatkan keberkahan seseorang haruslah berusaha dengan pekerjaan yang halal dan membelanjakannya dalam kebaikan. Ingat harta akan dipertanggugjawabkan di akhirat dengan dua pertanyaan, Yaitu :

عَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ

Ditanyakan perihal hartanya; Dari mana harta didapatkan dan dalam hal apa ia dibelanjakan. [HR Turmudzi]

 

Suatu ketika para sahabat bertanya kepada Sayyidina Ali KW. Wahai Abul Hasan, ceritakan kepadaku pandanganmu mengenai dunia.  Ali KW bertanya : Dengan panjang lebar ataukah dengan perkataan yang singkat? Para sahabat berkata : dengan singkat saja. Ali KW berkata :

حَلَالُهَا حِسَابٌ وَحَرَامُهَا عَذَابٌ

Halalnya dunia akan dihisab dan haramnya akan mendatangkan adzab. [Kanzul Ummal]

 

Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk terus berikhtiyar mencari rizki dengan penuh keyakinan bahwa rizki itu merupakan anugerah dari Allah SWT sehingga kita senantiasa bisa mensyukurinya.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

 

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Sunday, September 25, 2022

AKU NINU-NINU-NINU

ONE DAY ONE HADITH

 

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash RA, Rasulullah SAW bersabda:

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ

“Sungguh sangat beruntung orang yang telah masuk Islam, diberikan rizki yang cukup dan Allah mengaruniakannya sifat qana’ah (merasa puas) dengan apa yang Allah berikan kepadanya.” [HR. Muslim]

 

Catatan Alvers

 

Seorang bapak-bapak mengaku pusing karena istrinya banyak menuntut ini dan itu, sering minta ini dan itu. Di tengah kegalauannya, sang bapak menirukan lirik lagu yang sedang viral “Yo ndak mampu aku, Dudu spec idamanmu, Nuruti karepmu, Aku ninu, ninu, ninu” (Aku tidak mampu menuruti semua permintaanmu karena aku bukanlah pria idamanmu. Aku pusing!).

 

Istri semacam itu, dikenal dengan istilah “Al-Haddaqah”. Dia adalah tipe wanita dari 4 tipe yang sebaiknya dijauhi. Al-Haddaqah adalah wanita yang suka melihat-lihat barang (katalog online) dan mudah tertarik lalu memaksa suami untuk membelinya atau barang yang semisalnya. Dengan kata lain, wanita yang boros dan konsumtif (shopaholic). [Ihya’ Ulumuddin]

 

Istri yang tidak mau bersyukur atas pemberian suaminya seperti itu sebagaimana yang digambarkan dalam sabda Nabi SAW : Neraka telah diperlihatkan kepadaku dan aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita karena mereka kufur.” Para Sahabat bertanya: “Apakah disebabkan kufurnya mereka kepada Allah?” Rasul menjawab:

يَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ وَيَكْفُرْنَ الْإِحْسَانَ لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ

 “(Tidak), mereka kufur kepada suaminya dan mereka kufur kepada kebaikan. Seandainya seorang suami dari kalian berbuat kebaikan kepada isterinya selama setahun, kemudian isterinya melihat (sedikit) perbuatan jelek pada diri suaminya, maka dia mengatakan, ‘Aku tidak pernah melihat kebaikan pada dirimu sama sekali.’” [HR Bukhari]

 

Para isteri hendaklah tidak terjebak pada keinginan yang bukan merupakan kebutuhan. Bedakanlah mana keinginan (wants) dan mana kebutuhan (needs). Orang bijak berkata : “Belilah barang-barang sesuai kebutuhan, bukan keinginan. Pikirkan baik-baik, apakah kamu benar-benar butuh?” Banyak orang mudah tergiur dengan tulisan-tulisan SALE  yang terpampang di mall-mall, tanpa disadari bahwa kata SALE itu adalah  strategi marketing dari sebuah perusahaan dibidang penjualan. Pada akhirnya mereka menjadi “korban” marketing.

 

Istri yang terus menuntus suami untuk memenuhi kebutuhannya bahkan diatas kemampuan suami akan mendorong suami untuk menghalalkan segala cara dalam ushanya. Boleh jadi korupsi para pejabat berawal dari istri yang memiliki gaya hidup glamour, hedonis dan shopaholic. Dan sebaliknya, suami yang baik dalam pekerjaannya boleh jadi karena motivasi istri yang sholihah.

