ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Umar bin Khatthab RA, Rasul SAW bersabda :
إِنَّمَا
اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى..
Sesungguhnya (sahnya) perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan
sesungguhnya setiap orang mendapat apa yang diniatkannya. [HR Bukhari-Muslim]
Catatan Alvers
Bulan Muharram adalah bulan dimana Nabi saw dan para sahabat
memancangkan niat untuk berhijrah ke madinah. Berhijrah bukanlah perkara
mudah karena berhijrah berati
mencucurkan keringat, mencurahkan pikiran, mempertaruhkan harta bahkan nyawa.
Betapa tidak, Nabi dan para sahabat yang berhijrah mereka berada di bawah
bayang-bayang pedang kaum kafir mekkah. Tidak berhenti di mekkah, setibanya di
madinah mereka di hantui penyakit yang menyebabkan kemandulan bahkan mematikan
dan yaitu humma yatsrib. [Kisah Humma Yatsrib dan Ramal, Lihat HR AHMAD]
Besarnya resiko hijrah ini akan menyurutkan langkah setiap orang yang
niatnya lemah, dengan demikian orang yang berhasil ikut berhijrah itu artinya
mereka tidak disangsikan lagi betapa tinggi dan kuatnya niat hijrahnya. Namun
demikian, ternyata tidak serta merta hal ini menafikan masalah niat. Justru Rasul SAW mengingatkan niat hijrah pada hadits utama di atas. “Sesungguhnya (sahnya) perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan
sesungguhnya setiap orang mendapat apa yang diniatkannya”. Dan dalam lanjutannya Nabi SAW
bersabda :
فَمَنْ
كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ
وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ
يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Barang siapa yang berhijrah karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah
dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa
yang hijrahnya karena harta yang diinginkannya atau karena wanita yang ingin
dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkannya. [HR Bukhari]
Dan ternyata praktik di lapangan membuktikan demikian, ada yang
berhijrah karena wanita yang ingin di nikahinya yaitu Ummu Qays. Menurut ibnu
dihyah, wanita tersebut bernama qaylah [Umdatul Qari] yang mana selanjutnya
predikat lelaki “misterius” yang mengejar ummu qays itu menjadi julukan bagi
orang yang beramal karena selain Allah, yaitu Muhajir Ummu Qays. [Umdatul Qari]
Niat sangat penting kedudukannya dalam sebuah amal bahkan dari
pentingnya niat ini Nabi SAW dalam riwayat lain bersabda:
نِيَّةُ
الْمُؤْمِنِ خَيْرٌ مِنْ عَمَلِهِ
Niatnya orang mukmin itu lebih baik (pahalanya) dari pada amalannya. [HR
Thabrani]
Maka wajarlah Imam Ahmad dan Imam Syafi’I berkata : “Hadits tentang niat
ini mencakup sepertiga agama islam.” Dan Imam Syafi’i berkata “Hadits ini masuk
kedalam tujuh puluh bab (fiqih)” [Fathul Bari]
Dahsyatnya niat itu tidak berhenti dalam urusan amal ibadah saja namun
ternyata ada pemahaman lain yaitu niat sebagai power yang dapat digunakan untuk
terapi kesembuhan bahkan niat akan sangat mempengaruhi kesuksesan sebuah usaha.
Dr. F.I. Regardie, seorang ahli psikoterapi yang lahir di London tahun 1907 dan
tinggal di Amerika Serikat sejak usia 13 tahun, menulis buku yang sangat laris,
The Art of True Healing. Isinya tentang spiritual power dari masing-masing
manusia yang bila dimanfaatkan bisa menyembuhkan segala penyakitnya sendiri.
Konsep ini sejalan dengan buku Anatomy of The Spirit karya Dr. Caroline Myss,
seorang ahli spesialis diagnosa intuisi, yakni bagaimana “melihat” penyakit
pasien secara intuitif. Yang menarik adalah sebuah pernyataan di dalam buku
itu, “So be it, so it is”. Ucapkan: “Jadilah, maka akan terjadi”.
Bila seseorang berkonsentrasi penuh membayangkan sesuatu hal akan
terjadi, maka niscaya hal itu terjadi. Mirip ayat “Kun fayakun”. Bila kita
membulatkan pikiran dan niat bahwa badan yang lesu dan sakit-sakitan menjadi
terasa segar bugar, maka hal itu akan terjadi, badan akan segar lagi. Setiap
kali energi spiritual dipusatkan dan disalurkan kepada organ yang sakit, maka
setiap sel di sana menerima pesan penyembuhan dan akan melaksanakan perintah
sesuai pesan itu. Setiap molekul udara di sekitar tubuh ternyata juga ikut
beresonansi, bergetar memperkuat frekuensi pesan itu sehingga akhirnya
kesembuhan menjadi kenyataan. Dan pengiriman pesan pikiran ini tidak hanya
terbatas soal penyakit, pemusatan niat bulat tentang satu usaha akan direkam
oleh alam dan apabila intensitas energinya cukup tinggi, akan menjadi
kenyataan.
Ketika pikiran difokuskan kepada seorang teman agar dia ingat pada kita,
maka bisa saja tiba-tiba dia menelpon kita. Bukankah hal ini sering kita alami?
Tetapi niat yang setengah-setengah, asal-asalan, akan menguap begitu saja tanpa
bekas. Ketika kita membulatkan niat untuk mencapai suatu target maka
kemungkinan besar akan terwujud. Bukankah Allah mengikuti apa yang kita yakini,
sukses atau tidaknya. Dalam hadits qudsy disebutkan :
يَقُولُ
اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي
Allah berfirman, Aku menuruti saja persangkaan hamba-Ku [HR Bukhari]
Maka merupakan keniscayaan bagi kita agar dalam memulai suatu usaha haruslah
dengan penuh keyakinan bila kita berpikiran positif hasilnyapun juga akan
positif. Ada falsafah para pelaut pengembara Bugis-Makassar, “Sebelum berangkat
tiba dahulu.” Sebelum perahu bertolak, sudah dibayangkan dengan penuh keyakinan
suasana di pantai yang akan dituju. Artinya sebelum memulai satu usaha,
bayangkan dengan kuat gambaran ketika hal itu sudah selesai sebagai motivasi.
Layaknya minum jamu yang pahit maka bayangkanlah manfaat kesembuhan setelah
meminumnya sehingga termotivasi dan tidak surut niat untuk meminumnya. Maka
realisasi target tinggal menunggu waktu saja. Allah SWT mengajarkan kita agar
mempekokoh niat dan baru kemudian pasrah kepada-Nya. Allah swt berfirman :
فَإِذَا
عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya : Apabila niatmu sudah bulat, maka bertawakallah kepada Allah
karena Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal [QS Ali Imran :159]
Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk
membenahi niat setiap aktifitas kita dan semoga Allah swt merealisasikan semua
niat, doa dan cita-cita kita serta memberikan pertolongan dan kemudahan dalam
setiap usaha kita.
Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk
care terhadap anak yatim dan membantu meringankan beban hidupnya.
Salam Satu Hadits,
Dr. H. Fathul Bari, SS., M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani
Ayo Mondok! Mondok itu Keren!
WA Auto Respon :
0858-2222-1979
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata :
_Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka
sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]
revmin 220625