ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr Ibnil Ash RA, Rasul
SAW bersabda :
إِنَّ قُلُوبَ بَنِي آدَمَ كُلَّهَا
بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ
يَشَاءُ
Sesungguhnya hati semua manusia itu berada di antara dua
jari dari jari-jari (kekuasaan) dzat Yang Maha Pemurah seperti satu hati. Dia memalingkannya ke arah yang dikehendaki-Nya. [HR
Muslim]
Catatan Alvers
Hati itu misterius. Bagaimana tidak, pemiliknya
saja tidak tahu bagaimana wujudnya dan tempatnya dimana. Hati yang dimaksud
bukanlah hati berupa segumpal daging atau liver melainkan hati yang abstrak,
yang bisa hancur ketika orangnya bersedih, yang bisa patah ketika putus cinta,
dan bisa hilang bahkan bisa dicuri orang. Dialah hati sanubari, hati yang
berada dalam genggaman kekuasaan penciptanya, yaitu Allah SWT sebagaimana
hadits utama di atas.
Demikian pula isi dari hati adalah misterius
karena tidak ada yang mengetahui kecuali hanya orangnya dan Allah SWT. Membelah
dadapun tidak akan bisa menampakkan isi hati seseorang atau rontgen tercanggih sekalipun
tidak bisa mendeteksi isi hati seseorang. Seperti itu pula ditegaskan oleh
Rasul SAW kepada sahabat Usamah Bin zaid RA. Dikisahkan bahwa suatu ketika Rasul SAW mengutusnya dalam suatu pasukan. Sesampainya di Huruqat - nama daerah di Juhainah – usamah menemui seorang lelaki (kafir) lalu ia mengucakan “La Ilaha Illallah” (Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah),
namun usamah tetap membunuhnya. Lalu usamah merasa ada ganjalan dalam dirinya karena kejadian itu, sehingga ia bercerita kepada Rasulullah. Beliau bertanya: Kenapa kamu membunuh orang yang telah
mengucapkan La Ilaha Illallah? Usamah menjawab, "Wahai Rasulullah!
Sesungguhnya lelaki itu mengucap demikian karena takut dibunuh dengan pedang." Rasul SAW bertanya lagi:
أَفَلا
شَقَقْتَ عَنْ قَلْبِهِ حَتَّى تَعْلَمَ أَقَالَهَا أَمْ لا؟!
“Apakah kamu telah membelah
dadanya sehingga kamu tahu apakah dia benar-benar mengucapkan Kalimah Syahadat
atau tidak?" [HR Muslim]
Oleh karena kita tidak bisa mengetahui hakikat isi
hati seseorang maka kita tidak bisa menilai manusia dari isi hatinya. Hal ini
sebagaimana kisah ketika Sahabat Ali RA mengirimkan emas dari yaman kepada
baginda Nabi SAW, beliau lalu membagikannya kepada empat orang sahabat namun
ada orang yang mempermasalahkannya dan berkata "Kami lebih berhak atas emas tersebut daripada mereka." Kabar ini didengar oleh Rasul SAW dan beliau bersabda:
'Tidakkah kalian mempercayaiku padahal aku adalah orang yang terpercaya dari
langit (surga)? Aku menerima kabar dari langit, pagi hari maupun sore hari.'
Tiba-tiba seorang laki-laki (bernama dzul khuwaishirah at-tamimi) dengan mata cekung, tulang pipi cembung, dahi menonjol,
berjanggut tipis, berkepala gundul dan menggunakan ikat pinggang, ia berdiri dan berkata;
يَا
رَسُولَ اللَّهِ اتَّقِ اللَّهَ
“Ya Rasulullah!
Takutlah kepada Allah.”
Nabi SAW bersabda: “Celaka kamu. Bukankah di muka bumi ini akulah yang paling
takut kepada Allah?.” Lalu orang itu beranjak dari tempat duduknya. Khalid bin Walid berkata; 'Ya
Rasulullah! Izinkan aku untuk memenggal kepalanya. Nabi SAW bersabda: Jangan, bisa jadi ia mengerjakan
shalat. Khalid berkata : Tapi betapa banyak orang yang shalat namun ia berkata dengan lisannya yang tidak sesuai
dengan hatinya. Rasulullah SAW bersabda:
إِنِّي
لَمْ أُومَرْ أَنْ أَنْقُبَ عَنْ قُلُوبِ النَّاسِ وَلَا أَشُقَّ بُطُونَهُمْ
Aku tidak diperintah untuk menyelidiki hati seseorang atau membelah perutnya. [HR Bukhari]
Tidak hanya kita, Nabipun tidak mengetahui isi
hati seseorang melainkan jika diberi tahu oleh Allah SWT karena Dia yang maha
mengetahui bahkan isi hati manusia. Allah SWT berfirman :
وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا فِي قُلُوبِكُمْ وَكَانَ اللَّهُ
عَلِيمًا حَلِيمًا
Dan Allah mengetahui apa yang (tersimpan) dalam hatimu.
Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun [QS Al-Ahzab : 51]
Allah mengetahui isi hati dan ucapan yang disembunyikan
namun banyak manusia yang tidak menyadari hal itu. Al-Akhnas bin Syuraiq
Ats-Tsaqafy, dia adalah lelaki yang memiliki perkataan yang manis, wajah yang
tampan, ketika bertemu dengan Nabi SAW ia berbicara dengan sesuatu yang
menyenangkan beliau namun dibalik itu ia menyimpan kebencian dan permusuhan
kepada beliau di hatinya. Ada juga orang kafir, ia masuk ke dalam rumah,
menutup selambu rumahnya, membungkukkan badannya, menyelimuti dengan pakaiannya
lalu ia mengucapkan kekufuran dengan persangkaan bahwa Allah tidak akan
mengetahui apa yang ia kerjakan. [Hasyiyah Ash-Shawy] Berkenaan dengan hal ini
maka Allah SWT berfirman :
أَلَا حِينَ يَسْتَغْشُونَ ثِيَابَهُمْ يَعْلَمُ مَا
يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ
Ingatlah, di waktu mereka menyelimuti dirinya dengan
kain, Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka tampakkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
segala isi hati. [QS Hud : 5]
Umar bin Khattab RA berkata : Dahulu di zaman Rasul SAW, orang-orang diberi hukuman sesuai dengan petunjuk wahyu, dan sekarang wahyu
telah terputus.
وإِنَّمَا
نَأْخُذُكُمُ الآنَ بِما ظَهَرَ لَنَا مِنْ أَعْمَالِكُمْ
“Oleh karena itu,
sekarang kami memberi keputusan kepada kalian sesuai dengan perbuatan yang
tampak bagi kami”.
Jadi, siapa yang menampakkan perbuatan baik kepada kami, maka kami
berikan keamanan dan kami dekatkan kedudukannya pada kami. Sedangkan urusan
dalam hatinya tidak sedikit pun kami mengetahuinya, karena Allah-lah yang akan
menghisab isi hatinya. Namun, siapa yang menampakkan kelakuan buruk pada kami,
maka kami tidak akan memberikan keamanan padanya dan tidak akan mempercayai
ucapannya. Meskipun ada yang berkata sesungguhnya hatinya baik." [HR Bukhari]
Selanjutnya terdapat perbedaan pendapat apakah para malaikat mengetahui isi hati
seseorang. Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalany terdapat 3
pendapat. (1) Malaikat mengetahui isi hati karena diberitahu oleh Allah.
Pendapat ini didukung dengan hadits dimana Allah menyeru kepada malaikat :
اُكْتُبْ
لِفُلَانٍ كَذَا وَكَذَا
“Tulislah pahala ini dan itu untuk si fulan”.
Maka Malaikat berkata : Sungguh ia tidak melakukan amalan tersebut. Lalu
Allah berfirman : Sesungguhnya ia telah berniat untuk melakukannya. [HR Ibnu
Abid Dunya]
(2) Allah memberikan ilmu khusus untuk mereka. (3) Malaikat
mendeteksi dengan bau sebagaimana dalam
hadits disebutkan :
إذَا هَمَّ بِحَسَنَةٍ شَمَّ الْمَلَكُ رَائِحَةً طَيِّبَةً
وَإِذَا هَمَّ بِسَيِّئَةٍ شَمَّ رَائِحَةً خَبِيثَةً
“Jika seseorang berniat baik maka malaikat
mencium bau harum dan jika seseorang berniat buruk
maka malaikat mencium bau busuk”. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh At-Thabrani. [Fathul Bari]
Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk tidak mudah berburuk
sangka kepada orang yang telah berbuat baik mengingat Allah SWT yang mengetahui
isi hati seseorang sementara kita tidak.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata :
_Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah
ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]