 

Hasan al-Bashri mengisahkan bahwa ada seorang pedagang kain di Mekkah yang dulunya menghalalkan segala cara demi melariskan dagangannya namun beberapa tahun kemudian ia berubah menjadi penjual yang shalih.  Ia pun bercerita:”Dulu aku punya istri yang jika aku datang kepadanya dengan sedikit rizki, ia meremehkannya dan jika aku datang dengan rizki yang banyak ia menganggapnya sedikit. Lalu Allah mewafatkan istriku tersebut, dan akupun menikah lagi dengan seorang wanita. Jika aku hendak pergi ke pasar, ia memegang bajuku lalu berkata:

يَا فُلَانُ ! اِتَّقِ اللهَ وَلَا تُطْعِمُنَا إِلاَّ طَيِّباً  إِنْ جِئْتَنَا بِقَلِيْلٍ كَثَّرْنَاهُ وَإِنْ لَمْ تَأْتِنَا بِشَيْءٍ أَعَنَّاكَ بِمَغْزَلِنَا

’Wahai suamiku, bertaqwalah kepada Allah, jangan engkau beri makan aku kecuali dengan yang thayyib (halal). Jika engkau datang dengan sedikit rezeki, aku akan menganggapnya banyak, dan jika kau tidak dapat apa-apa aku akan membantumu memintal (kain)’. [al-Mujaalasah wa Jawaahirul ‘Ilm]

 

Para istri hendaklah menghargai jerih payah sang suami yang setiap hari membanting tulang mencari rizki halal, berapapun hasilnya. Allah saja memberikan penghargaan yang tinggi kepada para suami yang bekerja keras. Rasul SAW bersabda :

مَنْ اَمْسَى كَالًّا مِنْ عَمَلِ يَدَيْهِ اَمْسَى مَغْفُوْرًا لَهُ

Barangsiapa yang di waktu sore merasakan capek (lelah) lantaran pekerjaan kedua tangannya (mencari nafkah) maka di saat itu diampuni dosanya. [HR. Thabrani]

 

Perbanyaklah bersyukur, jauhi kufur nikmat. Kalau buka medsos jangan melulu buka belanja online, sering-seringlah buka situs bantuan kemanusiaan dimana disana dirilis banyak penderitaan orang yang malang. Rasulullah SAW bersabda :

انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ

Pandanglah orang yang (strata sosila dan ekonominya) berada di bawahmu dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu. [HR Muslim]

 

Terimalah rizki Allah melalui tangan suami dengan penuh syukur dan qana’ah. Sebab kebahagiaan itu didapat dengan syukur dan qana’ah serta membatasi keinginan bukan dengan menuruti semua kemauan karena kemauan itu akan terus ada dan silih berganti sesuai dengan situasi dan kondisi hati. Jadilah orang yang qana’ah niscaya kita akan menjadi orang yang bahagia nan beruntung sebagaimana hadits utama di atas.

 

Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk terus bersyukur atas anugerah-Nya serta menerima dengan lapang dada apapun yang diberikan-nya kepada kita dan keluarga. Semoga kita berikut keluarga menjadi keluarga yang beruntung dan bahagia dunia akhirat.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

 

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Monday, September 19, 2022

MENDZALIMI KUCING

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah RA, Rasul SAW bersabda :

عُرِضَتْ عَلَيَّ النَّارُ فَرَأَيْتُ فِيهَا امْرَأَةً مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ تُعَذَّبُ فِي هِرَّةٍ لَهَا

Ditampakkan kepadaku neraka, aku melihat di dalamnya ada seorang wanita dari bani israil yang di siksa karena kucing yang dipeliharanya. [HR Muslim]

 

Catatan Alvers

 

Masih ingat dengan Jenderal yang viral karena menembak mati kucing di Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI, Bandung, Jawa Barat pada bulan agustus 2022 lalu? Menurut jenderal yang berinisial NAD itu, penembakan itu dilakukan dengan menggunakan senapan angin milik pribadi dengan tujuan menjaga kebersihan dan kenyamanan di lingkungannya. Sekarang, Jendral itu telah dimutasi Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa. [Sindonews com]

 

Bulan september 2022, viral juga aksi sadis seorang pemuda membuat konten dengan memutilasi seekor kucing dalam keadaan hamil, mulai dari menyembelih leher kucing dengan cutter, melepaskan kulit kucing tersebut hingga menguraikan bagian-bagian tubuh kucing malang tersebut bahkan sampai memasak dagingnya. Pelaku yang belakangan diketahui dengan inisial RD (26) berasal dari Bengkulu Utara, ia berdalih bahwa penyembelihan kucing tersebut atas izin sang pencipta karena dirinya lapar. [jabar.tribunnews.com] dan kini, ia harus berurusan dengan polisi setelah perbuatannya dilaporkan oleh masyarakat. [iNews.id]

 

Dalam ajaran agama Islam, kucing seperti binatang yang lainnya tidak boleh disakiti dan disiksa. Kisah dalam hadits utama di atas menunjukkan betapa kerasnya balasan menyiksa kucing. Wanita dari Bani Israil tersebut mengurung kucingnya sepanjang siang dan malam namun ia tidak memberinya makan sehingga kucing itu haus dan lapar lalu suaranya melemah dan kucing itupun mati kelaparan. Imam Muslim dalam shahihnya Membuat Bab berjudul :

بَاب تَحْرِيمِ قَتْلِ الْهِرَّةِ

Bab, Haramnya membunuh Kucing.

 

Dan dalam bab tersebut, Beliau meriwayatkan hadits utama di atas. Imam Nawawi mengomentari hadits tersebut, beliau berkata :

وَفِي الْحَدِيْثِ دَلِيْلٌ لِتَحْرِيْمِ قَتْلِ الْهِرَّةِ... وَهَذِهِ الْمَعْصِيَّةُ لَيْسَتْ صَغِيْرَةً ، بَلْ صَارَتْ بِإِصْرَارِهَا كَبِيْرَةً

 Dalam hadits tersebut terdapat dalil yang menunjukkan haramnya membunuh kucing… Dan perbuatan tersebut bukanlah dosa kecil melainkan menjadi dosa besar jika dilanggengkan. [Fathul Bari]

 

Di zaman Nabi, ada sahabat yang menyayangi kucing, hingga ia dikenal dengan kucingnya dan namanya sendiri tidak begitu dikenal, siapakah dia? Ya, Abu Hurairah, bapaknya kucing. Abu Hurairah RA berkata : Pada zaman jahiliyah namaku adalah Abdu Syams bin Shakhr kemudian setelah islam aku dijuluki dengan Abu Hurairah… Aku dijuluki demikian karena aku menemukan beberapa anak kucing liar lalu aku gendong di dalam lengan bajuku. Ada orang yang bertanya “Apa itu?” Maka aku menjawab “kucing” maka orang itu berkata “berati engkau adalah Abu hurairah (Bapaknya kucing)”. [Tadribur Rawy]

 

Dalam kesempatan lain, Abu Hurairah RA berkata :

كُنْتُ أَرْعَى غَنَمَ أَهْلِي وَكَانَتْ لِي هُرَيْرَةٌ صَغِيرَةٌ فَكُنْتُ أَضَعُهَا بِاللَّيْلِ فِي شَجَرَةٍ فَإِذَا كَانَ النَّهَارُ ذَهَبْتُ بِهَا مَعِي فَلَعِبْتُ بِهَا فَكَنَّوْنِي أَبَا هُرَيْرَةَ

Aku menggembalakan kambing milik keluargaku dan Aku memiliki kucing kecil yang aku taruh di atas pohon ketika malam hari tiba dan ketika siang hari aku bawa bergi bersamaku dan aku bermain-main dengannya sehingga orang-orang menjuluki aku dengan julukan “Abu Hurairah” (bapaknya kucing kecil). [Sunan At-Turmudzi]

 

Kucing adalah binatang yang suci. Kabsyah binti Ka'ab bin Malik (menantu dari Abu Qatadah), menceritakan bahwa suatu ketika Abu Qatadah masuk menemuinya lalu Kabsyah menuangkan air (untuk keperluan berwudlu) untuknya, dan tiba-tiba ada seekor kucing masuk dan meminum air wudlu tadi. Abu Qatadah kemudian memiringkan bejana yang berisi air wudlu tadi hingga kucing tersebut dapat meminumnya dengan mudah." Kabsyah terheran-heran melihat perbuatannya itu. maka Abu Qatadah menjelaskan bahwasannya Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّهَا لَيْسَتْ بِنَجَسٍ إِنَّهَا مِنْ الطَّوَّافِينَ عَلَيْكُمْ وَالطَّوَّافَاتِ

"Sesungguhnya kucing itu tidak najis. (karena) Ia merupakan hewan yang biasa berkeliaran di sekelilingmu." [HR Abu Dawud]

 

Syeikh Syamsul Haq Abady berkata : Hadits ini mengisyaratkan bahwa alasan tidak najisnya kucing adalah kondisi darurat dimana kucing banyak bersliweran di rumah-rumah sehingga sulit sekali menjaga bejana-bejana dari bersentuhan dengannya. Bahkan juga bersentuhan dengan badan dan pakaian. Jika kucing itu dihukumi najis niscaya Rasul SAW akan memerintahkan kita agar menjauhinya. [Aunul Ma’bud]

 

Selanjutnya beliau berkata :

وَفِيهِ التَّنْبِيه عَلَى الرِّفْق بِهَا وَاحْتِسَاب الْأَجْر فِي مُوَاسَاتهَا

Dalam hadits tersebut terdapat peringatan untuk berbuat lembut kepada kucing dan mengharapkan pahala dengan berbuat baik kepadanya. [Aunul Ma’bud]

 

Namun bagaimana jika dalam satu kasus, ada kucing liar yang ganas dan melukai manusia? Menjawab hal ini, Qadli Husein menjawab :

تُقْتَلُ وَتُلْحَقُ بِالْفَوَاسِقِ

Kucing ganas tersebut boleh dibunuh dan ia digolongkan kepada binatang “Fawasiq” (golongan binatang yang dianjurkan untuk dibunuh seperti kajengking, ular, tikus dll.) [Kifayatul Akhyar]

 

Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk mengasihi manusia dan binatang dan tidak menyakitinya apalagi menyiksanya.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

 

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

 

Tuesday, August 30, 2022

OJO DIBANDING-BANDINGKE

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda :

لَا تُفَضِّلُوا بَيْنَ أَنْبِيَاءِ اللَّهِ

Janganlah kamu mengutamakan seorang nabi daripada nabi yang lain. [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

“Wong koyo ngene kok dibanding-bandingke” (Orang seperti ini kok dibanding-bandingkan). “Saing-saingke yo mesti kalah” (Dipersaingkan ya pasti kalah). Tak oyako aku yo ora mampu” (Ku kejar pun aku ya tidak mampu). Itu sepenggal lirik lagu yang sedang viral karena banyak menjadi backsound video di medsos dan sempat menggoyang istana dengan suara Farel prayoga. Lagu ini menjadi viral karena dinilai liriknya mewakili isi hati sebagian masyarakat Indonesia. . [cnnindonesia.com]

 

Masalah membanding-bandingkan bukanlah hal baru. Di zaman Nabi, pernah juga terjadi kasus dimana ada orang yang membanding-bandingkan dan   mengunggul-ngunggulkan nabi musa diantara nabi-nabi yang lain. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, dia berkata; "Pada suatu ketika ada seorang Yahudi yang menawarkan barang dagangannya, tetapi ia mendapat penawaran yang tidak disepakatinya, hingga dia berkata; “Demi Dzat yang telah mengutamakan Musa dari semua manusia”. Ucapan ini didengar oleh seorang sahabat Anshar lalu iapun menampar muka orang Yahudi tadi. Ia memprotes “Mengapa kamu berani berkata “'Demi Dzat yang telah mengutamakan Musa dari semua manusia demikian”, sementara Rasulullah SAW masih berada di antara kami !.

 

Akhirnya orang Yahudi itu mengadu kepada Rasulullah ; 'Wahai Abal Qasim, Aku ini adalah orang kafir dzimmi yang dilindungi dan mempunyai hak. Ketahuilah bahwasanya si fulan telah menampar mukaku”. Lalu Rasulullah bertanya kepada sahabat yang menamparnya; 'Hai sahabat Anshar, mengapa kamu tampar muka orang Yahudi ini? ' Lalu sahabat tadi menjelaskan kronologinya. Mendengar si yahudi membanding-bandingkan para nabi, maka Rasulullah marah hingga kemarahannya itu tampak pada raut muka lalu beliau bersabda: “Janganlah kamu mengutamakan seorang nabi daripada nabi yang lain”. [HR Bukhari]

 

Menjelaskan larangan membanding-bandingkan sebagaimana dalam hadits tersebut, Syeikh Badruddin Al-Ayni berkata :

لَا تُفَضِّلُوا بَعْضًا بِحَيْثُ يَلْزَمُ مِنْهُ نَقْصُ الْمَفْضُوْلِ أَوْ يُؤَدِّي إِلَى الْخُصُوْمَةِ وَالنِّزَاعِ

Jangan mengunggulkan sebagian (dari sebagian yang lain) dengan sekira bisa menisbatkan kekurangan kepada yang kalah (membully), atau sekira hal itu bisa mendatangkan permusuhan dan perselisihan. [Umdatul Qari]

 

Maka jelas, jika membanding-bandingkan bertujuan untuk menisbatkan kekurangan kepada pihak yang kalah maka hal itu dilarang sebab akan bisa menyakiti orang lain bahkan bisa menjadikannya terhina sehina-hinanya. Menurut hemat saya, larangan ini tidak hanya berlaku dalam lingkup para nabi, namun juga berlaku sesama hamba Allah secara umum dengan alasan tersebut. Dalam lanjutan lirik lagu disebutkan “Sopo wonge sing ra lara ati” (Siapa orang yang tidak sakit hati). “Wes ngancani tekan semene” (Sudah menemani sampai sekarang). “Nanging kabeh ora ono artine” (Namun semua tidak ada artinya). “Ra ono ajine” (Tak ada harganya). “Wong koyo ngene kok dibanding-bandingke” (Orang seperti ini kok dibanding-bandingkan). “Saing-saingke yo mesti kalah” (Dipersaingkan ya pasti kalah).

 

Dengan demikian, jika membanding-bandingkan itu tidak bertujuan untuk membully dan tidak mendatangkan permusuhan maka hal itu boleh boleh saja seperti menjelaskan kelebihan tanpa merendahkan yang lain, memberikan nasehat dan teladan yang baik. Hal ini sebagimana Allah mengutamakan sebagian Nabi dari para nabi yang lain dalam firman : “Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka dari sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang (langsung) Allah ber-kalam dengannya dan sebagian lagi ada yang ditinggikan-Nya beberapa derajat”.... [QS Al-Baqarah: 253] Dan dalam ayat lain Allah SWT berfirman :

وَلَقَدْ فَضَّلْنَا بَعْضَ النَّبِيِّيْنَ عَلٰى بَعْضٍ

Dan sungguh, Kami telah memberikan kelebihan kepada sebagian nabi-nabi atas sebagian (yang lain) … [QS Al-Isra': 55]

 

Membanding-bandingkan dalam urusan harta dunia dengan mengunggulkan seseorang dan menyepelekan yang lain adalah perbuatan yang keliru sebab standar kemuliaan yang sebenarnya itu bukanlah terletak kepada harta dunia. Rasulullah SAW bersabda :

  إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, akan tetapi Allah melihat hati dan amal kalian. [HR Muslim]

 

Jika orang memvonis kita menjadi pihak yang kalah dalam perbandingan dalam urusan harta benda maka janganlah merasa hina karena bukan disitu letak kemuliaan dan kehinaan manusia. Allah SWT berfirman :

وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأنْتُمُ الأعْلَوْنَ إنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. [QS Ali 'Imran : 139]

 

Dan sebaliknya, jika kita dijadikan pihak yang menang maka janganlah sombong. Allah SWT berfirman :

إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

"Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri."[QS Luqman : 18]

 

Maka sebagaimana kita sendiri tidak suka dibanding-bandingkan dengan orang lain maka kita jangan suka membanding-bandingkan seseorang dengan orang lain. Jangan suka membanding-bandingkan suami/istri sendiri dengan suami/istri orang lain, anak sendiri dengan anak orang lain, teman sendiri dengan teman yang lain. Sungguh ini nasehat yang jauh dari kebencian bahkan nasehat ini tulus dan Ku berharap engkau mengerti di hati ini hanya ada kamu...”

 

Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk tidak mengukur kemuliaan diri dan orang lain dengan harta dunia sehingga kita mencari kemuliaan hanya dari Allah SWT.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]